Lanjutan dari PROMISE Part 27: Di Luar Nalar. Baca juga Promise Part 1: Awal untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.
NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)
PROMISE - Part 28: Kegundahan Hati
----------------misst3ri----------------
Ruangan itu terasa penuh dengan ketegangan dan keresahan penghuninya. Sekarang ify dan iel sudah duduk berdampingan di sofa ruang tamu itu. Iel tampak begitu tegang dan duduk tak nyaman disana. Matanya terus saja menatap ke arah luar jendela. Disampingnya ify duduk dalam keadaan tak jauh berbeda, menunduk diam dalam kegelisahannya. Dan di depan mereka, telah duduk seorang cowo yang udah ga asing lagi buat mereka. Dia terus memandangi 2 orang didepannya dengan pandangan penuh menyelidik.
"kok bisa ada ify disini? Ngapain loe fy?" tanya cowo itu yang sudah untuk kesekian kalinya. Iel dan ify masih saja bungkam. Cowo itu masih menunggu jawaban dari keduanya.
"woy! pada ga punya mulut ya??!" sewot cowo itu kesel karena dari tadi pertanyaannya tak satupun di jawab.
"sejak kapan kalian pacaran?" tanya dia lagi. Iel dan ify kaget dan langsung mendongak ke arah cowo itu.
"kita ga pacaran!!" sahut iel dan ify bersamaan. Cowo itu sesaat memandang agak aneh ke iel ify, lalu langsung ketawa.
"hwahaha... Kompak banget sih... jadi kalau ga pacaran, ngapain loe berduaan gini? Ga mungkin kalau ga ada apa-apa... Ngapain ify ada di rumah loe yel?!" tanya cowo itu lagi masih dengan pandangan menyelidiknya.
"dia...." iel menggigit bibirnya, bingung mau gimana menjelaskannya. Iel menatap bingung ke arah ify. Ify melirik ke iel, lalu ke cowo itu, lalu balik ke iel lagi. Lalu dia menghembuskan nafas beratnya.
"udah yel, sion udah terlanjur tau hal ini, loe cerita aja..." lirih ify lemah ke iel tak lama kemudian. Ternyata cowo didepan mereka itu adalah sion. Sion yang berkunjung ke rumah iel, tanpa sengaja jadi memergoki keduannya. Dan iel ify tak bisa mengelak lagi kali ini.
"tapi fy?" lirih iel menatap dalam mata ify. Ify hanya tersenyum pahit. 'Gak papa kok...' bisik ify lagi.
Iel menghela nafas panjangnya. Sebenarnya dia tak ingin rahasianya ini diketahui orang lain. Dia tau, ini bakal membuat rahasia mereka semakin riskan untuk bocor. Apalagi ini bocor sama sion, orang yang agak sradak-sruduk kalau ngomong. Dan apabila rahasia ini sampai bocor, berarti dia udah ingkar janji ke ify karena dia udah berjanji bakal menjaga rahasia ini selama ify mau ngikutin perintah dia. Dan apabila itu sampai terjadi, dia bakal merasa bersalah banget sama ify, orang yang juga bakal jadi pihak yang paling terancam mengalami masalah besar kalau ini sampai terbongkar.
"ayo pada cerita! kalau ga, jangan salahkan gue kalau gue nganggep kalian pacaran..." sahut sion.
Iel kembali menatap tajam ke arah sion yang terus menatapnya, menunggu jawaban yang terlontar dari mulut mereka berdua. Iel kembali menghelakan nafasnya dengan sangat berat. karena melihat tak ada lagi pilihan selain jujur ke sion, iel pun mulai bercerita tentang semuanya ke sion.
"sebenarnya...." lalu iel mulai menceritakan semua kejadian yang sebenarnya ke sion, mulai dari foto-foto ify di aula dengan dayat dkk, sampai perjanjiannya dengan ify tentang posisi ify yang bersedia jadi pesuruhnya selama 1 bulan. Dan cerita itu diakhiri dengan ditunjukannya foto-foto yang jadi sumber masalah terjadinya perjanjian itu.
"waw, sampai sebegitu cintanya loe sama genk ga jelas loe itu, loe mau ngelakuin hal ini fy?? Ckckc... Salut gue..." komentar sion setelah mendengar penjelasan panjang iel sambil ngeliat foto-foto yang udah ditunjukan iel juga dari HPnya. Ify yang sedari tadi hanya mendengarkan, terus diam menunduk sambil terus memainkan jemarinya, kebiasaan yang selalu dilakukan ify untuk mengurangi kegelisannya dikala dia merasa begitu sangat gelisah seperti sekarang.
"eh, jangan-jangan loe ya fy, yang bikin sobat gue ini rada cerdasan dikit akhir-akhir ini ya? Wah loe yel, curang ga ngajak-ngajak gue..." kata sion lagi. Iel ga menjawab dan membuang pandanganya ke arah luar. Dia males meladeni sion dan membiarkan sion terus berkomentar sesuka hatinya sekarang. Sion masih terus melihat-lihat foto di HP iel itu.
"ckckck... Hebat juga lo fy, bisa deket sama musuh terbesar gank loe berminggu-minggu, tapi ga ada yang tau.. Pinter juga lo sandiwara di depan kita semua..." kata sion lagi.
"tapi.. ini beneran minta maaf loe fy?" komentar sion lagi sambil ngelirik sinis ke ify. Ify tetap tak bereaksi, diam tak menjawab.
"Cewe sok kaya loe, mau ngerendahin diri buat minta maaf? Ga yakin gue..." ucap sion lagi.
Ify semakin dalam menunduk mendengar kata-kata sinis penuh tekanan dari sion itu. Sedangkan Iel, dia mulai merasa tak nyaman dengan situasi tekanan dari sion ke ify itu. Tapi dia masih saja memilih untuk diam dan membuang mukanya ke arah luar jendela, tak menggubris. Dia hanya berfikir, biarlah sion semaunya sampai puas berkomentar sekarang, asal tidak untuk dihari-hari berikutnya.
"tulus atau cuma pura-pura loe ngelakuin ini?!" tanya sion lagi. Ify tetap saja menunduk tak menyahuti pertanyaan-pertanyaan sion. Sion yang mulai kesel dan kambuh tangan jailnya, mulai ngelemparin kacang telur yang dia cemil dari tadi ke arah ify.
"Eh, kenapa lo jadi gagu gini sih fy? Ngomong donk..! dari tadi gue tanya-tanya ga dijawab!" kata sion agak kesel sambil nyabit ify pake kacang agak keras kali ini.
"aww..." kacang-kacang itu jadi ada yang mengenai mata ify, sehingga matanya jadi perih karena kemasukan bumbu-bumbu kacang itu. Iel sontak menatap ify yang kelilipan sambil mengusap-ngusap matanya. Iel langsung menatap tajam ke sion.
"eh, loe nanyanya baik-baik donk! Ga usah peke ngelemparin kacang gitu!" omel iel. Lalu iel segera bantuin ify membersihkan kacang-kacang dari badan ify. Mata ify sampai merah dan terus mengeluarkan air mata.
"jangan dikucek gitu fy.. Ntar tambah perih... Nih, diusap pake tissu aja.. gue tiupin deh sini..." kata iel penuh perhatian. Iel mulai sibuk bantuin ify menangani kelilipannya. sampai-sampai mereka tak memperhatikan lagi apa yang dikerjakan si anak iseng di depan mereka.
"wah, bagus nih posisinya, lebih mesra lagi yel... Biar kumplit koleksi foto penghiatanan ify.." kata sion jail kali ini. Iel sontak menoleh ke sion yang ternyata lagi ngefoto dia dan ify pake HP iel yang dia pegang dari tadi. Iel langsung berdiri dan ngerebut HPnya dari tangan sion.
"rese banget sih loe!" sewot iel sambil langsung nyimpen HPnya. Sion cuma ketawa. setelah suasana kembali tenang, sion kembali buka suara.
"eh, Berarti gue juga berhak donk nyuruh-nyuruh loe kaya iel, fy??" tanya sion dengan entengnya ke ify. Ify kaget denger permintaan sion itu. Sedangkan iel langsung mendelik tajam ke sion.
"nggak!! Itu cuma antara gue sama ify, loe ga berhak ikut-ikutan manfaatin ify! Ngerti loe??!" tegas iel ke sion.
"ah loe yel, ga asik! kalau gue bocorin ini ke anak-anak gank gaul, masih ga bisa?" tanya sion lagi masih dengan santainya. Iel langsung ngelempar bantalan kursi ke sion.
"kalau loe sampai ngelakuin itu, gue pastiin, gue orang pertama yang bakal ngehajar loe yon!!" ancam iel. Sion agak kaget juga denger ancaman iel itu. Dan tak cuma sion yang kaget, ify pun demikian. Dia tak menyangka iel bakal ngebelain dia sampai segitunya.
"wow... Sabar bro... Sabar... gue cuma becanda... Oke.. oke... gue juga bakal ngerahasiain ini... Loe tenang aja..." ucap sion. Kemudian dia melirik ke ify.
"tapi... bayarannya apa ke gue buat tutup mulut? Masa gue ga dapet apa-apa fy buat jaga rahasia loe ini??" tanya sion kemudian.
"ee... gue..." lirih ify. Iel langsung mencengkram tangan ify. Ify menoleh ke iel yang sudah menatapnya tajam. Iel menggeleng ke ify.
"gak papa yel... Biar gue..." ucap ify tapi langsung dipotong sama iel.
"loe diem... Biar gue yang urus... Ini urusan antara cowo!" potong iel. Lalu dia menatap tajam sion lalu menarik sion agak menjauh dari ify.
"apa mau loe? Biar gue yang nurutin.." tanya iel.
"wahh.. gue ga enak manfaatin temen sendiri... tapi kalau ke tu cewe sengak, gue rela.." sahut sion sambil melirik ify yang terus memperhatikan mereka berdua.
"tapi gue yang ga rela kalau loe manfaatin ify! Dia ga pantes nerima itu!" sahut iel keras dengan spontan. lagi-lagi jawaban ini membuat sion kembali terkejut, tak menyangka dengan ucapan iel itu. Teriakan iel itu sampai terdengar oleh ify yang berada tak jauh dari sana. Dia tampak sama terkejutnya mendengar teriakan iel ke sion itu. Sion menatap iel dengan pandangan heran.
"ga rela? kenapa jadi belain ify sampai segitunya sih loe? jangan-jangan..." sahut sion dengan tatapan menyelidik. Iel yang jadi agak salah tingkah langsung membuang mukanya, tapi kemudian dia kembali nunjukin wajah cool nan tegasnya itu.
"ee... Nggak... gue biasa aja! gue cuma ga rela, karena..." iel agak bingung, tapi dia dengan cepat menyambung ucapannya lagi, "... karena ini menyalahi perjanjian gue sama ify! gue ga mau jadi cowo ingkar janji..! Udah, apa mau loe?! Biar gue yang menuhin.." sambung iel dengan tegas.
"apa aja nih?" tanya sion untuk lebih menyakinkan
"ya terserah loe, asal gue bisa menyanggupi, gue bakal kasih ke loe! tapi ingat, cuma 1 permintaan!" sahut iel tegas. Sion tampak berfikir sejenak.
"mmm... kalau gitu.... gue minta semua koleksi kaset PS loe.. gimana?" kata sion akhirnya
"ambil semua!! sekarang gue pegang janji loe yon!" sahut iel seketika itu juga.
"oke, gue janji...." sahut sion sambil ngancungin jarinya dan membentuk tanda 'V'.
"kamu udah berapa kali mama bilang, kalau ga ada apa-apa, sepulang sekolah pulang dulu, jangan langsung keluyuran!" omel mama sila. Saat itu, setelah mereka sampai rumah, sila langsung di sidang mamanya.
"mama kecewa sama kamu! Kapan sih kamu nurutin kata-kata mama, contoh agni, dia walau banyak kegiatan, tapi ga pernah keluyuran kaya kamu, bikin orang-orang khawatir..." omel mama sila lagi.
"ah, mama! kenapa bandingin aku sama agni lagi sih!" sahut sila judes
"gimana mama ga bandingin.. Mama cuma mau kamu bisa nurut juga..." sahut mama sila. Sila tak menggubris ucapan mamanya itu. Dia selalu membuang wajahnya ke luar jendela. Mama sila menggelengkan kepalanya.
"pokoknya, kamu mama hukum! kamu sekarang masuk kamar, dan renungkan apa kesalahan kamu!" kata mama sila kemudian. Sambil mendengus kesal, Sila langsung melangkah menuju kamarnya. Saat dia menuju kamarnya, dia berpapasan dengan agni yang baru keluar dari kamarnya.
"ngapain loe dari kamar gue?" tanya sila.
"bapak ibunya agni tinggal di Solo sekarang ngurusin cabang bisnis papa disana, jadi agni mulai sekarang bakal tinggal disini! kamu sekamar sama dia ya sil.." sahut mama sila dari belakang. Sila langsung berpaling dan menatap mamanya dengan kesal.
"aku ga mau berbagi kamar sama dia!" sahut sila keras.
"sila! Apa susahnya sih berbagi sama sepupu sendiri?!" jawab mamanya
"pokoknya sila ga mau!"
"kak, agni sekamar sama ourel aja deh!" sahut ourel.
"tapi kamar kamu tempat tidurnya kecil rel..." ucap mama
"gak papa tante, kalau sila ga mau, biar agni sama ourel aja tante... Agni tidur dibawah juga gak papa..." sahut agni. Mama sila tampak berpikir sesaat.
"ya udah, kamu pindah ke kamar ourel aja ya... Sementara Ourel biar tidur sama mama ya..." ucap mama sila. Ourel dan Agni menganguk mengerti. Lalu agni bergegas mengambil tasnya dari kamar sila. Sila menatap tajam agni yang keluar dari kamarnya.
"Dasar anak penjilat loe!" sinis sila ke agni. Agni langsung terperangah mendengar ucapan kasar sila itu. Sedangkan sila, dia langsung masuk dan membanting pintu kamarnya itu, lalu mengunci diri disana.
Kembali ke rumah iel. Sekarang suasana rumah iel sudah lebih tenang. Iel kembali melanjutkan misinya untuk hari itu. Membuat kejutan untuk mama papanya yang akan datang malam itu. Hari sudah sore saat itu. mereka hanya punya beberapa jam untuk mempersiapkan segalanya. Bi asri langsung pergi belanja sama pak asdi ke swalayan terdekat buat nyiapin menu makanan spesial buat malam ini seperti permintan iel. Lalu Iel dibantu ify mulai sibuk ngetata ruang keluarga jadi meriah kaya orang ngerayain ulang tahun dengan pita-pita, balon-balon, dll. Sedangkan sion.. lebih banyak ngerecokin kayanya dari pada bantuin, hehe...
"eh, awas loe kalau nyentuh tuh kue! gue ceburin ke selokan depan loe!" teriak iel saat ngeliat sion yang mulai ngintip2 kue yang dibeli iel itu.
"yah, iyel... Nyolek dikiiittt.. Aja.. Boleh ya... Biar ketahuan, manisnya pas apa nggak..." sahut sion.
"nggak! Loe kira yang jualan kue asal bikin apa?! Ntar aja, kalau nyokap gue udah dateng, baru deh loe boleh nyicipin sesuka loe!"
"yah... Keburu ngiler nih gue... hehe..."
"udah sana loe! Main PS aja gih!" kata iel sambil dorong sion menjauh.
"fy terusin ya.. gue mau bungkusin kado buat nyokap gue dulu ya di atas, sekalian nyimpen ni kue di kamar, takut di embat sama ntuh makhluk tuh.." kata iel ke ify sambil ngelirik sinis ke sion yang masih mandangin kue di tangan iel itu dengan penuh nafsu.
"beres.. Tenang aja loe..." sahut ify sambil ngancungin jempolnya. Lalu iel menuju kamarnya di lantai dua.
"yang rapi fy tuh nyusunnya..." kata sion saat ngelewatin ify. Ify yang duduk tak jauh dari situ hanya senyum. Sion lalu menyalakan tv dan PS iel, lalu mulai tenggelam dalam permainannya.
"Bisa juga loe fy bawa keberuntungan buat gue... hehe... Mimpi apa gue bisa dapat kaset ps sebanyak ini... Tau aja kalau gue udah lama ngincer kaset-kaset PS iel..." kata sion di tengah permainannya. Lagi-lagi ify hanya tersenyum simpul mendengar celotehan sion.
Kringg....kringgg.... Tak lama kemudian terdengar bunyi telepon rumah iel berbunyi.
"fy! Tolong angkatin telponnya... gue sibuk nih..!" teriak iel dari atas.
"tuh, cepet angkatin telpon fy, disuruh majikan tuh!" kata sion juga. Ify pun melepas pekerjaannya, dan beranjak untuk mengangkat telepon itu.
"halo..."
"halo... Ini siapa ya?"
"ini ify tante, tante mau nyari siapa ya?"
"kamu temennya iel? Ini mamanya iel.."
"oh, mamanya iel... Iya tante, ini temennya iel.. ielnya lagi di kamarnya tante, mau ify panggilin?" tawar ify
"ga usah... Ga usah..." sahut mama iel cepat.
"oh, kalau gitu ada pesan tante?"
"hmm... Tolong kamu bilangin ke iel, maaf, mama dan papanya ga bisa pulang hari ini. tiba-tiba ada pekerjaan yang ga bisa ditinggalin dan harus segera diselesaikan, jadi kami batal pulang ke indonesia hari ini. Bilang juga maaf sekali, mungkin bulan depan kamu baru bisa pulang..." sahut mama iel. Ify tertengun mendengar itu. 'iel pasti kecewa denger berita ini..'
"ohh... Iya tante nanti aku sampaiin ke iel..." sahut ify cepat.
"sekarang ielnya lagi ngapain?"
"iel lagi dikamarnya tante... Rencananya iel mau ngasih kejutan sama tante dan om.. Tante katanya kemaren ultah ya?"
"oh iya... Tante jadi semakin bersalah sama iel... sekali lagi bilangin maaf, tante ga bisa pulang sekarang..." sahut mama iel dengan nada agak sedih.
"iya tante, iel pasti bisa ngeti kok... tapi tante yakin ga mau ngomong langsung ke iel?" tawar ify.
"nggak usah, tante tau pasti iel bakal kecewa. Tante ga tahan denger suara kecewa iel. Tante terlalu sering ngecewain dia. Tolong kamu hibur dia ya..."
"iya tante...."
"oiya, Tante boleh nanya sesuatu?"
"kalau bisa, pasti ify jawab..."
"tante sama om mungkin agak lama lagi baru pulang, kami ingin beliin sesuatu ke iel biar dia bisa senang. Mungkin kamu tau, iel sekarang lagi pengen apa?"
"eee... Aku kurang tau tante... Mungkin banyak, tapi..."
"tapi apa?" tanya mama iel. Ify terdiam sejenak.
"tapi, mungkin ga ada yang lebih di diharapkan iel sekarang, selain kehadiran om dan tante di sampingnya...." sahut ify. Beberapa saat tak terdengar sahutan dari mama iel.
"tante... Masih disana kan?" tanya ify.
"iya... Maaf... kalau begitu, sudah dulu ya, sekali lagi bilangin maaf ke iel. Maaf mama ngecewain dia lagi. Makasih ya... Ee... Nama kamu siapa tadi?"
"ify tante..."
"ya nak ify, makasih, tante minta tolong banget ke kamu, tolong kamu temenin dan hibur dia..."
"iya tante, insyaallah..."
"ya udah kalau gitu.. Sekali lagi makasih... Salam buat iel.."
klek.. Telepon ditutup. Ify diam sesaat, merenungkan pembicaraannya dengan mamanya iel tadi. Ify yakin, iel pasti sangat kecewa nanti. Diakan sangat ngarepin akan kedatangan mama papanya. Tapi lamunan ify tersadarkan tak lama kemudian. Iel tlah turun dari lantai atas dan langsung menegurnya.
"siapa yang telpon tadi fy?" tanya iel.
"ee.... Nyokap loe" sahut ify
"oh ya?? Apa katanya? Udah berangkat ya pesawatnya?" tanya iel agak antusias.
"eee... mereka ga jadi pulang yel, papa loe tiba-tiba ada pekerjaan mendadak yang ga bisa ditinggalin, dan mungkin bulan depan baru mereka bisa pulang katanya yel... mereka minta maaf banget sama loe, ga bisa nepatin janji mereka untuk pulang hari ini..." sahut ify hati-hati. Iel tampak langsung terdiam. Wajah cerianya seketika langsung berubah murung.
"yel... Loe gak papa kan?" tanya ify khawatir. Iel menggeleng. Ify hanya menatap khawatir kepada iel. Tiba-tiba sion langsung nongol.
"eh, yel.. Main PS yok!! Ajarin gue cari main game yang ini!" ajak sion sambil nyeret iel ke ruang keluarga. Iel mengikuti sion tanpa gairah.
"eh, fy..!! Bikinin minum donk.. Aus nih..." pinta sion dari ruang keluarga. Ify terus menatap khawatir kepada iel yang tampak begitu murung itu, sebelum akhirnya berlalu ke dapur buat ngambilin sion minum.
------------------
misst3ri-------------------
Sepanjang sore itu, iel dan sion main PS. tapi iel tampak hanya main dengan seadanya. Dia benar-benar tak bersemangat. Pikirannya terus melayang kemana-mana.
"eh, yel! Niat main ga sih loe?" sewot sion karena iel dari tadi main asal2an. Iel hanya mendengus kesel.
"udah ah! Males gue! Loe main sama ify aja tuh, dia juga jago! Fy loe diem disini, temenin sion ya.." kata iel kemudian dia langsung melangkah naik ke lantai atas menuju kamarnya. Ify hanya menatap khawatir ke arah iel.
"ayo fy! Cepet main gantiin punya iel tuh!" ajak sion sambil narik tangan ify. Ify pun menemani sion bermain PS.
Di kamar bernuansa biru itu, septian terlentang di atas tempat tidurnya. Pikirannya memutar kembali hal-hal yang dia jumpai sepanjang siang tadi. 'Apa ify bohong sama kita? tapi... gue kenal baik ify... Dia ga mungkin begitu... Mungkin gue udah salah sangka... Trus satu lagi, kenapa ada agni tadi, Sama mamanya sila lagi? Sebenarnya ada apa sih? ah, gue benar-benar ga ngerti! Argghh... Bikin pusing gue nih...' benak tian di tengah kebingungannya dengan keadaan. Dia jadi mengacak-ngacak rambutnya, pusing mikirin semua itu.
Akhirnya, dari pada pusing mikirin itu semua, tian memutuskan untuk membuka facebooknya. iseng-iseng liat temen yang juga OL, dan tian menemui sebuah nama yang menarik hatinya untuk di ajak chat bareng. Mamanya ify.
-----------------------------
Septian Putra: tante..
Sonia Atmaja: eh tian, kok sekarang udah lama ga main ke rumah
Septian Putra: iya tante, si ify pelit ga pernah ngajakin lagi, hehe..
Sonia Atmaja: eh, kamu ledekin anak tante ya, bilangin ify lho ntar
Septian Putra: hehe... Kidding tante
Septian Putra: Tante, tadi jalan-jalan di XXMall ya?
Sonia Atmaja: kok tau?
Septian Putra: Iya tadi tian liat, tapi dari jauh.. jadi ga bisa negor, hehe...
Sonia Atmaja: Iya, tadi tante lagi ketemu sama kalauien tante
Septian Putra: Sama ify juga kan?
Sonia Atmaja: Nggak, masa tante kerja ngajak ify? ada-ada aja kamu ini..
---------------------
'Hah? Ga sama ify? jadi?? Ah, gue harus benar-benar minta penjelasan ke ify besok...' benak tian dalam hati. Kini hatinya benar-benar kembali diselimuti berjutaa pertanyaan dan keraguan. Dan ia harus bisa menemukan jawabannya secepatnya. Harus.
----------------
misst3ri-----------------
Hari telah memasuki malam. Sila melingkar di atas tempat tidurnya dalam kesendiriannnya di kamarnya itu. Dia sepanjang sore sampai malam itu hanya diam di kamarnya, menumpahkan segala kekesalannya. Dan kini, wajah sila sudah sangat sembab. Dia masih terisak menangis di atas tempat tidurnya yang empuk itu. Dia benar-benar merasa orang-orang disekitarnya tak adil kepadanya. Hatinya benar-benar panas, dongkol, dan kesal luar biasa. Salah satu bonekanya kini, sudah tergeletak tak wajar di lantai kamarnya itu. Menjadi tumbal kekesalan sila yang benar-benar memuncak saat itu. Walau masih luar biasa kesal, tapi setidaknya dengan begitu amarahnya sudah terlampiaskan.
Tok.. Tok... Terdengar bunyi ketukan pada pintu menuju balkon luar. Sila melirik pintu ke arah balkonnya itu. 'bunyi apa itu?' bisik sila dalam hati. karena merasa penasaran, Sila bangkit dan membuka pintu itu. Dia terkejut ketika tau siapa yang sudah berdiri di balkonnya itu. Dia agni. Sontak sila langsung menutup pintu, tapi agni lebih sigap dari dia menahan pintu itu.
"jangan ditutup kak..!" tahan agni. Tapi sila bersikeras mau menutupnya.
"sana loe pergi!" bentak sila. Dia sekuat tenaga mendorong pintu itu agar tertutup. Agni pun sekuat tenaga mendorong, agar pintu itu tertahan, tak tertutup. Agni pun mencoba mendorong agak lebih kuat agar pintu lebih terbuka lebar. Tapi karena dorongannya terlalu kuat, sila jadi ikut terdorong dan jatuh. Agni jadi kaget dan langsung masuk ke dalam kamar membantu sila berdiri.
"maaf kak... Agni ga sengaja..." ucap agni sambil mencoba membantu sila berdiri. Sila langsung menepis tangan agni dan langsung berdiri sendiri.
"gimana lo bisa nyampe sini?! lewat mana loe?!" tanya sila
"manjat kak..." sahut agni dengan polosnya.
"Ternyata loe selain berjiwa penghianat, juga berjiwa maling ya?! Dasar!" ledek sila. Agni cuma diam tak menyahut.
"ngapain loe! Mau ngeledek gue?!" sinis sila lagi.
"kak.. Aku cuma mau minta maaf..."
"gue ga perlu pemintaan maaf loe! sana loe keluar! Eneg gue liat loe! Sana loe pergi!" bentak sila. Agni masih tak beranjak dari tempatnya.
"mau ngapain lagi loe?!!" kata sila lagi.
"nih kak... Kakak pasti laper kan belum makan malam?" kata agni kemudian sambil mengeluarkan sebungkus roti dari kantongnya. Sila sesaat terpaku, tapi kemudian dia membuang wajahnya. Agni hanya bisa menghela nafasnya melihat sikap sila yang sangat dingin dan acuh tak acuh itu.
"aku letakin disini ya..." kata agni lagi sambil meletakkan rotinya di meja belajar sila. Sila melirik sedikit, lalu dia meraih roti itu lalu melempar roti itu ke wajah agni.
"gue ga butuh perhatian dari sepupu tukang ngadu kaya loe!" bentak sila.
"aku ga pernah ngaduin kakak... Aku udah coba ngalihin perhatian mama kakak dengan ngajak jalan, tapi..."
"udah loe! Ga usah banyak alesan! gue tetap benci sama loe! Dasar emang penjilat loe! Semuanya aja orang-orang sekitar gue loe hasut! Loe pengaruhin! gue benci sama loe!" bentak sila sambil dorong kasar agni sampai ke luar kamarnya. Setelah agni sudah berada di luar, sila langsung menutup pintu itu.
Agni hanya bisa memandang sendu sepupunya yang udah menghilang saat dia nutup pintu menuju balkon itu dengan kasar. Hati agni entah mengapa terasa begitu pedih mendengar semua perkataan sila itu. Agni lalu segera kembali menuju kamarnya dengan suasana hati yang tak karuan. Setelah sampai di dalam kamarnya, dia langsung tersungkur, duduk di meja belajar ourel. Dadanya entah mengapa sudah terasa begitu menyesakan. Tak terasa, air mata yang sedari tadi dia tahan sekuat mati, tak kuasa juga dia bendung. Agni mulai terisak pelan di kamar yang sunyi itu. 'aku benar-benar ga maksud gitu kak...' lirih agni di tengah isakannya.
Walau ke ujung dunia... Pasti akan ku nanti...
Meski ke tujuh samudera... Pasti akan ku tunggu......
Karena ku yakin kau hanya untuk ku.... (dst)
tiba-tiba HPnya berdering. Agni langsung tersadar dan mengambil HPnya. Tertera sebuah nama di sana. Agni segera mengahapus air matanya, menghirup nafas panjang mencoba lebih menenangkan dirinya sebelum mengangkat telepon itu.
"hallo... kenapa kak?" sapa agni
"Agni.. belum tidur loe?" tanya orang di seberang sana
"belum... Kak irsyad juga?" tanya agni ke irsyad, orang yang menelponnya itu.
"belum, baru juga jam 8... Eh, suara loe kok kedengerannya agak aneh... kaya orang abis nangis.. Loe abis nangis ya?"
"hah? Ga kok kak..." sahut agni cepat dengan suara lebih di buat senormal mungkin.
"tuh kan? Bener... Ag, loe lagi ada masalah ya?" sahut irsyad lagi. Agni terdiam.
"kalau lo ada masalah, cerita aja sama gue.. Pulsa gue cukup kok ladenin curhatan kamu semalam suntuk..." bujuk irsyad lagi.
"ee..."
"cerita donk ag, biar hati loe bisa lebih lega.." kata irsyad lagi dengan lembut. setelah beberapa saat agni membisu, akhirnya agni mau cerita.
"Agni lagi ada masalah sama sepupu agni..." cerita agni. Irsyad tetap diam mendengarkan. Setelah menghela nafas, agni melanjutkan ceritanya.
"dia marah sama agni gara-gara dia nyangka agni ngerebut perhatian keluarga dia, padahal agni ga ada maksud buat itu kak..." ucap agni lagi. Suaranya mulai bergetar lagi karena emosi dirinya yang mulai mendesaknya lagi. tapi agni coba tahan.
"gue percaya kok.." sahut irsyad.
"tapi dia malah terus ngebenci agni, ga pernah nganggep agni sepupu dia... Padahal agni kan mau akur... kayanya hati dia benar-benar sudah keras, ga mau nerima agni..." kata agni lagi. Air matanya mulai merembes lagi sekarang.
"agni ga minta apa-apa... Agni cuma... mau dianggep... dan bisa akur..., ga kaya sekarang..." ucap agni lagi. dengan terbata-bata di sela isakan tangisnya.
"gue ngerti kok... Loe yang sabar ya ag... jangan sedih gitu... gue yakin, suatu saat dia pasti bakal ngerti kok... yang jelas, loe ga boleh balas ngebenci dia, loe doain aja biar hatinya bisa kebuka... Sekeras apapun sebuah batu, bila terus ditetesin air, dia suatu saat bakal mampu di tembus oleh tetesan air itu... Gitu juga hati sepupu loe, kalau loe selalu berusaha, pantang menyerah, usaha buat menyadarkan dia, gue yakin kok, hatinya pasti bakal mencair kok sama loe..." kata irsyad bijak. Agni jadi sedikit lebih tenang mendengar kata-kata irsyad itu.
"iya kak.. Agni ga bakal dendam kok... Agni bakal terus baik dan juga terus berusaha biar agni baikan lagi dengan dia.. Makasih ya kak udah dengerin curhatannya agni..." ucap agni.
"sama-sama ag, sekarang ga sedih lagi kan? jangan nangis lagi ya.. Masa kapten tim basket putri yang terkenal garang di lapangan mewek, malu-maluin banget... Hehe..." hibur irsyad.
"hehe... Iya deh kak.. Ga nangis lagi..." ucap agni sambil nyeka air mata yang masih mengalir di pipinya.
"sipp.., itu baru adeknya abang irsyad... Udah dulu ya, udah mulai ngantuk nih..."
"ya udah kalau gitu... Malam kak..."
"iya malem... Met bobo agni... Mimpiin gue ya, hehe..."
"iya deh nanti di mimpiin, kebetulan hari ini skedul mimpi agni adegan agni jadi tuan putri yang dilayanin oleh seribu pelayan, ka irsyad ntar boleh deh daftar jadi pelayannya.. Hehe..." sahut agni lebih ceria sekarang dengan candanya.
"yah... Kok pelayan, jadi pangerannya ga boleh?"
"nggak! Haha.. Udah ah, katanya mau tidur, kok malah ngobrol lagi.."
"oh iya... Iya.. Tidur yang nyenyak ya... Malam agni..."
"malam kak..."
Agni menutup telponya. Dan kemudian dia mulai merebahkan dirinya diatas kasurnya. setelah berbicara dengan irsyad tadi, hatinya benar-benar merasa menjadi lebih tenang dan lega. Segala kesedihan dan kegalauan hatinya sudah terobati. Dan di bibirnya kini sebuah senyuman sudah dapat tersungging dengan manis, ikut mengiringi dirinya yang mulai melepas kepenatan untuk mulai mengarungi dunia mimpinya dengan penuh ketenangan.
Cukup lama ify berdiam diri disana. Sion sudah pulang beberapa saat yang lalu. sedangkan Iel, sejak ia beranjak ke kamarnya dilantai atas, tak sedikitpun ada kelihatan batang hidungnya. Hari sudah malam. Ify yang masih merasa begitu khawatir dengan keadaan iel, jadi sangat gelisah. Dia merasa tak bisa pulang dengan tenang malam itu kalau harus meninggalkan iel dengan keadaan dia yang sekarang. Ify lalu memutuskan untuk melihat iel di kamarnya.
Tok.. Tok.. Tok...
"yel..." kata ify sambil mengetuk pintu kamar iel itu. Tak ada jawaban dari dalam. Dia kembali mencoba mengetuk dan memanggil iel, tapi tetap masih saja tak ada jawaban. Ify lalu mencoba membuka pintu itu.
klek
Ternyata kamar itu tak terkunci. Ify membuka pintu itu dan mendapati kamar itu gelap dan sepi. Tampak tak terlihat keberadaan iel di sana. Kamar itu benar-benar kosong. Hanya tirai menuju balkon kamar itu yang terbuka lebar, berkibar-kibar tertiup angin malam. 'jangan-jangan kabur nih anak??' benak ify. Berbagai prasangka buruk sudah mulai berkelebat di benak ify, membuat dia panik dan semakin khawatir. Dia memeriksa seluruh bagian kamar itu, sampai ke dalam kamar mandi di dalam kamar itu. tapi iel tak ditemukan keberadaannya.
"iel..!!" panggil ify lagi dengan agak panik sekarang. Ify segera melihat ke luar balkon kamar iel itu. Sepi, tak ada tanda-tanda orang disana. Ify mengedarkan pandangannya kepenjuru halaman rumah. Keberadaan iel tetap tak terdeteksi.
"Iel.. kemana loe?" lirih ify.
Selama beberapa saat, dia hanya berdiri sambil tertunduk sedih bercampur khawatir di balkon sana. Ify menghela nafasnya dengan berat. Lalu dia kembali mengedarkan pandangannya kesekitar sebelum berbalik kembali kedalam rumah, berharap bisa menemukan sosok iel.
Tiba-tiba matanya langsung membulat, menatap sebuah titik, yang mungkin terlewatkan olehnya tadi. Di bagian bawah samping balkon itu, tampak iel sedang rebahan menghadap langit di salah satu sudut bagian atap rumah, sekitar bagian atap garasi rumah yang atapnya agak landai. Untuk kesana bisa di capai dengan turun melewati balkon kamar iel itu.
Ify sesaat terhenyak melihat keadaan iel saat itu. Wajah iel tampak begitu dingin saat itu. Rahangnya mengantup rapat, dan matanya menatap lurus ke arah langit. Lalu dengan hati-hati ify turun dari balkon itu dan meniti atap rumah untuk mendekati iel. Kemudian dia duduk di samping iel dengan posisi mendekap kedua kakinya ke dada, lalu mendongak ke atas, ikut memandang panorama langit malam yang indah itu. Iel tetap diam, tak bereaksi saat menyadari keberadaan ify disampingnya. Matanya terus saja menatap hamparan bintang di langit luas.
"langit malamnya indah banget ya yel? Mententramkan..." kata ify membuka pembicaraan.
"Bahkan untuk hati yang sedih pun pasti bakal bisa terobati..." lirih ify lagi sambil terus menatap langit.
Iel masih terus bungkam tak menjawab. Dia hanya sedikit melirik ify lalu kembali diam menatap langit. Ify akhirnya ikut diam saja disana, disamping iel yang masih saja bungkam tak mau buka suara. Cukup lama mereka berdiam diri di atas atap itu. Ify berkali-kali mengusap-ngusapkan tangannya untuk mengusir angin malam yang dingin menusuk itu. Udara malam itu emang agak dingin. Melihat itu, iel sedikit melirik ify.
"kalau dingin ga usah maksa! Masuk sana..!!" tegur iel tak lama kemudian tanpa melepaskan pandangannya ke arah langit. Ify tersenyum lega, mendengar iel akhirnya udah mau buka suara.
"gue mending kedinginan deh, dari pada gue ntar telat nyelamatin temen gue yang mau bunuh diri lompat dari atas atap gara-gara depresi berat..." ucap ify. Iel hanya tersenyum kecut.
"gue ga bakal sampai bunuh diri kok.... gue cuma mau nenangin diri gue..." ucap iel lagi.
"loe kecewa ya sama ortu loe?" tanya ify hati-hati. Iel kembali terdiam. Ify pun akhirnya mau tak mau jadi ikut terdiam juga. Dia ngerti, mungkin iel belum mau bicara lebih terbuka, membuka perasaannya, mencurahkan isi hatinya sekarang. Dia tak mau memaksa iel untuk itu. Lama mereka kembali terkurung kebisuan di tengah kesunyian malam itu. Hanya suara alam, berpadu dengan binatang-binatang malam yang terdengar mengisi keheningan malam itu. Tapi tak lama berselang, tiba-tiba di tengah kesunyian itu, iel mulai membuka suaranya.
"sejak kecil gue udah tau dan sadar dengan pekerjaan ortu gue... gue terima itu..., gue ga ngeluh, dan ga bakal pernah ngeluh ke mereka karena gue tau mereka kerja juga buat masa depan gue... mereka pasti tau yang terbaik buat gue... gue bisa ngerti itu..." iel mulai bercerita.
Dia sesaat terdiam, menghembuskan nafas beratnya, seolah ingin turut membuang segala kegundahan hatinya. Ify yang mendengar iel mulai mau bercerita, sempat kaget mendengar itu. Tapi dia kemudian tersenyum lega lalu mulai menatap iel penuh perhatian. Tak lama kemudian iel melanjutkan ceritanya.
"tapi... gue tetap seorang anak yang rindu dengan kehangatan orang tua.. gue kangen sama belaian mereka.. gue kangen sama gurauan mereka... gue kangen sama sentuhan hangat mereka... gue ingin mereka tau itu... tapi..." iel menggantung perkataanya sesaat.
Dia bangkit dari rebahannya, kemudian duduk sambil mendekap kedua kakinya. Dia kembali menghela nafasnya, lalu kembali berucap, "...tapi gue ga mau jadi anak yang egois... gue yakin, ini hanya akan membuat mereka sedih dan khawatir dengan gue... gue ga mau itu..." ucap iel lagi. Wajah yang sekarang benar-benar menyiratkan kesedihan yang mendalam itu, kini menunduk dalam. Matanya hanya menatap kosong ke arah halaman rumah di bawah.
Ify yang mendengar pengakuan iel itu hanya dapat diam terpaku sembari terus menatap lekat wajah gundah di sampingnya itu. 'sebesar itu kah cinta loe dengan kedua orang tua loe yel? Sebegitu kuat itukah loe mendam rasa kangen hanya karena tak ingin membuat orang tuannya sedih, yel? gue ga mengira loe seperti ini yel...' benak ify. Dia sekarang seperti melihat sosok iel di sisi yang berbeda. Sosok yang lebih kuat, tegar dan dewasa. Dia juga bisa merasakan sisi yang lebih lembut dari sosok iel sekarang.
"gue cuma ga mau nyusahin mereka... gue cuma mau mereka tau, gue bakal bisa bahagia walau mereka ga bisa menemani gue setiap saat..." ucap iel lagi. Iel kembali diam, kembali hanyut dalam lamunannya sambil kembali memandang langit malam dengan sorot mata yang tak bisa digambarkan jelas karena berjuta perasaan yang berkecamuk di hatinya sekarang. I
fy ikut terdiam, tapi pikirannya terus bekerja. 'Apa yang bisa gue lakuin buat menghibur loe, yel?' Ify ikut menatap langit malam yang bertabur bintang itu. Dia bisa ngerti dan turut ngerasain kerinduan yang iel rasakan. Dia tau gimana rasanya itu, karena dia juga kadang kala merasakan kerinduan itu. Seperti kerinduannya pada kakaknya yang bersekolah di luar negeri.
"kalau loe ga tahan mendam rasa kangen itu, loe bisa minta tolong bintang-bintang itu buat nyisipin perasaan loe langsung ke hati mereka tanpa perlu ngucapin langsung ke mereka.." ucap ify tiba-tiba. Iel melirik ke arah ify dan mengerutkan keningnya, tanda tak mengerti.
"kakak gue yang sekolah di Aussie dulu pernah bilang... kalau gue kangen sama dia, gue bisa cari sebuah bintang paling bersinar di langit... Curahkan semua kerinduan itu dengan penuh ketulusan di dalam hati kita.. Dan percayalah, di belahan dunia manapun dia berada, dia bakal bisa liat bintang yang sama dan bintang itu akan menyampaikan rasa kangen itu tepat di hatinya.. Dan bintang itu akan membalaskan perasaan kita dengan menyisipkan perasaan yang sama di hati kita sehingga hati kita bisa tenang karena merasakan kehangatan dan kerinduan darinya.. sekarang, coba loe sampein rasa kangen lo ke mama papa lo lewat bintang-bintang itu deh... gue juga bakal nyampein kangen gue ke kakak gue..." ucap ify lagi sambil nunjuk sebuah bintang yang bersinar paling terang. Iel menatap ify dengan seksama.
"eh, kakak loe dapat teori perbintangan dari mana tuh?" ucap iel. Ify langsung ketawa mendengar pertanyaan iel itu.
"hehe... ya...dari nenek moyangku seorang pelaut, hehe... tapi, ga ada salahnya buat dicoba kan? Mungkin bintang itu hanya sebagai sebuah simbol. Mungkin yang kakak gue maksud adalah, curahkan rasa kangen kita kepada Sang Pencipta, yang menciptakan segala perasaan dihati ini. Kepada Dia yang akan selalu ada, dikala hamba-Nya membutuhkan-Nya. Dan dengan begini, mungkin hati kita bisa jauh lebih lega karena sudah dapat mencurahkan segala perasaan yang membucah memenuhi hati ini... dan siapa tau, Tuhan mau mennyampaikan isi hati kita dengan cara-Nya?" ucap ify.
Iel menatap penuh ify yang sekarang tersenyum hangat ke arahnya. Iel membalas senyum itu. Lalu dia memandang ke arah langit, dan memejamkan matanya, mulai mengikuti apa yang ify sarankan, mencurahkan rasa kerinduannya kepada Sang Khalik, sang Maha Pencipta segala apa yang ada di Dunia ini.
'Tuhan.. Tolong sampaikan pada orang-orang yang aku sayangi... Aku menyayangi mereka.. Aku merindukan mereka.. Dan aku ingin mereka bisa berada di sampingku, menemaniku untuk mengisi hidupku, seperti Engkau yang selalu menemaniku di setiap waktu ku... Amin..'
-----------------
misst3ri------------------
Setelah mencurahkan segala isi hatinya, hati iel jadi sudah bisa lebih lega sekarang. Tak ada lagi kemurungan di wajahnya. beberapa waktu kemudian, dia dan ify sudah tenggelam dalam canda dan tawa.
"eh sion udah pulang?"
"iya udah... Seneng banget tuh kayanya dia ngeborong kaset PS loe..."
"ya... Apa sih yang ga buat nyelamatin guru gue yang paling manis ini..." ucap iel. Ify yang mendengar itu langsung menunduk, tersenyum agak tersipu malu. Iel melirik ify lalu ikut tersenyum simpul.
"eh, baru dipuji dikit udah sumringah gitu! GR-an banget loe!" teriak iel sambil ngedorong bahu ify. Ify sontak mencengkram tangan iel.
"eh, jangan dorong-dorong donk! lagi di atas atap nih kita!" sewot ify.
"haha... Sori fy... Haha..." sahut iel.
"eh, fy... Ga pulang loe? Ini udah jam berapa?" tanya iel kemudian. Ify langsung melihat jam tangannya.
"ya ampun... sudah hampir jam 9 nih! Mampus gue kalau dikunciin...!"
"ya udah, ayo pulang sekarang, gue anter deh..." ajak iel. Lalu iel segera menggandeng ify untuk meniti atap rumah untuk kembali ke balkon kamar iel. Tiba-tiba ada seekor tikus yang melintas di dekat mereka.
"KYAKK!!" teriak ify. Ify sontak kaget dan melompat menghindar. Karena ikut kaget, pegangan iel ke tangan ify juga jadi agak melonggar, dan ify yang pijakannya yang tak nahap, akhirnya langsung kehilangan keseimbangan dan....
BRUUKK!!
Iel tak sempat lagi menahan tangan ify, dan ify dengan mulus langsung tergelincir dan jatuh ke bawah, dari ketinggian sekitar 5 meter itu.
"IFYYY..!!"
---------------BERSAMBUNG (
3am)----------------
created by
3am
di
09.54