This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - Cerpen: Serpihan Hati

Kau tau apa itu cinta?

Cinta itu manis bagi yang mengecap sejuta kebahagiaan darinya.

Tapi cinta itu juga pahit bagi yang merasakan kepahitan darinya.

Cinta bisa berarti sebuah kegundahan bagi yang tak bisa mengungkapkan dan meraihnya.

Dan cinta itu bisa berarti sesuatu yang abstrak dikala kau tak mampu melukiskan perasaanmu yang sebenarnya.

Tapi yang pasti, cinta itu sesuatu yang suci. Karena sesungguhnya cinta tak pernah menyakiti. Cinta yang hakiki itu adalah sebuah ketulusan, pengorbanan, dan kesetiaan. Tapi jika kau mengingkari arti cinta sesungguhnya itu, saat itulah hakikat kesucian cinta berubah, tak lagi terbentuk sempurna yang seharusnya bisa menentramkan pemiliknya.

---------*****---------

Mentari kembali menjemput sang pagi. Perlahan aku membuka jendela kamarku lebar-lebar. Dan ku sambut sang mentari dengan senyum bahagiaku. Aku yakin hariku pasti terasa special jika aku bisa terus menyambut hari dengan bahagia, bagaimana pun keadaanku. Seperti yang ku lakukan saat ini. Mensyukuri hidupku yang kembali bisa menikmati panorama keindahan alam hasil lukisan Sang Khalik, sang mentari pagi, kemudian sesaat menghirup udara sejuk pagi yang melegakan kekosongan jiwa ini.

Asyik menikmati sang mentari, dari lantai bawah bisa ku denger sayup-sayup suara obrolan hangat dari suara yang sudah sangat familiar di kupingku. Aku pun mensudahi aktivitas ku itu dan segera meraih tas sekolahku lalu kemudian melangkah keluar kamar menuju ruang makan di lantai bawah. Langkah kakiku pun semakin kupercepat menuruni anak-anak tangga seiring semakin mengerasnya suara itu ku dengar. Dan ketika aku sudah sampai disana, yak, sudah ku duga. Sosok yang sudah beberapa lama absen dari hidupku itu kembali mengusik ketenangan pagi indahku.

“hei Fy! Dah siap? Berangkat bareng yok!”

Sosok lelaki jangkung, kurus dengan rambutnya yang sedikit jabrik acak-acakan itu telah bertengger di meja makan sekarang. Dia ariel, seseorang sudah begitu dekat denganku. Dia sahabatku dari aku masih kecil. Bahkan saking dekatnya dengan keluargaku, ayah bunda sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

“eh, tumben ngajak gue berangkat bareng lagi, cewe loe di kemanain?” tanyaku saat aku duduk di kursi makan tepat disampingnya.

“udah putus” jawabnya singkat ditengah kelahapannya menyantap roti-roti yang disediakan bunda untuk sarapan pagi ini. Bahkan susu vanilla kesukaanku tak sungkan-sungkan ia ambil alih kepemilikannya dan ia teguk tanpa ampun. Aku hanya mampu meliriknya sesaat, lalu mendesah pelan.

“loe tu ya… kalo punya pacar aja gue dicuekin, pas gini aja baru inget sama temen loe!” sungut ku sambil ikut mengambil selembar roti. Ariel hanya tertawa seperti biasa.

“wo iyadong… daripada gue nganggur, gak ada cewe yang minta perhatiin, minta jemputin, mending gue boncengin loe lagi….”

“ban serep kali gue ya?” sungut ku. Lagi-lagi Ariel hanya tertawa.

“eh, sekarang kenapa lagi loe putus sama Tiara? Pasti loe kan yang putusin?”

“bosen gue Fy, anaknya cerewet banget…”

“ah loe riel, gampang banget mutusin cewe. Coba gue inget-inget dulu, bulan ini loe udah 2 kali kan mutusin cewe? Dan dua-duanya loe putusin cuma karena loe BOSEN?! Kapan loe kaga bosennya sih kalo pacaran. Kasian anak orang woy loe bikin mewek mulu…”

“hehe… yaa mau gimana lagi? Kalo emang gak ngerasa nyaman, ngapain dipertahanin? Lagian lebih milih mana, gue selingkuh apa gue putusin sekarang? Mending putus kan? Loe kayak kaga kenal gue aja Fy, gue itu orangnya gak mau ribet yah, kalo udah gak punya rasa, udah gak betah, ngapain sok-sok dipanjang-panjangin? Ntar ujung-ujungnya juga putus! hehe….” Jawabnya dengan santainya. Lagi-lagi aku cuma bisa menggeleng. Yah, begitulah selalu jawaban Ariel jika ia ditanya tentang perihal kenapa dia suka mutusin cewe.

Dan itu juga yang menjadi satu perbedaan besar dari sudut pandang kami berdua. Walau kami bersahabat dekat, tapi ada satu pikiran yang tak pernah bersahabat dari kami berdua. Sebuah hal yang selalu jadi bahan perdebatan kami berdua. Yaitu cara kami memandang cinta.

Ariel, lengkapnya Ariel Barata. Dia sobatku dari kecil. Rumahnya hanya terhalat satu rumah dari rumahku. Aku telah mengenalnya dari ia masih sangat kecil. Jadi bukan hal yang aneh aku mengetahui segala hal mengenai dia. Dia anak yang sangat baik, tapi juga sangat iseng. Tapi dia seorang sahabat yang sangat baik dan penuh perhatian. Setidaknya itu yang aku rasakan selama ini. Dia selalu punya waktu jika aku memerlukan dia sebagai sahabat meski dia tengah punya kekasih sekalipun.

Ohya, bicara soal percintaannya, dia mungkin udah puluhan kali pacaran. Dengan tampang dan pesonanya yang, yaah…. jujur bisa memikat banyak cewe, dia pasti bisa dapetin cewe dengan mudah. Termasuk aku? haha… syukurnya aku sudah kenal dia luar dalem, jadi gak bakal kena efek pesona dia. Lagipula aku bukanlah orang yang gampang jatuh cinta. Aku Fyka Putri Adinda, anak kelas XII SMA yang masih jomlo seumur hidup. Ya, aku seumur hidup belom pernah mengecap apa yang namanya pacaran. Beda banget kan sama sahabatku yang satu itu? Bukannya aku gak laku, gak normal atau bagaimana, tapi aku punya pandangan lain tentang cinta.

Orang lain mungkin boleh beranggapan pacaran itu pertualangan masa muda yang tak boleh terlewatkan sehingga dengan gampangnya berganti-ganti pasangan, mencoba segalanya hanya untuk mendapat kepuasan cinta yang kita cari-cari. Mungkin sebagian orang memandang cinta sebagai hasrat hatinya. Sebagai tempat ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya. Ucapan-ucapan sayang, sentuhan, dan juga, maybe… kiss. Yah, mungkin itulah hasrat cinta mereka. Yang bahkan jika cinta itu terlampau berhasrat, bisa menjerumuskan keperbuatan-perbuatan negative lainnya.

Sekali lagi aku bilang, orang mungkin boleh memandang cinta seperti itu. Tapi gak buatku. Buat aku cinta itu bukanlah hal yang dengan gampangnya dijadiin permainan. Cinta itu anugrah dari Tuhan yang gak boleh kita perlakukan sekehendak hati kita. Cinta itu hal yang sangat suci sehingga harus dilandasi dan dijalani dengan sikap yang suci juga. Mungkin kalian bisa bilang aku kolot, gak gaul, munafik, atau seperti apapun. Tapi itulah diri aku, dan aku nyaman dengan prinsipku itu.

Sedangkan Ariel, dia juga orang yang memandang cinta sebagai sebuah petualangan dan kesenangan masa remaja yang tak boleh ia sia-siakan. Dia selalu bilang,

“numpung masih muda, gak ada salahnya kan nyoba banyak hal baru?”

Ya, itu emang benar. Tapi apakah itu juga berlaku soal percintaan dia yang suka gonta-ganti pacar? Terlebih lagi alasan dibalik gonta-ganti pacar itu hanya karena ngerasa bosen dan gak cocok? Itu menurutku, sama aja loe gak menghargai arti dari cinta itu sendiri. Hei, bukankah cinta itu artinya juga belajar menghargai segala kelebihan dan kekurangan? Bukankah cinta itu harusnya bisa mengajarkan kita memahami perasaan dan menuntun kita menuju sebuah ketulusan hati?

Tapi Ariel selalu menjawab,

“loe tuh terlalu banyak teori Fy… santai aja, teori gituan gak penting, yang penting actionnya! Kita itu masih muda banget Fy… gak ada salahkan nyoba-nyoba, milih-milih sesuka hati kita… Kalo gak, gimana kita bisa tau cocok apa nggak? Gak tau yang mana cinta sejati kita…. Gak nyoba, gak belajar Fy….”

Oke, sekali lagi, jalan pikiranku dan Ariel tak pernah sejalan.

**--***--**

Selang beberapa minggu setelah kejadian pagi hari dimasa kembalinya jomblo seorang Ariel itu, Ariel belum juga memiliki pasangan baru sampai detik itu. Tumben menurutku untuk playboy macem Ariel.

Tapi hari itu sepulang sekolah, aku liat Ariel tengah mengobrol dengan seorang cewe di pinggir lapangan. Bisa aku tebak, itu pasti target dia selanjutnya. Aku tau cewe yang didekati Ariel itu. Dia anak kelas XII IA 3, kelas yang berbeda dengan kelasku maupun Ariel. Tapi aku udah kenal dengan cewe itu karena dia dulu mengambil ekskul yang sama denganku. Dia cewe yang manis tapi agak pendiam. Di ekskul, dia terlihat jarang berbicara dengan orang sekitarnya. Aku sendiripun belum pernah mencoba mengobrol dengan cewe itu. Yang aku tau hanya namanya. Vivi.

**--**3am**--**

Semakin hari aku liat Ariel semakin sering terlihat mendekati Vivi. Apa Ariel telah berhasil menaklukkan gadis itu? Aku rasa belum, karena dia masih rutin tiap pagi mengambil jatah sarapanku di rumah dan masih ngizinin aku nebeng di motor dia. Itu salah satu ciri kalo Ariel masih sendiri. Yah, selalu begitu. Semua orang juga tau, aku sobat yang sangat kental dengan Ariel. Bahkan sebagian malah mengira kita masih sodaraan karena saking akrabnya. Jadi, buat cewe-cewe yang ngincer Ariel, keberadaanku menurut mereka bukanlah sebuah batu sandungan, tapi sebuah pertanda kalo Ariel tengah kosong. Nasibku tragis? Memang. Tapi aku lebih bersyukur dianggep seperti itu daripada aku diteror gara-gara dianggep saingan oleh para Ariel maniak itu.

Tapi aku jadi penasaran, kenapa gerak Ariel terlihat lamban sekarang yah? Biasanya dalam waktu beberapa minggu, bahkan pernah dalam beberapa hari, dia sudah berhasil naklukin cewe yang dia mau. Yah, minimal udah bisa ngajak jalan-jalan bareng atau nganter jemput sekolah. Tapi dengan Vivi? Seperti yang aku bilang tadi, dia masih rutin nemenin aku, itu berarti dia belom bisa salurin ‘cinta gombal’ dia buat cewe lain. Dan satu hal lagi yang bikin aku penasaran. Biasanya Ariel akan mengubah sasarannya jika targetnya sulit untuk ditembus. Tapi sekarang Ariel tak terlihat mengubah sasarannya. Apa Vivi memang gadis yang berbeda dari gadis-gadis yang Ariel sering kali dekati? Sebegitu special kah dia di mata Ariel sekarang? Andaikan Vivi gadis yang baik dan tepat buat Ariel, aku berharap, Ariel bisa belajar serius mengenal sebuah cinta sekarang.

-----**misst3ri.blogspot.com**-----

Waktu berlalu begitu cepat. Kesibukanku sebagai siswa kelas 12 semester akhir membuat waktu ku banyak tersita dengan buku-buku dan soal-soal persiapan ujian nasional. Sampai akhirnya aku dan juga Ariel telah melalui ujian nasional dan mulai sibuk mencari universitas mana yang ingin kami masuki. Semua masih sama seperti 2 bulan yang lalu di saat Ariel bercerita padaku bahwa dia tertarik dengan seorang gadis bernama Vivi itu. Yah, sampai sekarang Ariel masih berjuang mendapatkan gadis itu. Sampai suatu hari Ariel ke rumahku, dan bilang…,

“gue mau nembak Vivi hari ini”

Aku sedikit tercengang. Sudah mampu kah Ariel menaklukkan gadis itu? Entahlah. Tapi hatiku mulai merasa gak nyaman. Aku mulai merasa takut dan khawatir. Entah kenapa, aku merasa tak rela Ariel kembali mengarungi kisah cintanya dengan seorang cewe. Aku takut dia kembali berulah seperti cerita percintaan dia terdahulu. Selalu berakhir dengan sia-sia dan tanpa arti.

“Riel, loe serius?”

“kapan seorang Ariel pernah gak serius dalam masalah pecintaan?” ucapnya dengan mantap.

“Riel gue serius. Loe selama ini cinta kayak dibikin mainan tau gak…, apa loe yakin? Apa loe udah benar-benar ngerasa cocok dengan Vivi? Apa loe udah yakin bisa serius dengan Vivi?” ucapku dengan nada khawatir. Aku pandang matanya lekat agar dia tau kekhawatiran diriku. Tapi Ariel malah membalas tatapanku dengan ekspresi bingung.

“Gue gak mau loe cuma pengen coba-coba dan main-main lagi, trus menyakiti perasaan orang lain lagi… Kalo loe ngelakuin itu terus, kapan loe bisa ngerti dan jalanin cinta seperti yang seharusnya?” ucapku lagi penuh perhatian.

“siapa yang main-main sih… gue serius Fykaa… Gue bahkan bisa liat sesuatu yang beda dari Vivi” ucap Ariel sudah agak keregetan kali ini mendengar kecerewetan ku.

“tapi Riel… Gue gak pengen loe terburu-buru. Kasian hati loe kalo cinta loe sekarang lagi-lagi berakhir karena kebosenan loe dan perasaan sesaat loe! Kalo loe selalu permainin hati loe, hati loe gak bakal peka lagi dengan cinta yang sebenarnya!” ucapku agak keras kali ini. Sungguh aku tak melarangnya kembali bercinta, tapi aku cuma gak mau dia berbuat bodoh lagi. Aku takut dia kembali ngelakuin kesalahan yang sama dan nyakitin hati orang lagi dengan mudahnya. Tapi rupanya ucapanku yang keras tadi membuat Ariel gusar dan marah. Dia malah balik menatapku dengan tajam.

“udah deh Fy! Loe ngerti apa soal cinta? Yang loe punya cuma teori, pemikiran loe, tapi loe gak pernah berani nyoba mengarungi percintaan yang sebenarnya! Ya kan?!” bentak Ariel. Aku kaget Ariel tiba-tiba berteriak seperti itu. Apa aku sudah salah bicara? Aku tak mampu berkata apa-apa menanggapi ucapan keras Ariel tersebut.

“Loe gak ngerti kan?! Loe yang gak pernah berani jatuh cinta, gak usah sok nasehatin gue tentang masalah percintaan! Loe gak akan pernah bisa tau bagaimana perasaan gue! loe gak bakal pernah tau apa yang selama ini gue cari! Jadi mending loe simpan semua teori loe itu buat diri loe sendiri sampai loe berani menyentuh cinta itu langsung dan buktiin semua teori loe itu sendiri! Ngerti loe?!!” ucap Ariel dengan keras dan penuh penekanan.

Aku hanya bisa terhenyak mendengar itu. Mataku hanya bisa menatap nanar kearah punggung Ariel yang telah berlalu dengan begitu cepat dari hadapanku. Perlahan aku rasakan sebening bulir air mata tlah jatuh dan pengalir pelan di pipiku. Aku gak menyangka Ariel membentakku sampai segitunya kali ini. Padahal aku gak punya maksud apa-apa. Aku cuma mau yang terbaik buat dia.

Aku emang gak pengalaman soal cinta. Tapi aku juga punya perasaan peduli, punya perasaan khawatir. Aku kenal Ariel dari kecil, aku sudah sayang dengannya seperti sayang aku dengan saudaraku sendiri. Aku cuma gak mau dia berbuat bodoh lagi. Aku gak mau dia nyakitin hati seseorang lagi. Aku gak mau dia hanya sekedar bermain-main dengan perasaan cintanya. Aku gak pengen dia kembali mengabaikan suara isi hatinya yang melantunkan irama cinta tulus untuknya yang sebenarnya. Cuma itu yang selalu aku takutkan jika dia mulai bermain dengan dunia percintaan. ‘Gue peduli sama loe Riel, tapi kenapa begini?

**--misst3ri--**

Sudah hampir seminggu sejak pertengkaranku dengan Ariel yang lalu kami tak pernah bertemu lagi. Teleponku pun tak pernah ia angkat. Tak pernah hatiku merasa sesepi ini. Jujur. Aku kini amat sangat merindukan sosok sahabatku itu. Kerengganagan akibat pertengkaran kami yang belum sempat diperbaiki itu semakin membuat hatiku ingin bertemu dengannya. Meminta maaf padanya. Dan kembali mengaitkan hubungan persabahatan kami itu.

“Riel, loe dimana?” lirihku di malam itu. Ku tatap bintang-bintang yang bertaburan di langit yang cerah malam itu. Aku harap salah satu bintang itu bisa membawa kerinduanku pada sosok sahabatku itu. Biar bagaimana pun, aku gak bakal pernah bisa menyakiti hati sahabatku itu. Andai dia tau, hatiku sangat sakit saat dia pergi dengan wajah penuh amarah saat itu.

Jika boleh ada satu bintang jatuh malam itu, satu-satunya pintaku mungkin hanya agar Ariel kembali dengan senyumnya dan kehangatannya. ‘Sungguh Tuhan, aku merindukan dia’ ucapku berkali-kali dalam hati yang terus menyanyikan lagu kerinduan itu. Perlahan aku hirup udara malam yang dingin itu untuk sedikit melegakan dan mengisi kekosongan hati ini. Sungguh. Rasa berkecamuk dalam diriku yang tak bisa ku raba dan terlalu abstrak untuk ku ungkapkan itu membuat hatiku bergejolak tak nyaman.

Ting tong…

Lamunanku terpecahkan oleh suara itu. Aku mendengar suara bel berbunyi. Ayah dan bunda sedang pergi ke sebuah acara 1 jam yang lalu. Dan tentunya tinggal aku yang ada di rumah kini sendiri. ‘Siapa ya?’ benakku. Apa secepat itu kedua orangtua ku pulang?

Aku pun bergegas turun dan menuju pintu depan. Saat aku membuka pintu rumah, aku terperangah sesaat. Terima kasih Tuhan ucapku berkali-kali dalam hati. Doaku tadi rupanya didengar dan langsung dikabulkan Tuhan. Dari balik pintu itu, aku kini bisa menemui wajah sahabatku itu. Wajah yang begitu hati ini rindukan keberadaanya. Tapi dari sorot matanya, aku bisa tau, dia menyimpan sejuta kegundahan.

“Ariel? Loe kenapa?” tanyaku pelan melihat roman wajahnya yang menyiratkan sejuta kepiluan. Kekhawatiran seketika langsung menghinggapi hatiku. Siapapun yang melihat keadaan Ariel saat itu pasti bisa merasakan ada yang tak beres yang telah menimpanya. Dan aku tau, perasaan itu tak meleset sedikitpun, karena selang setelah itu, dirinya telah memelukku dan terisak pelan dibalik punggungku.

Dan malam itu aku kembali menjadi seorang sahabatnya yang kan mendengar segala keluh kesahnya. Menjadi tempatnya bersandar menompang segala beban yang kini tengah ia rasakan. Memberinya pelukan penuh kehangatan seorang sahabat yang selalu berusaha membuat sahabatnya untuk tetap kuat dan keluar dari segala kegundahannya.

Dan malam itu juga, dari ceritanya aku tau, ternyata sebuah rentetan kejadian telah mengubah total cara pandang seorang Ariel tentang cinta.

**--***--**

Malam sudah begitu larut. Tapi mataku belum juga bisa terpejam. Kejadian yang baru saja berselang masih terekam jelas dibenakku. Ariel yang beberapa puluh menit yang lalu telah pulang setelah puas melampiaskan segala kegundahannya padaku, pasti juga tak bisa tidur sama sepertiku. Apa yang Ariel ceritakan malam itu benar-benar membuka pikiran kami. Membuka lebih luas cerita yang berbeda dari sebuah kehidupan. Terhadap sebuah arti cinta yang sesungguhnya pada khususnya. Kata-kata pertama Ariel saat baru memulai ceritanya masih begitu sangat melekat di benakku.

“Vivi nolak gue Fy…”

Itu kata-kata yang pertama kali terucap dari mulut sahabatku itu. Kata-katanya terdengar begitu ketir dengan pandangannya yang terus memandang kosong kedepan, seakan menerawang menembus sang waktu memutar kembali waktu-waktu yang telah ia lewati bersama Vivi.

Mungkin jika hanya kalimat itu yang terlontar darinya, maka aku tak bakal percaya dia bisa datang dengan kesedihan sedalam itu. Tapi bait-bait penuh nada kepedihan yang menyambung seuntai kalimat itu, membuat aku tersadar. Ariel ternyata kini benar-benar telah menjadi sosok yang berbeda malam itu. Karena cerita hidup seorang gadis. Vivi.

Malam itu Ariel menceritakan segala hal yang telah ia alami. Segala hal yang Vivi bicarakan dengan dirinya. Segala hal yang membuat gadis itu menolak Ariel. Segala hal yang kemudian begitu saja terjadi seakan-akan telah direncanakan Tuhan dengan begitu rapinya, hingga pada akhirnya bisa membuka pikiran dan hati seorang Ariel untuk melihat sebuah cinta dari sudut pandang yang berbeda.

“Vivi sebenarnya sudah punya pacar, namanya rizki…”

Aku masih ingat, saat baru saja mendengar kalimat itu. Karma, itulah yang segera terlintas di benakku. Apa Tuhan memberikan pelajaran berupa karma pada Ariel yang senang memainkan hati seorang gadis? Entahlah. Itu jelas memberinya pukulan telak padanya. Tapi ternyata tak hanya sampai disitu pelajaran yang Tuhan berikan padanya. Cerita-cerita yang terlontar berikutnya membuatku sedikit tercengang dengan apa yang sebenarnya telah mencambuk Ariel hingga bisa seterpuruk itu hingga akhirnya berubah seperti itu…

“gue tau, saat itu gue sakit Fy. Sakit…. Buat gue Vivi beda dengan cewe-cewe yang pernah gue pacarin. Tapi segala hal yang Vivi ceritakan dengan gue hari itu, bikin gue gak bisa ngalang-ngalangin dia untuk mempertahankan cintanya, walau sebenarnya cintanya juga terabaikan… Gue ngehargain kemauan dia untuk mempertahankan cinta sejatinya sampai ujung usiannya…”

Sampai saat itu, aku mulai tak mengerti arah pembicaraan Ariel. Ada apa sebenarnya dibalik cerita cinta Vivi? Aku terus memperhatikan setiap detail ucapan-ucapan yang dilontarkan Ariel.

“Vivi sebenarnya sudah di vonis dokter 3 bulan yang lalu dan dokter bilang umurnya tak lebih dari 6 bulan lagi. Ginjal dia bocor, dan sulit untuk di selamatkan…”

“dan disaat cowonya tau akan penyakitnya, cowonya mulai menjauhinya. Tapi Vivi ingin mempertahankan cinta mereka berdua walau pada akhirnya maut harus memisahkan mereka. Dia hanya ingin mencoba terus setia di sisa umurnya”

“karena itu juga, Vivi selalu menghindar dari gue. Dia tau, rizki, cowonya itu pasti terpukul saat tau keadaan dirinya. Dan ia memaklumi hal itu. Dan disisa umurnya yang singkat itu, ia hanya ingin berusaha memberikan yang terbaik buat rizki. Termasuk terus berusaha setia dan mencintai sepenuh hati. Dia tak ingin menyakiti hati belahan hatinya itu, walau sebaliknya, hatinya tengah disakiti secara diam-diam oleh rizki. Dia tau, walau kekasihnya tetap memberikan cintanya kepadanya, tapi ia tau kekasihnya telah mulai mengepakkan sayapnya mencari pengganti dirinya… Tapi dia ikhlas Fy… gue gak percaya dia punya cinta yang sebegitu dalam dan tulus seperti itu….”

“buat dia, selama masih ada cinta yang diberikan rizki buat dia, dia akan terus berusaha membalas cinta itu. Dia tak ingin menyakiti orang-orang yang ia kasihi. Dia juga gak mau nyakitin hati gue, karena dia tau, dia gak bakal bisa membalas cinta gue. Cintanya sudah terlanjur hanya untuk rizki. Cuma itu keinginan dia disisa hidupnya itu….”

“dan… dia berhasil mempertahankan cintanya hingga ujung usianya Fy… Vivi udah gak ada. Tadi sore Vivi udah pergi untuk selama-lamanya…”

Ya, Vivi telah tak ada. Setelah itu berakhirlah cerita Ariel. Dia tak mampu lagi melanjutkan ceritanya. Hanya isak tangis tertahan yang mampu menggambarkan perasaan pedih yang ia rasakan saat itu. Cerita pedih dari gadis yang sempat ia taruh hati agak dalam itu benar-benar berhasil menohoknya perasaan dan membuka pikirannya rupanya. Dan akupun hanya mampu merangkulnya hangat, mencoba menguatkan dirinya saat itu.

Dari cerita Ariel itulah, aku tau saat pertemuan mereka beberapa hari yang lalu, saat perjalanan pulang mereka, Vivi jatuh pingsan, dan segera dibawa ke rumah sakit. Beberapa hari menghilangnya Ariel rupanya ia menemani Vivi di rumah sakit. Sampai akhirnya hari itu nyawanya tak tertolong lagi. Vivi telah terbang meninggalkan semua orang yang mencintainya dengan meninggalkan sebuah cinta sejati buat seorang yang ia anggap belahan jiwa, dan tentu saja sebuah pelajaran berharga tentang cinta buat seorang Ariel.

Satu tahun tlah berlalu sejak kejadian itu. Tapi Ariel tak pernah melupakan seorang Vivi di hatinya. Dan kalian tau, sejak kepergian Vivi, Ariel tak pernah lagi menyentuh dunia percintaannya. Aku sendiri tak tau kenapa. Apakah itu karena cintanya yang begitu dalam kepada Vivi? Entahlah….

Yang jelas, walau Vivi telah tiada, tapi aku juga tak pernah melupakan dirinya yang telah mengubah Ariel. Sejak kepergian Vivi, Ariel memang menjadi sosok yang berbeda. Dia orang yang bisa lebih menghargai cinta kini.

“gue pengen mencari cinta sejati Fy, bukan cinta palsu yang sekedar untuk permainan”

Itu jawaban yang terlontar darinya jika aku menanyakan kesendiriaannya. Dan aku senang, itulah yang aku harapkan bisa berubah dari seorang Ariel. Aku cuma pengen dia bisa ngeliat cinta dalam arti sebenarnya, bukan sekedar cinta yang hanya ia jadikan permainan selama ini.

**---*misst3ri*---**

Sore itu, kami berdua menjiarahi makam Vivi. Hari itu tepat 1 tahun kepergian Vivi. Sepulang dari makam, Ariel mengajakku ke suatu tempat. Sebuah taman yang indah, yang dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran. Kami duduk disebuah kursi taman yang menghadap sebuah danau yang begitu tenang. Terlihat di sekitar sana ada beberapa orang yang juga turut menghabiskan sore itu di tengah keindahan taman itu. Cukup lama kami terdiam, sambil sesekali melempar kerikil-kerikil kecil ke arah danau dan mengusik ketenangan permukaan danau itu.

“Riel, gue boleh nanya gak ke loe?” tanyaku membuka pembicaraan.

“apa?” sahutnya santai sambil membuka sebuah permen lollipop kesukaannya. Aku menghela nafas sesaat.

“sekarang udah 1 tahun sejak kepergian Vivi. Tapi kenapa loe sampai sekarang gak pernah lagi pacaran sejak kepergian via? Apa loe masih ngarepin Vivi?”

Ariel menoleh kearahku, lalu menggeleng sambil tersenyum. Melepas permen lollipop yang sedari tadi ia hisap, lalu berkata…

“gue udah ikhlasin cerita cinta gue sama Vivi. Dan gue kan udah pernah bilang, gue mau nyari cinta sejati Fy. Bukan cinta main-main lagi sekarang…” ucapnya dengan tenang dengan senyum yang terus saja mengembang dengan manisnya itu di sudut bibirnya. Tangannya yang kosong bebas memainkan batang lollipop yang baru ia nikmati sedikit itu.

“loe sendiri kenapa sampai sekarang belum mau nyentuh namanya yang pacaran?” tanyanya lagi.

“gue cuma ngerasa belum nemuin waktu yang tepat…”

“loe nunggu waktu yang tepat, apa loe lagi nunggu seseorang Fy?” potong Ariel dengan nada menyindir sambil melirikku tajam.

Pertanyaan ini sungguh menohok diriku. Aku hanya menunduk. Yah, mungkin aku juga tengah menunggu itu. Menunggu orang yang tepat, orang yang benar-benar aku cintai dari dasar hati ini. Melihat kebisuanku ini, Ariel ikut terdiam. Dia hanya tersenyum melihatku tak berkutik seperti itu.

“menunggu bukan hal yang salah kok Fy… gue juga sedang menunggu seseorang” lirih Ariel lagi santai sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi taman itu lalu mengedarkan pandangannya ke arah bunga-bunga yang tumbuh mekar disana. Aku melirik Ariel sesaat. ‘Menunggu? Siapa yang Ariel tunggu?’ benakku panasaran. Tapi ku simpan saja rasa penasaran itu dalam hatiku. Aku pikir, kalau sudah waktunya Ariel pasti akan bercerita padaku seperti biasanya.

“Fy… loe tau gak, ini tempat favoritenya Vivi. Gue dulu suka ngintipin dia yang lagi mainin biola disini” kenang Ariel, mengubah topic pembicaraan mereka. Aku hanya diam setia mendengarkan.

“dan tau gak Fy, dipertemuan terakhir gue dulu itu sebelum ia gak sadarkan diri, tepat di taman ini juga, Vivi sempat ngasih nasehat ke gue dulu…” kenang Ariel, “kayaknya gue belom pernah cerita tentang ini kan?” kata Ariel lagi sambil mengalihkan perhatiannya padaku kini. Aku mengangguk pelan. Ariel memang belum pernah menceritakan tentang sebuah nasehat dari Vivi sebelumnya. Ariel kembali melemparkan pandangannya ke hamparan luas keindahan taman itu.

“dia bilang… Hati gue sebenarnya sudah gak utuh. Dan karena itulah gue gak bakal bisa meletakkan hati gue dengannya. Itu hanya akan menjadi hal yang sia-sia karena tidak seharusnya dengan dia serpihan hati gue berada. Gue harus mencari serpihan-serpihan hati gue itu, yang nanti kan bisa membuat hati gue utuh kembali….” Lirihnya. Aku sedikit tak mengerti maksud nasehat Vivi tersebut. Tapi aku tetap diam terus mendengarkan kata demi kata yang terlontar dari mulut Ariel.

“pada awalnya, gue pikir kenapa Vivi mengatakan itu karena gue terlalu sering bergonta-ganti pacar. Mungkin hati gue jadi gak utuh lagi karena gue terlalu sering membagi hati gue ke banyak cewe….” Katanya lagi. Sesaat ia terdiam dan menghela nafasnya.

“tapi setelah gue terus renungi kata-kata itu, gue resapi benar-benar, gue tau, bukan itu maksud Vivi” ucapnya sambil melirik ke arahku sesaat. Aku tersenyum padanya, dan terus menatapnya penuh perhatian. Ia balas tersenyum kemudian kembali melanjutkan ceritanya. Ia kembali bercerita sembari menerbangkan pandangannya pada bunga-bunga indah yang tumbuh subur di taman itu.

“gue mungkin dulu sering mempermainkan cinta gue dengan banyak cewe, tapi gue gak pernah benar-benar memberikan hati gue ke mereka. Itulah yang membuat gue gak pernah merasa cocok dan nyaman terus menjalin hubungan dengan mereka semua. Di mereka gue gak bakal bisa nemuin serpihan-serpihan hati gua yang sebenarnya udah gue sebar ke orang-orang yang benar-benar hati gue cintain….” Ucapnya lagi. Sampai disini aku mulai mengerti apa maksud nasehat Vivi.

“Vivi juga sempat berkata, jika gue pengen tau dimana serpihan-serpihan hati gue itu berada, gue harus pejamkan mata gue, dan dengarkan bisikan hati nurani gue. Dan hati gue bakal ngasih tau dimana. Dan loe tau, siapa yang bisa gue liat memiliki serpihan-serpihan hati gue?” tanya Ariel sambil menatapku penuh. Aku balas menatapnya dan menggeleng pelan. Ariel menutup matanya sesaat, lalu kembali membuka menatapku dengan tatapan yang terasa lebih dalam kini.

“serpihan hati gue ada di nyokap gue…, bokap gue…, kak Raka, dan…..” Ariel menghentikan perkataannya sesaat. Dan saat itu aku ngerasa, sorot pandang Ariel mulai berbeda. Sorot mata itu mulai menggetarkan hatiku yang selama ini selalu aku pertahankan dalam kesendirian dan kesepiannya.

“dan loe Fy….” Lirih Ariel lagi dengan begitu pelan kini, begitu dalam, dan hati-hati. Aku terperangah mendengarnya.

“gue sayang sama loe Fy…” lanjutnya lagi sembari terus menatapku penuh kelembutan lewat mata sayunya itu. Aku menggeleng sambil menatapnya sedikit nanar.

“gak Riel, sayang loe sama gue cuma sahab…” aku masih mencoba mengelak, tak mau mengambungkan perasaan yang penuh mimpi ini. Tapi aku tak mampu lagi melanjutkan perkataanku itu ditengah genggaman hangat Ariel yang kini menggenggam hangat jemari-jemariku. Sorot tajam matanya seakan turut menyihirku, menyesakkan dada ini, dan mencekak tenggorokan ini untuk menahan memproduksi suara dari pita suara.

“loe pernah bilang, hati akan menuntun kita menuju cinta sejatinya yang penuh ketulusan. Dan gue kini sadar, satu-satunya orang yang selalu bisa bikin gue nyaman, bikin hati gue merasa tentram, cuma sama loe Fy….” Ucapnya tenang sambi terus menatapku penuh kehangatan.

“apa kesendirian loe selama ini karena loe nunggu seseorang Fy?” lirih Ariel. Aku masih tersihir, diam terpaku menatap kedua bola mata Ariel.

“siapa Fy? Apa itu gue?” jleb. Sontak aku mengalihkan padanganku ke arah lain. Aku tak kuat menatap sorot tajam mata Ariel yang seolah-olah ingin menelanjangi isi hatiku, mencari kejujuran yang terpendam disana.

“kalau orang yang loe tunggu itu gue, gue udah datang buat loe Fy” lirih Ariel lagi.

Aku terpejam dan menunduk semakin dalam. Darah ini seakan mengalir begitu deras memompa detak jantung untuk bekerja lebih cepat. Hati ini mulai berkecamuk tak beraturan. Menerbangkan sejuta perasaan, asa dan juga harapan.

Dan sepertinya kebisuanku dan genggaman ku pada tangannya yang tanpa sadar menguat, seolah tak ingin dia menjauh, sudah cukup menerangkan kepada Ariel apa isi hatiku sesungguhnya. Ariel hanya tersenyum dan balas menggenggam jemariku semakin erat, yang membuat jantungku berdetak lebih cepat lagi. Ya, aku memang menunggunya. Entah sejak kapan perasaan itu ada. Tapi hati ini bertahan karena aku telah terlanjur meletakkan serpihan hatiku padanya. Sahabatku sedari kecil yang sudah punya tempat terlalu dalam, terlalu istimewa di hati ini. Tapi aku tak pernah bisa mengungkapkannya. Aku tak pernah yakin dengan perasaanku sendiri. Aku terlalu takut untuk meyakini perasaan yang terbentuk dengan sendirinya itu. Aku terlalu takut tuk menggenggam perasaan itu demi sebuah harapan yang tak pasti.

“Fy, loe tau kenapa gue memilih menjomlo setahun ini? Itu karena gue benar-benar mikirin perkataan Vivi itu. Dan semakin gue pikirin kata- kata Vivi itu, gue semakin gak bisa menolak kata hati gue kalo gue sebenarnya nunggu loe. Sekarang gue pinta, loe tanya sendiri sama hati loe, kenapa sampai di umur loe yang ke-18 ini, loe belum mau melepaskan hati loe buat seseorang? Apa yang sebenarnya loe tunggu dari dulu Fy?” kata-kata Ariel yang mengalir lancar dari mulutnya itu semakin membuat hatiku bergejolak.

Tangan Ariel bergerak menyentuh daguku, dan mengangkat wajahku agar menatapnya. Hatiku berdesir kuat saat kembali melihat sorot mata itu. Sorot mata yang seperti menyinarkan sinar yang penuh kehangatan, dan kasih sayang yang begitu tulus padaku.

“satu hal yang loe harus ingat Fy, cinta itu butuh keberanian dan kepercayaan. Jika loe berani mengambilnya, dan mau menaruh kepercayaan loe sama gue, gue janji bakal mencintai loe dari hati. Gue janji gak bakal ngotorin kesucian cinta itu sendiri… Apa loe mau nerima cinta tulus yang gue siapin buat loe ini?”

Ya, Ariel benar. Aku harus percaya dengan kata hatiku sendiri. Dan aku harus percaya, hati ini telah memilih orang yang tepat, yang tak akan pernah menodai cinta yang tulus itu. Dan atas dasar itulah, saat itu juga ku yakinkan hatiku akan pilihan kata hati nuraniku. Ketika hati ini tlah mantab dengan perasaanku, aku pun tersenyum padanya dan perlahan mengangguk. Aku tau, inilah isi hatiku sebenarnya. Ariel. Dialah segala alasan kenapa selama ini aku jaga tertanam rapat di hati ini. Karena hati ini tanpa aku sadari memang aku jaga untuknya.

Seketika tak lama setelah anggukanku itu, aku merasakan jemariku hangat karena telah digenggam semakin erat oleh jemari kokoh Ariel. Aku bisa melihat pancaran bahagia dari mata Ariel. Mata yang terus menatapku dengan hangat, sehangat desiran lembut darah yang mengalir diseluruh tubuhku.

Ariel terus menatap kedua bola mataku dengan tajam. Waktu terasa berhenti berdetak saat kedua mata kami saling bertautan mengisi kekosongan hati masing-masing. Wajahnya semakin mendekat dengan wajahku. Aku merasa kaku, tak bisa bergerak. Hanya bisa terdiam terpaku saat Ariel semakin mendekati diriku. Kini aku bisa mendengar jelas tiap hembusan nafas Ariel dan sentuhan hangat nafas Ariel di pipiku. Sorot mata Ariel benar-benar telah melumpuhkanku. Entahlah. Tapi tubuh ini terasa kaku dan pasrah dengan apa yang akan Ariel lakukan padaku. Inikah yang dinamakan cinta? Aku akhirnya hanya bisa memejamkan mataku saat wajah Ariel semakin mendekati wajahnya.

Cup

Sesuatu telah menempel dibibirku. Eh, tapi kok rasanya… manis? Perlahan aku membuka mata dan melihat wajah jahil Ariel yang sedang nyengir lebar ke arahku sambil memegangi sebuah permen lollipop ditangan kanannya.

“ngarep juga ya loe tu ternyata. Katanya cinta itu suci, gak boleh pake nafsu… Gue gituin gak berkutik juga loe! Payah juga loe ah!” ledek Ariel. Rasa malu langsung seketika menyelimutiku. Ingin rasanya membenamkan wajah yang sudah memerah ini ke dasar lautan yang dalam nan dingin agar mati kaku dan tak lagi merasakan malu yang tak terkira itu.

“ahh… Ariel! rese ah!” hanya keluhan itu yang akhirnya bisa terlontar dari mulutku.

Ku hujani dia dengan pukulan-pukulanku. Tapi Ariel lari dan terus mencoba berkelit dari hujanan pukulan dari ku. Ku kejar ia terus tuk melampiaskan kekesalan bercampur malu yang aku rasa. Sampai akhirnya aku bisa meraih pergelangannya, tapi ia dengan gesit balik memegangi tanganku. Aku pun tak mampu bergerak lagi ketika Ariel telah memegangi kedua lenganku sambil mendekapku dari belakang. Dan bisikan lembut dari Ariel sontak saja membuat diriku kembali luluh, dan merasakan hembusan kuat di hatiku. Sebuah hembusan yang membelai lembut hatiku dengan penuh kehangatan dan ketentraman.

“aku tau cewe itu makhluk yang sangat lembut dan rapuh. Maka dari itu, aku janji sama kamu Fy, aku bakal terus jagain kamu seutuhnya dan gak akan aku biarin kamu tersakiti dan terkotori oleh apapun dan oleh siapapun, termasuk oleh diri aku sendiri. Aku janji Fy, demi menjaga cinta suci yang kamu pertahankan selama ini…” bisiknya pelan tapi begitu dalam. Dan detik itu juga aku tau, hatiku sudah berhasil menemukan cinta sejati yang aku harapkan, serpihan hatiku yang aku cari-cari dan aku tunggu dari dulu untuk melengkapi kekosongan hatiku. Dan aku yakin, Ariel mampu ngasih arti cinta sejati yang tulus yang aku impikan selama ini.

Bagaimana dengan kalian? Apa kalian juga sudah menemukan cinta sejati kalian yang penuh ketulusan? ;)

---------------THE END (3am)---------------
0 komentar

Greyson Chance in Indonesia!

Lohaaa…. Wah, lama juga gak ngebacot lagi di blog -_- hahaha…

Emm.. kali ini mau nulis tentang salah seorang penyanyi muda yang bisa dibilang berhasil menarik perhatian aku *cieee wkwkwk… Yap, seperti judul di atas, kali ini aku mau bahas tentang kedatangan GREYSON MICHEAL CHANCE ke Jakarta minggu lalu.

Yak, aku emang demen sama penyanyi muda yang satu ini, awal denger nama dia sih biasa aja. Dah denger2 juga sih, katanya keren, the next JB. Dan cukup sering liat namanya seliweran di TL. Yaudah, aku follow lah artis yang satu ini. Iseng. Eh ternyata gak lama abis itu di folback *padahal minta aja nggak ._. wkwk... Yaudah, makin penasaran pengen liat aslinya deh pikir aku. Dan anda tau? Sejak pertama kali liat video “Paparazzi” greyson tahun lalu itu, aku langsung jatuh hati dengan suara cowo kece satu ini dan mulai doyan ngubek-ngubek video cover dia yang lain. Apalagi dia pinter banget main pianonya. Wah, saya ini mah gak bisa liat penyanyi kece yang jago main piano, pasti langsung demen ._. wakakak… Yap, aku menyukai Greyson layaknya aku suka dengan penyanyi muda lainnya seperti David Archuleta, atau Sherina, atau Ify Alyssa (ato yang dulu lebih dikenal Ify Idola cilik atau skrg Ify BLINK). Penyanyi yang bisa sambil main musik, terlebih piano, selalu terlihat sangat kece di mata saya :p hahaha….

Oke, balik lagi bahas Greyson. Jadi awal November lalu, para enchancers (sebutan fans Greyson) dikejutkan sebuah kabar bahwa idola mereka ini bakal mengadakan showcase di Indonesia akhir bulan November itu.

Tentu ini kabar yang sangat menggembirakan. Dan yang jelas para enchancers, terlebih yang berada di jabodetabek, pada berbondong-bondong berburu tiket showcase remaja berbakat dari Oklahoma, Amerika Serikat, ini. Eeee… no no, bukan berburu tiket lebih tepatnya, tapi berburu Invitations. Yap, Showcase Greyson hanya bisa disaksikan oleh mereka-mereka yang punya “undangan”, dan itu hanya bisa didapat dari pembelian CD Original Album perdana Greyson “Hold On ‘Til The Nigth” atau cara-cara lainnya yang sudah diatur pihak menyelenggara. Yah, tak terlalu menguras kocek seperti konser-konser artis dunia lainnya, tapi cukup ekslusif dan limited edition (?) hahaha….

Terbatasnya invitations yang tersedia, jelas agak membuat Enchancer ngenes juga. Tapi syukurnya, muncul lagi satu kabar gembira. Kedatangan Greyson tanggal 23-24 November 2011 itu rupanya tak hanya untuk mengadakan showcasenya di tanggal 23 Nov itu, tapi dia juga tampil di acara “The Hits” Trans tv. Wow! Jelas ini kabar super gembira. Karena apa? Yang jelas orang-orang yang berada sangat jauh dari radar kota Jakarta jadi bisa nonton dia juga secara LIVE walau cuma lewat layar kaca, hahaha…

Dan hari yang di tunggu-tunggu itu datang. Tanggal 22 Nov siang, Greyson yang baru selesai mengadakan konsernya di Filipina, akhirnya bertolak menuju Jakarta Indonesia. Welcome to Indonesia, Greyson! :)

Trus tanggal 23 Nov, dia ngadain showcase dia di Hard Rock Cafe jakarta, Indonesia. Bahagialah para Enchacers yang bisa nonton. Ini foto2 dan video-videonya…

Unfriend You
Summer Train
Paparazzi
Waiting Outside The Lines
Home is in Your Eyes
Cheyenne
Hold on Til The Night

Eh ternyata penyanyi muda kelahiran 16 Agustus 1997 ini juga dikagumi beberapa artis Indonesia lhoo... Sebut aja seperti Vidi Aldiano, Nino RAN, atau Shilla dan ify BLINK. Wah, para idola saya juga ngefans dengan orang yang sama ternyata hehehe… Dan untuk memuaskan para fansnya di Indonesia, kedatangannya tanggal 22 Nov-25 Nov itu, selain untuk mengadakan showcase, dia juga mengadakan MnG dan juga kunjungan-kunjungan lainnya untuk promosi album dia. Dia sempet ngunjungin beberapa media di Indonesia, seperti majalah kawanku, majalah Gadis, Yahoo Indonesia, dan lainnya. Bahkan dia sempat ngebajak twitter salah satu majalah yang dikunjunginya untuk menyapa para fansnya. Dasar iseng -_- wakakakk..

Ini adalah beberapa foto dan video saat Greyson di wawancarai oleh yahoo Indonesia dan media local lainnya. Sempet jawab beberapa pertanyaan yang diajukan fans-fans dia lwt yahoo jg. Salah satunya ttg first kiss dia -_- hahaha... Ohya, Dia juga sempat main-main piano dengan ipad milik wartawan media.. So funny! :)

Greyson play piano on ipad yahoo

Dan malam terakhir dia berada di Indonesia, tanggal 24 Nov, dia tampil di The Hits. Wah, tentu ini yang sangat ditunggu-tunggu.

Pertama kalinya cuy liat secara live. Kan kalo biasanya cuma lewat youtube gitu doang. Dan kesan yang aku dapat setelah liat dia di tipi secara LIVE itu, wah, awesome, makin ngepens sodara-sodara -_- wkwkwk…. Emang cakep bgt orangnya. Senyum dia yang gak ada matinya itu makin bikin banyak orang terkesan dengan attitude dia. Sangat ramah, friendly, dan hangat dengan semua orang. Bahkan saat di interview para host the hits dia keliatan sangat lepas, ramah, dan sangat mudah akrab =))

Dia saat itu membawakan 2 lagu dengan sangat luar biasa. Lagu Unfriend You dan Paparazzi di babat habis. Dan penampilan yang cukup memukau dan menghebohkan tentunya. Penampilan Greyson ini sempat jadi trend topic world (TTWW) di twitter malam itu. Dan Katanya juga sih sempet tapping beberapa episode untuk the hits juga (gengges dan kepo) serta 2 lagu lagi yang bakal di tayangin di the hits di episode2 berikutnya. Ini video penampilannya saat itu…

Unfriend You @ The Hits

Paparazzi @ The Hits

Ini video saat greyson interview dengan John Martin di gengges The Hits Transtv. Its So Funny. Asli lawak, gak berhenti ngakak aku liatnya wkwkwk... Greyson bisa ngelawak juga ternyata, hahaha.. Parah bgt! Dan kata2 error greyson "Selamat mama" saat malam ditayangkan ini (28/11/11) sempat masuk di 10 besar Trend Topic World Wide. Wow!

Di temlen twitter aku sendiri, malam itu tiba-tiba saja jadi banyak enchancers dadakan -_- wakakakk…. Walau, ujung-ujungnya ada muncul “lagu lama”, mulai ada yang banding-bandingin sama JB. Walah, aku sih liatnya biasa aja. Karena hampir di semua video-video Greyson yang ada di Youtube ada keributan lintas dunia (?) mengenai hal ini. Kalo menurut aku pribadi, mereka ya gabisa dibanding-bandingin juga. Kalo soal cakep, itu relative yah. JB cakep pake banget menurutku, tapi greyson lebih imut. Itu pendapatku. Pendapat anda dan yang lainnya sangat mungkin berbeda. Tergantung selera masing-masing.

Begitu juga soal suara. Sebenarnya jalur musik mereka agak sedikit berbeda, daya tarik mereka juga berbeda, jadi gak bisa langsung dibanding-bandingin juga. JB mungkin punya suara yang lebih “ringan” dan dance yang oke untuk menarik minat anak muda, tapi greyson punya suara lebih “berat” dan kemahirannya dalam memainkan piano menjadi daya tarik tersendiri. Pada intinya, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Masing-masing punya modal kualitas vocal dan musikalitas yang cukup mumpuni untuk seorang penyanyi. Mana yang lebih enak? Itu mah kembali lagi dengan selera kita masing-masing sebagai penikmat karya mereka.

Buat aku, Greyson Chance, bocah ajaib yang gak bisa dianggap enteng kualitas bermusiknya. Dia punya modal yang sangat luar biasa besarnya. Dia punya vocal yang khas dan kuat, dia mampu memainkan piano dengan sangat baik, dia mampu memainkan emosi lagu dengan luar biasa dalam setiap lagu-lagu yang ia mainkan, dia juga mahir menciptakan lagu, ditambah dengan attitude dan tampangnya yang kece itu, buat aku sudah lebih dari cukup untuk membuat orang terpikat dengan apa yang dia punya. Dia musisi masa depan yang menjanjikan sodara-sodara! Hahaha :p

Yah, yang jelas semua sangat terhibur dengan kedatangan greyson ke Indonesia. Semoga dia balik lagi yah tahun depan, hohoho…. Dan terakhir kita share beberapa foto-foto greyson lainnya selama ada di Indonesia dan turnya di Asia lainnya…

Greyson makan duren. Gak doyan kayaknya dia -_- wakakakk..

Ini video Greyson saat Interview dengan Fay Nabila di Insert Trans TV. So funny and cute :3 Greysonnya kynya gemes bgt sama fay :D

1 komentar

FIKSI - PROMISE Part 46: Sebuah Kenyataan

Lanjutan dari Promise Part 45: LOSE. Baca juga Promise Part 1: Awal, untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.

NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)

PROMISE – Part 46: Sebuah Kenyataan

-----------------------misst3ri----------------------

Tin.. tin….

Bremmm…

Di tengah hiruk pikuk kepadatan jalan kota yang semerawut itu, seorang anak berdiri berhimpitan di sebuah bus kota yang turut memenuhi jalanan kota itu. Cuaca diluar begitu panas. Cuaca yang sungguh berbeda 180% dari cuaca pagi tadi dengan hujan lebatnya. Ini semakin menggambarkan bagaimana cuaca bumi sekarang sungguh tak bisa diprediksi lagi perubahannya yang begitu cepat dan drastis seperti hari itu.

Tapi, walaupun suasana gerah, penuh asap rokok di dalam bis itu, dan keringat membanjiri tubuhnya karena cuaca panas terik di sore hari itu yang begitu membara karena matahari bersinar begitu perkasanya, tapi toh, tampaknya anak itu tak bisa menghilangkan senyumnya yang terus tergurat manis di sudut bibirnya.

Hari itu hari yang cukup menyenangkan baginya. Pertama pertemuannya dengan cakka dan ify barusan sangat menyenangkan. Diskusi mereka bersama ayahnya cakka benar-benar mampu menginspirasi merka semua dan membuka ide-ide cemerlang lainnya. Dan kini mereka punya satu rencana yang cukup bagus untuk persiapan mereka mengikuti lomba antar sanggar tersebut.

Dan yang kedua tentu saja yang akan ditujunya sekarang. Operasi bundanya. Yap, bundanya akhirnya akan di operasi hati ini. Berkat bantuan papa angkatnya Angel, bundanya bisa di operasi dari tumor yang bersarang di perutnya itu sekarang. Bahkan tak tanggung-tanggung, pak darma memasukkan ke sebuah rumah sakit yang tebilang cukup bagus di kota itu agar bunda bisa mendapat perawatan yang maksimal. Dan obiet sangat berharap, bundanya bisa sembuh 100% seperti sedia kala setelah menjalani operasi ini.

“kiri pak!” teriaknya lantang sembari mengetuk-ngetuk langit-langit atap bis kota tersebut. Tak terasa bis yang ditumpanginya itu telah sampai di tempat yang ia tuju. Setelah menerobos keluar dari bis yang penuh sesak itu, dalam satu lompatan kakinya telah mencapai tanah, sementara dibelakangnya, bis kota yang ditumpanginya tadi, telah berlalu cepat dan meninggalkan asap tebal.

Obiet pun segera melangkah memasuki halaman rumah sakit yang tampak begitu banyak orang yang hilir mudik disekitar tempat itu. Dia semakin mempercepat langkahnya memasuki gedung putih didepannya itu. Waktu operasi bundanya sebentar lagi, dan dia tak mau melepaskan sedikit saja waktu berharga ini untuk tak bersama bunda tersayangnya sebelum bundanya menjalani operasi penting itu. Tetapi sesaat sebelum memasuki lobi utama, matanya mengekor sesosok yang lumayan dikenalnya.

“itu kan…..”

Tapi sosok itu begitu cepat tertelan kerumunan orang di lobi itu. Obiet sesaat terdiam menyakinkan akan penglihatannya.

“bener gak ya?” gumamnya. Sesaat kemudian dia menggeleng pelan dan melirik jam tangannya. 15 menit lagi bundanya dijadwalkan masuk ruang operasi. Dia harus segera menuju ruangan bundanya di rawat jika masih ingin bertemu dengan bundanya sebelum di operasi. Obiet pun akhirnya segera melangkah meninggalkan lobi itu menuju lantai 2 tempat dimana bundanya yang mungkin telah menantinya.

--------------------misst3ri--------------------

Brak!

Pintu kamar itu dibuka dengan sedikit terburu-buru. Akhrinya obiet bisa juga menjumpai bundanya yang sebentar lagi menuju meja operasi itu. Dengan nafas yang masih agak tersengal-sengal, obiet menyapu pandangannya ke penjuru ruangan. Sepertinya dia sudah begitu telat sampai disana. Tapi syukurlah sang bunda belum di bawa ke ruang operasi.

“akhirnya datang juga loe biet” tegur debo yang tampak sudah berada di ruangan itu bersama rahmi, angel dan juga kedua orang tua angkatnya, pak darma dan bu darma. Obiet hanya tersenyum simpul, lalu segera mendekati sang bunda.

“udah beres urusannya biet?” Tanya bunda ramah. Obiet mengangguk sambil tersenyum pada bundanya. Perlahan ia mendekat dan duduk pinggir tempat tidur sang bunda.

“bunda… udah siap kan?” tanyanya lembut.

“iya sayang… doain bunda ya…”

“pasti bun. Bunda yang kuat ya, semua pasti bakal berjalan dengan sempurna. Doa terbaik kita buat bunda selalu…” lirih obiet. Sesaat obiet dan bunda hanya saling pandang. Jemari tangan obiet menggenggam hangat tangan sang bunda seakan-akan ingin mengalirkan segala kekuatannya untuk sang bunda.

Bunda tersenyum bahagia mendapatkan perhatian yang begitu tulus dari anak asuhnya itu. Obiet selalu begitu special di hatinya. Karena anak itu telah ia rawat hanya beberapa jam pasca kelahirannya. Jemari yang menggenggam erat tangannya itu, seakan menguak ingatannya kembali akan sentuhan hangat jemari kecil obiet dulu saat pertama kali ia kendong. Dan mulai detik itu juga dirinya tlah meletakkan sebagian hatinya untuk anak itu. dan ketika tangan mungil itu tlah tumbuh menjadi jemari kokoh yang menggenggam tangannya dengan penuh kehangatan, dia tau cinta dan kasih sayang anak itu semakin kuat mengikat hatinya, dan takkan pernah bisa ia hapus dari dirinya. Karena dirinya tau, kasih sayangnya tlah begitu mendarah daging tercurah pada anak itu. Selamanya, takkan terlekang oleh apapun.

“love you bunda…” bisik obiet sambil kemudian mengecup kening sang bunda.

Tak lama setelah itu, perawat mulai masuk dan membawa bunda menuju ruang operasi. Obiet dan yang lainnya mengikutinya untuk mengantarkan bunda sampai di ruang operasi. Selama perjalanan menuju ruang operasii, bunda terus menatap hangat satu per satu orang-orang yang mengiringinya itu. Sinar kuat perhatian dan kecintaan begitu kuat terpancar untuk dirinya. Dan dirinya saat itu juga menanamkan kekuatan dalam dirinya, ia akan kuat menjalani operasi ini. Dengan cinta yang mengalir padanya, dia harus sembuh untuk bisa kembali membalas cinta-cinta tulus itu.

Dan akhirnya bunda telah masuk ruang operasi, meninggalkan orang-orang yang dicintainya yang kini menunggu setia dan selalu mendoakan kesembuhannya dari balik pintu ruang operasi itu.

--------------------misst3ri--------------------

Matahari sore mulai tergelincir ke ufuk barat kini. Sebuah mobil sedan biru tampak membelah jalanan kota yang semakin dipadati kendaraan-kendaraan bermotor lainnya. Dari jok belakang, tampak ify duduk termenung menatap ruas-ruas jalan yang berlalu cepat dilewati mobil yang ditumpanginya itu.

“thx ya fy dah mau nyempetin waktu ke rumah gue siang ini” kata seorang anak lainnya dari jok depan. Ify tersentak lalu menoleh perlahan ke arah orang yang menegurnya itu.

“iya, gue juga seneng kok bisa bantu kalian kok cakk”

“Ntar gue bilang ke dayat deh, biar kita besok bisa ngumpul di sanggar buat bicarain tentang rencana kita tadi. Besok bakal seru nih di sanggar, hehe….” ucap cowo itu lagi yang hanya dibalas senyum tipis dari ify.

Saat itu ify memang telah berada di dalam mobil cakka yang kini tengah mengatarnya pulang. Tak terlalu banyak pembicaraan yang terbentuk saat itu karena raga ify merasa begitu lelah sekarang karena belum pulang ke rumah seharian itu. Oleh karena itulah ia lebih banyak memilih diam sepanjang perjalanan itu.

Tak lama kemudian mobil itu akhirnya memasuki sebuah perkomplekan. Setelah menyusuri beberapa ruas jalan, ia akhirnya menepi di sebuah rumah bertingkat dua itu. Cakka yang duduk di jok depan, dengan sigap segera keluar dari mobil dan dengan gaya gentlemennya ia membukakan pintu belakang untuk ify.

“silakan turun tuan putri” ucap cakka agak menggombal.

“apaan sih loe cakk” sahut ify sambil keluar dari mobil. Tapi pipinya agak bersemu juga diperlakukan cakka sedemikian istimewa begitu.

“hahaha… gak papa dong. Lagian kalo gue gak baik-baik sama loe, bisa dihajar iel ntar gue, hehehe….”

“eh, ngapain bawa-bawa nama iel juga” sahut ify cepat.

“iyalah…” sahut cakka dengan nada santai, “loe kan kesayangan iel sekarang” kata cakka lagi sambil menggerak-gerakkan alisnya.

“alah, ngaco loe! Mana mungkin? Hahaha… Udah ah becandanya, gak lucu cakk!” sahut ify sambil tertawa kecil. Cakka hanya tertawa lepas saat ify sontak mendorong bahunya.

“siapa yang becanda?” kata cakka ditengah tawanya. Dia kembali mendekati ify, dan berbisik pelan, “Asal loe perlu tau, iel yang gue kenal dari dia masih bau kencur gitu, gak pernah gue liat dia seperhatian kayak ke loe sekarang sama cewe. Percaya sama gue” bisik cakka lagi yang kini sukses membuat ify terdiam.

Entah kenapa, mendengar penuturan cakka itu, pikiran ify sejenak terbang melayang menyingkap memori-memori di masa lalunya. Perjanjiannya bersama iel dulu, saat-saat dia jadi pesuruh iel dulu, sampai saat-saat ia ada masalah dengan sahabat-sahabatnya itu. Iel memang perhatian dengan dia. Tapi… bukankah iel sendiri pernah mengatakan padanya, segala perhatian itu ada karena dia sudah menganggap ia seperti saudara yang begitu ia rindukan? Lagipula…. Ify menghela nafas perlahan. Sekejap ditengah pikirannya tentang sosok jangkung itu tadi, selalu ikut terlintas juga wajah murung seorang dari sahabatnya itu.

Sementara itu, cakka yang masih berdiri di hadapan ify, telah mulai tersenyum jail melihat ekspresi ify itu. Tak lama kemudian, ia pun segera menepuk pundak ify.

“udah hey! Jangan syok gitu dong muka loe. Becanda gue tadi, becanda… becandaaa…, hahaha….” Kata cakka sambil menepuk-nepuk pundak ify. Lamunan ify pun sontak terpecah karenanya. Ify pun kembali hanya bisa tersenyum tipis.

“ya udah, gue balik sekarang ya fy…” pamit cakka sambil berjalan ke arah mobilnya. Ify mengangguk pelan.

“eh iya. Makasih cakk, om.., makasih udah dianterin. Ify jadi gak enak…” ucap ify ke arah cakka dan pengemudi mobil itu.

“gak papa, masih satu arah juga kok sama tempat ngajar om. Lagian cakka udah janji sama kamu buat nganterin kamu pulang kan?” sahut pria pengemudi mobil yang ternyata adalah papanya cakka.

“yoi fy… sebagai cowo, pantang dong gue ngingkarin ucapan gue sendiri, hehe….” sahut cakka juga sambil memasuki mobilnya kembali. Ify pun hanya membalasnya dengan seulas senyum manisnya.

“yaudah, kita berangkat dulu ya…” pamit papa cakka kemudian.

“iya om. Sekali lagi makasih banyak ya om, cakka…” sahut ify ramah.

“dahh ifyyy…” kata cakka juga. Mobil sedan biru itupun berlalu perlahan. Ify masih bertahan berdiri di depan rumahnya itu sampai kilau pantulan menyilaukan matahari pada badan mobil itu akhirnya tertelan persimpangan jalan di ujung jalan perkomplekan itu.

Setelah mobil papa cakka itu tlah benar-benar menghilang, ify pun segera berbalik masuk ke dalam rumahnya. Saat pembuka pagar, perlahan tangan ify memijat pelipisnya sesaat. Kepalanya mulai agak pusing sekarang. Bukan hanya karena badannya sudah letih sekarang, tapi kepalanya saat itu juga sudah penuh dengan pikiran memusingkan tentang kelenyapan sila yang cukup misterius itu. Dan kenyataan dirinya bahwa dia belum makan siang sampai saat dikala jam sudah menunjukkan pukul 4 sore saat itu, menambah satu alasan lagi untuk sebuah pemberontakan dalam organ-organ tubuhnya.

Sebenarnya di rumah cakka tadi, cakka sudah menawari dia dan obiet makan siang. Tapi karena tak mau merepotkan, dia dan obiet malah menolaknya mentah-mentah dan beralasan sudah makan sebelumnya disekolah tadi. Dan alhasil, kekosongan perutnya sepanjang siang itu hanya terganjal beberapa keping makanan kecil dan tetesan-tetesan air putih menyegarkan yang sempat diberikan cakka di rumahnya.

Dengan kepala yang terasa ringan menghayutkan itu, ify perlahan melangkah memasuki halaman rumahnya. Tapi, baru saja ia memijakkan kakinya di teras rumahnya, terdengar suara memanggil dari belakangnya.

“ify!” ify berbalik dan menjumpai sosok iel di balik luar pagar rumahnya itu. Dia hanya bisa terperangah, terdiam di muara teras rumahnya itu ketika sosok cowo jangkung itu dengan cepat memasuki halaman rumahnya dan kemudian mencerca diri dengan pertanyaan yang tajam.

“fy! Baru pulang loe? Kenapa baru nyampe rumah sekarang? Katanya pulang sama papa loe? Mana papa loe?” cerocos iel pada ify.

“loe apaan sih yel? Baru datang udah main nyolot aja” potong ify.

“gue cuma nanya, mana papa loe? Kata loe tadi loe pulang sama dia kan? Sekarang kenapa jadi pulang sama cakka dan papanya?” cerocos iel lagi. Ify hanya terdiam. Dia menunduk sambil memejamkan matanya. Kepalanya yang semakin pusing sepertinya sudah tidak bisa ia tahan lagi.

“kenapa loe diem? jangan jadi gagu gitu dong kalo udah ketauan bohong…” tekan iel lagi. Mendengar perkataan iel yang tak begitu enak di kuping itu, tentu saja membuat kepala ify semakin berdenyut.

“apaan sih loe yel? Penting ya pertanyaan loe? Yang penting gue pulang kan?” ucap ify reflek dengan nada sedikit kesal. Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut ify. Rupanya kekesalan begitu cepat datang menghampirinya dikala tekanan menusuk kuat kepalanya saat itu. Seketika itu juga, ify segera berbalik dan berjalan masuk ke dalam rumahnya tanpa menghiraukan lagi iel yang tengah memanggil-manggilnya itu.

“eh, mau kemana loe fy?! Fy! IFY!!” teriak iel. Iel berusaha menahan dengan menggapai pergelangan tangan ify. Dan ketika ia berhasil menggapainya, iel langsung menarik kuat tangan ify ke arahnya dan akhirnya berhasil membuat langkah ify tertahan.

“Ayo jelasin semuanya! Jangan pergi gitu aja loe!” tegas iel. Tarikan iel tadi membuat jarak mereka kini tak begitu jauh lagi. Kini mereka berdiri berhadapan dengan tembok keangkuhan dan ego kuat masing-masing. Sorot mata mereka yang saling pandang menghujam tajam ke mata lawannya itu seakan turut membunuh waktu yang beredar disekitar mereka. Sesaat mereka saling terdiam dengan begitu dinginnya sampai akhirnya ify melepas pegangan iel dengan paksa.

“udah deh yel, maksa banget sih loe. Gue pikir gak ada yang perlu dijelasin ke loe. Gue gak ngerugiin loe apa-apa kan? Ya kan? Loe juga bukan siapa-siapa gue!” ucap ify agak sinis. Iel terdiam tak menyahut. Ify memang benar, dia tak dirugikan, dan siapanya ify dia? Tapi…, hatinya yang berdenyut tak nyaman itulah yang membuat dirinya seperti itu. Entah lah. Mungkin itu membuat dirinya sangat merasa… dirugikan?

“Gue makin pusing tau gak dengerin ocehan loe. Sori, tapi gue pengen banget istirahat sekarang, oke?” ucap ify lagi lebih datar. Lalu ify langsung kembali berbalik melangkah memasuki rumahnya.

“tapi fy….” Iel masih berusaha menahan ify, tapi….

BUM…

Terdengar suara keras dari pintu yang ditutup. Ify telah berhasil masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu dengan keras tepat di depan batang hidung iel. Iel terdiam mematung melihat tingkah ify itu. Matanya sesaat terpaku, menatap nanar daun pintu yang baru saja tertutup dengan kasar itu.

kenapa loe jadi aneh kayak gini sih fy?’ benak iel. Sesaat kemudian iel menunduk dan menghembuskan nafas beratnya. Entah kenapa rasa sesak kembali menghinggapi hatinya kini setelah mendapat perlakuan seperti itu dari gadis yang baru saja menghilang dari hadapannya itu. Dan dengan wajah yang masih agak murung, iel berbalik dan melangkah, kembali menuju rumahnya dengan suasana hatinya yang kini tlah semeraut tak karuan.

Dan tanpa iel sadari, dari sebuah kamar dari rumah yang baru ia tinggalkan itu, sepasang mata tengah memandang kepergiannya kini dengan sendu.

“sori yel” gumamnya sambil perlahan kembali menutup tirai jendelanya itu.

------------------misst3ri------------------

Saat itu tampak langit malam yang gelap telah menyelimuti alam. Bunyi-bunyi gemerisik dedaunan saling bersahutan dengan suara merdu serangga-serangga yang memainkan melodi sang malam. Seorang anak yang berada di muara jendela kamar sebuah kamar rumah sakit tersenyum menyaksikan sajian malam itu. Dadanya terasa lebih menyejukkan kini. Tidak hanya karena rongga hidungnya tlah berkali-kali menikmati udara sejuk malam itu, tapi karena orang dibelakangnya, kini tlah terbaring tenang pasca kesuksesan operasi yang tlah ia jalani.

Bundanya. Ya, bundanya kini telah dipindahkan ke ruang perawatan setelah satu jam yang lalu telah keluar dari ruangan operasi dengan membawa hasil yang menggembirakan. Anak itu, obiet, jelas menjadi salah satu orang yang paling bahagia saat itu. Kebahagiaan itu terpancar jelas dari wajahnya kini yang selalu saja melesungkan senyum manisnya di sudut bibirnya. Dan keadaan itu tak jauh berbeda dengan orang-orang yang juga berada di ruangan itu. Debo, rahmi, angel serta orang tua angkatnya, dan tentu saja sang bunda yang kini tampak jauh lebih sehat. Obrolan-obrolan hangat nan ceria yang mewarnai ruangan itu semakin mempertegas aura positif begitu memancar kuat di dalam ruangan itu.

“biet… Inikan udah malam, jendelanya di tutup dong. Gak kasian sama bunda kamu kalau ntar masuk angin” terdengar suara ibu angkat Angel, bu Darma menegur. Obiet yang ditegur menoleh. Sesaat ia sempat menoleh ke arah penunjuk waktu yang terpasang di dinding kamar itu. Jarum pendek jam dinding itu kini tlah mendekati angka tujuh saat itu dikala kawannya sang jarum panjang telah mendahuluinya berada di angka sepuluh.

“eh, iya tante. Maaf ya bun, hehehe…” sahut obiet sambil menggaruk-garuk belakang telinganya yang sebenarnya tak gatal itu. Dengan gesit ia segera menutup daun jendela bercat putih itu, meninggalkan udara dingin malam yang masih berdesakan ingin masuk. Lalu ia pun mendekati sang bunda di pembaringannya.

“bunda kok gak istirahat juga sih?” tanyanya lembut pada sang bunda. Bunda hanya tersenyum.

“iya nih bunda. Bunda harus istirahat sekarang” ucap bu darma juga.

“kami kayaknya permisi sekarang aja ya bun… bunda harus istirahat juga kan…” ucap pak darma juga berpamitan setelah beberapa puluh menit itu telah cukup panjang mengobrol.

“iya bunda. Ntar besok angel ke sini lagi ya bun…” pamit angel juga pada bunda. Bunda tersenyum saat menyambut kecupan hangat dari angel dan bu darma.

“debo jadi ikut pulang? Malam ini rahmi dan obiet aja kan yang mau nemenin bunda di sini?” Tanya pak darma pada debo. Debo mengangguk.

“iya tante. Bun, debo balik juga ya…” pamit debo juga. Akhirnya angel dan keluarga angkatnya, serta debo setelah berpamitan itu akhirnya pulang.

“bunda sekarang istirahat ya. Bunda kan baru selesai operasi..” kata obiet setelah di ruang kamar inap itu tinggal tertinggalah bunda, rahmi, dan obiet.

“biet, kalian udah makan malam belum? Makan dulu gih…”

“gampang bun…” sahut rahmi.

“eh, bunda gak mau anak-anak bunda sakit ya. Kalian harus makan sekarang”

“iya bun… ntar obiet beli makan keluar. Biar rahmi yang tinggal disini nemenin bunda. Sekarang bunda istirahat aja yaa…” jawab obiet.

“iya, dokter bunda tersayang…” celetuk bunda menyahuti kecerewetan anak-anak asuhnya itu. obiet hanya tersenyum simpul mendengar sahutan bundanya itu. Lalu ia pun segera menyelimuti sang bunda. Dan tak lama kemudian bunda pun terlelap dalam tidurnya.

--------------------misst3ri--------------------

Obiet berjalan cepat ke arah pintu luar rumah sakit itu. Dia berencana untuk ke warung depan rumah sakit itu untuk membeli makanan untuk dirinya dan rahmi saat itu. Berkali-kali ia berpapasan dengan beberapa pasien maupun penjenguk ketika menyusuri lorong-lorong panjang rumah sakit itu. Walau hari semakin beranjak ke penghujung malam, tapi tampaknya aktivitas di rumah sakit itu tak jua menyepi.

Saat ia menuju arah lobi yang melewati taman rumah sakit itu, ia melihat seseorang yang juga ia rasa juga ia liat sore sebelumnya tadi. Obiet terdiam sesaat. Tapi tak lama kemudian, tanpa berpikir panjang lagi diapun segera berbelok dan mengejar sosok itu.

“agni!” tegur obiet saat telah berhasil mengejar dan menggapai bahu orang itu. Sosok yang dikejarnya itu berbalik dan langsung menunjukkan wajah penuh keterkejutan. Agni. Itulah orang yang dijumpai obiet itu.

“eh oh eee… ka obiet, ngapain disini?” Tanya agni tampak begitu tertatih-tatih semakin memperjelas kegugupan yang terpancar tlah diwajahnya.

“loe kenapa sih ag? Muka loa liat gue kayak ketakutan gitu? Emang gue pembunuh bayaran? Nyantai aja, hehehe… bunda lagi dirawat juga disini. Makanya gue disini. Loe sendiri?” kata obiet.

“eee… maaf kak, agni buru-buru” sahut agni buru-buru. Bukannya menjawab pertanyaan obiet, agni malah tampak segera ingin melarikan diri.

“hey, tunggu dulu. Kenapa loe jadi kayak ngindarin gue sih?” tahan obiet setelah sebelumnya dengan sigap ia menarik pergelangan kurus agni agar gadis itu tak segera menjauh darinya. Agni ditahan seperti itu hanya menunduk diam. Terlihat dari matanya sinar ketakutan dan kepanikan. Kening obiet mengerut sesaat melihat itu.

“agni?” agni masih tetap diam.

“oiya. Tadi kita ke rumah loe sama irsyad, cakka dan ify…” ucap obiet.

“apa? Kakak kerumah aku? Sama ka cakka, ka irsyad dan ka ify juga?” lagi-lagi agni tampak begitu kaget mendengar itu. Mukanya tampak semakin pucat.

“iya, dan kata ify itu rumah sila. Ada hubungan apa sih loe sama sila? Loe tau sila dimana? Dia juga menghilang kayak loe sekarang…” tutur obiet. Agni terdiam. Dia hanya tampak menggigit ujung bibirnya sambil mengalihkan pandangannya lepas ke halaman rumah sakit untuk menyamarkan kegelisannya.

“ag?” tegur obiet lagi. Obiet menatap dengan penuh tanda tanya dikepalanya. Sikap agni menurutnya begitu tak wajar. Seperti ada yang ingin ia tutup-tutupi dari dirinya.

“Loe gak lagi nyembunyiin sesuatu dari gue kan?” Tanya obiet lagi hati-hati. Agni perlahan mengangkat kepalanya, lalu kemudian menatap obiet serius. Tampak dia tengah menimbang-nimbang sesuatu di pikirannya. Tapi tak lama kemudian, tangannya meraih pergelangan tangan obiet lalu segera menariknya agar mengikuti langkahnya. Obiet pun mengikuti agni tanpa banyak bertanya. Sampai akhirnya mereka sampai di bagian lain rumah sakit itu. langkah mereka terhenti beberapa meter dari sebuah kamar dimana di depannya tampak ada seorang gadis tengah duduk diam sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dari bahunya yang bergetar, obiet bisa tau kalau gadis itu tengah menangis terisak disana. Dan sepertinya, semakin ia perhatikan, obiet semakin mengenali sosok itu. Dia…

Tiba-tiba gadis itu mengangkat wajahnya dan menoleh kepada mereka. Rupanya dia telah menyadari keberadaan mereka berdua disana. Dan gadis itu pun dengan cepat menghapus genangan air mata yang menggenangi wajahnya lalu segera bangkit dari duduknya. Dengan matanya yang masih begitu sembab itu, dia menatap tajam kearah agni dan obiet.

“kenapa ada dia disini? Loe yang ngajak dia? Dasar penghianat loe!” kata gadis itu sinis.

“tapi kak….” Tahan agni. Tapi belum sempat agni menuturkan kalimat-kalimat pembelaannya, gadis itu telah berbalik dan masuk ke sebuah kamar dimana seseorang tengah dirawa disana. Agni hanya bisa menunduk dalam sambil menghembuskan nafas beratnya. Perlahan ia kemudian kembali mengangkat wajahnya dan menatap obiet dengan sendu.

“ini kebenarannya kak. Tapi please ya kak, jangan bilang-bilang sama yang lain tentang ini ya kak... Please kak….” Mohon agni dengan wajah penuh permohonan.

Obiet menoleh ke arah pintu kamar yang hanya tertutup sebagian itu. Dan dari luar masih bisa terlihat seorang wanita terbaring lemah dengan inpus dan alat pernafasan yang menempel pada tubuhnya. Dan disampingnya, gadis yang baru saja membentak agni itu tengah duduk menghadap tempat tidur itu sambil terus memandang sendu orang yang terbaring diatasnya.

“itu…”

“itu mamanya sila kak. Beliau kecelakaan 2 hari yang lalu saat… saat mengejar kak sila yang mau kabur dari rumah…” lirih agni. Obiet sontak menatap agni yang kini telah menunduk sedih itu. Dan saat itu juga, mulai mengertilah ia dengan apa yang telah terjadi dibalik segara misterius yang terjadi akhir-akhir itu.

----------------------BERSAMBUNG (3am)---------------------

2 komentar