This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 27: Di Luar Nalar

Lanjutan dari PROMISE Part 26: Sebuah Kekhawatiran. Baca juga Promise Part 1: Awal untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.

NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)

PROMISE - Part 27: Di Luar Nalar

------------------3am misst3ri--------------------

“gabriel mendapat nilai...." pak hanny menggantung kata-katanya sesaat sambil memandang pekat iel. Iel juga memandang pak hanny dengan hati berdebar. Ify di bangkunya masih saja menutup matanya, terus berdoa.

"...68...” kata pak hanny saat menyerahkan kertas ujian ke iel.

Hati iel langsung menelocos. ‘Cuma tinggal 2 angka lagi gue bakal berhasil, tapi... Nilai gue ga nyampe 7, gue sudah gagal mengapainya... Ya Tuhan... kenapa...’ iel benar-benar tak habis pikir. Segala sesal, ketidakpercayaan, kekecewaan yang mendalam, semua sekarang benar-benar berkecamuk, memenuhi diri iel. Ify yang mendengar hasil ujian iel langsung membuka matanya, dan menatap nanar ke arah iel dan pak hanny. Pak hanny yang sempat melirik ke arahnya hanya tersenyum tipis. Dia pun langsung tersandar dikursinya, menunduk kecewa. Iel lalu mengambil kertas hasil ujiannya dengan lesu.

Saat dia kembali ke bangkunya, dia sempat saling pandang dengan ify. dari tatapannya, tersirat penyesalan yang sangat mendalam dari pancaran mata iel. Ify hanya menganguk pelan, mencoba menerima apa yang sudah terjadi. mereka sudah usaha semaksimal mungkin. Dia sudah pasrah nilai tugasnya bakal di anggap nol sama pak hanny karena iel ga berhasil memenuhi target.

“kenapa ga semangat gitu bro?? Ga senang loe??” tanya riko saat iel melewati mejanya.

“hmm…”

“kenapa?? Biasanya loe dapat nilai setengah dari nilai loe sekarang juga senang-senang aja, tapi kenapa sekarang dapat nilai rada bagusan jadi lesu gini??” kata sion yang duduk di sebelah samping.

"gak papa kok..." jawab iel lesu. Lalu dia menghempaskan dirinya di bangkunya. beberapa saat dia terdiam duduk di bangkunya. Dia kembali menatap lembar ujiannya, setengah berharap kalau nilai yang tertera di kertasnya itu tak seperti nilai yang dia dengar dari ucapan pak hanny tadi. Berharap dia tadi telah salah dengar. Berharap nilai dikertasnya berubah.

Tapi setelah sekian menit melototin nilainya itu, dia akhirnya bisa menyadari kalau itu hanya angan-angan belaka. Nilai 68 di kertasnya tak akan pernah berubah sedikitpun. Dia sadar, itu suatu hal yang mustahil. Itulah kenyataan yang harus dia hadapi. Sesaat kemudian, dia melirik ke arah bangku ify didepan. Dia melihat ify yang nampak masih tertunduk lesu di bangkunya. Diam-diam iel lalu mengeluarkan Hpnya dan menulis sebuah SMS.

--------------------------

To: ify

Fy, maaf... Sori banget gue bikin lo kecewa..

-----------------------------

From: ify

Lo ga salah, kita sudah usaha max. gue ikhlas kok

----------------------------

Iel menatap ify didepan. 'Apa benar loe bisa ikhlas fy? Apa loe rela mendapat apa yang ga seharusnya loe terima...' benak iel. Dia tampak berfikir sesaat, lalu dia kembali menuliskan sebuah SMS.

------------------------------

To: ify

ntar jangan langsung plagi, gue pengen ngomong, penting!

-----------------------------

Sesaat kemudian, iel melihat ify melirik lemah ke arahnya. Iel pun balas memandangnya dengan penuh harap. Tak lama kemudian, iel melihat anggukan pelan dari ify sebelum gadis itu kembali membaikan badannya kembali menghadap depan.

----------misst3ri------------

Tett... Tettt.... Bunyi bel tanda pulang sekolah pun tlah berbunyi. anak-anak langsung berhamburan untuk pulang. Saat banyak anak-anak yang sudah keluar kelas, ify masih bertahan di kelas itu, sibuk berkutat dengan barang-barangnya yang masih berantakan.

"fy, lama amat sih loe? Bareng ga nih ke pintu gerbang?" tanya tian sambil ngebantuin ify mungutin barang-barangnya yang berserakan di lantai. Ify memang sebelumnya beberapa saat setelah bel, udah dengan sengaja ngejatohin tasnya biar semua isi tasnya keluar sehingga memperlama acara beres-beres dia.

"ga usah yan... kalian duluan aja, gue bisa beres-beres sendiri kok.. Ntar kelamaan lagi..." jawab ify.

"ya udah, kita duluan ya... Inget loe, ntar nyusul...." kata sila. Ify hanya mengangguk pelan. Lalu sila menarik tian dan via untuk segera meninggalkan kelas. Satu per satu, anak-anak lain di kelas itupun mulai meninggalkan kelas juga, sampai akhirnya sekarang kelas itu tinggal menyisakan ify dan iel. Iel langsung mendekati ify.

"fy... Sori, nilai gue..." kata iel. Wajahnya sudah sangat memancarkan kekecewaan dan rasa bersalah yang begitu mendalam. Ify memandang iel penuh perhatian, lalu dia tersenyum tipis.

"loe udah usaha maksimal kok, ga usah nyalahin diri loe sendiri..." kata ify. Iel langsung menggeleng.

"tapi fy, gara-gara nilai jelek gue, nilai loe jadi nol sekarang, gue..." kata iel lagi, tapi langsung dipotong ify.

"udah lah yel.., dari awal gue udah siap kok sama resiko ini! gue ikhlas.." potong ify.

"tapi gue nggak!!" sahut iel sedikit keras kali ini. Ify sedikit tersentak mendengar teriakan iel. Lalu iel segera mengambil alih barang-barang ify dan memasukan dengan agak asal ke dalam tas ify.

"tapi yel, loe ga..." ucap ify, tapi langsung dipotong iel yang sudah selesai memasukan semua barang-barang ify.

"sekarang kita temuin pak hanny!" potong iel lagi dengan tegas, sambil menyerahkan tas ify yang telah beres dan kemudian langsung menarik pergelangan tangan ify.

"yel, ga usah..." tahan ify. Tapi iel sudah menariknya kuat tangan ify, dan menyeret ify untuk mengikutinya menuju kantor guru.

"iyel! gue ga mau, kita udah sepakat kan dengan pak hanny... Kita udah gagal, dan kita harus terima...." protes ify sambil terus mencoba melepaskan diri dari tarikan kuat iel.

"udah loe diem aja!" sahut iel tegas sambil terus menarik ify untuk mengikutinya menemui pak hanny di kantor guru. Ify tak mampu lagi melawan, melepaskan diri, karena pegangan tangan iel sangat erat mencengkram pergelangan tangannya. Ia pun tak menyahuti lagi, dan hanya bisa menuruti keinginan keras iel itu.

Tak lama kemudian, sampailah mereka di kantor guru. masih ada beberapa orang guru disana. Termasuk pak hanny yang tampak masih membereskan berkas-berkas di meja beliau. Iel segera mendatangi meja pak hanny.

"siang pak..."

"siang..."

"maaf pak, ganggu..., tapi apa kami bisa ngomong sebentar dengan bapak?" sapa iel ke pak hanny. Pak hanny tersenyum melihat kedatangan iel dan ify.

"saya sudah mengira, kalian pasti akan menghadap saya... Ayo, kalian duduk, saya juga ada yang ingin saya omongin dengan kalian" kata pak hanny sambil mempersilahkan ify dan iel duduk. Iel ify sesaat diam dan hanya saling pandang, lalu mereka duduk di kursi di hadapan meja kerja pak hanny.

"pak, saya tau nilai saya di bawah 7, kita gagal menuhin keinginan bapak, tapi biar nilai saya aja yang nol, jangan nilai ify, dia ga salah pak..." kata iel langsung setelah dia duduk berhadapan dengan pak hanny.

"nggak pak, ini salah saya yang kurang maksimal ngajarin iel, saya ga mau mengingkari perjanjian kami dengan bapak..." sahut ify cepat.

"jangan pak! Biar saya aja yang nanggung semua resikonya, ini semua murni salah saya sepenuhnya, ify dulu ngerjain tugas-tugas saya juga karena dipaksa sama saya!" sanggah iel.

"nggak pak..." sahut ify tak kalah cepat, lalu dia memandang iel, "yel, loe ga bisa ngomong gitu donk! dari awal kita sudah sepakat sama-sama, berarti semua juga harus ditanggung sama-sama!" bisik ify ke iel. Iel balas menatap ke arah ify.

"tapi ini ga adil buat loe fy..." sahut iel ke arah ify.

"kan udah gue bilang, ini konsekuensi yang udah siap gue tanggung! jadi gue terima ini semua, gue ikhlas yel..." sahut ify agak tegas.

"tapi gue tetap ga bisa terima loe berkorban buat nanggung kesalahan gue!" jawab iel tak kalah keras

"ini juga kesalahan gue!" sahut ify

"bukan! Ini murni salah gue!" sahut iel

"nggak!" sahut ify sambil menggeleng keras.

"ga usah keras kepala loe! Ini tanggung jawab gue!" sanggah iel lagi.

"ehemm!!" pak hanny berdeham keras sebelum ify sempat menyahuti lagi. Ify iel yang langsung tersadar bahwa mereka berdebat di depan pak hanny, sontak langsung menghentikan perdebatan panas mereka.

"sudah berdebatnya?" tanya pak hanny. Iel ify hanya melirik pak hanny, lalu mengangguk dan langsung menunduk, malu. Pak hanny tersenyum simpul, sedikit geli melihat kedua muridnya yang tampak sudah salah tingkah itu.

"bapak sangat senang dan menghargai kemauan kalian untuk bertanggung jawab terhadap apa yang kalian lakukan. Saya senang melihat keseriusan usaha kalian untuk memenuhi perjanjian itu. Bapak bisa liat keinginan dan usaha besar kalian untuk melakukan suatu perubahan yang saya inginkan... Bapak sangat senang melihat kemauan benar-benar kalian tanam di dalam diri kalian..." kata pak hanny kemudian.

"tapi kami udah gagal pak..." kata iel.

"Maaf kami ngecewain bapak lagi..." lirih ify juga. Pak hanny hanya kembali tersenyum simpul mendengar sahutan iel dan ify itu.

"iel mamang sudah gagal karena mendapat nilai yang kurang dari yang saya harapkan... Tapi..." kata pak hanny, tapi beliau menggantungkan ucapannya. Beliau terlihat berfikir sejenak sebelum kembali berucap.

"bapak bisa liat kertas jawaban kamu?" tanya pak hanny kemudian ke iel. Iel saling pandang dengan ify, bingung. tapi, kemudian segera dia keluarkan kertas ulangannya itu. Pak hanny menyambut sodoran dari iel itu. Sesaat beliau meneliti kembali lembar jawaban iel, lalu memandang ke arah 2 muridnya yang terlihat sudah begitu was-was itu.

"68... Yah memang cuma kurang 2, saya cuma bisa ngasih nilai segitu, karena nilai max yang bisa kamu peroleh cuma segitu... Di 2 nomer yang terakhir ini kamu salah agak fatal, padahal ini yang pointnya paling tinggi..." terang pak hanny. Iel hanya mengangguk, sedangkan ify masih saja terus menatap pak hanny dengan hati was-was.

"kamu mau nilai kamu berubah?" tanya pak hanny kemudian

"maksud bapak??" tanya iel tak mengerti.

"bapak kasih kesempatan buat kamu satu kali lagi, iel. sekarang, coba kamu jelaskan sama bapak secara langsung, bagaimana langkah pengerjaan soal-soal ini.." kata pak hanny. Iel memandang tak percaya ke arah pak hanny, lalu dia sesaat melirik ify yang juga masih diam tak percaya pada perkataan pak hanny.

"ayo, tunggu apa lagi, sebelum saya berubah pikiran" kata pak hanny lagi.

"eh, iya pak.." sahut iel.

Lalu iel mencoba menjelaskan cara pengerjaan soal-soal ulangan mereka, termasuk soal-soal yang dia salah jawab. Syukurnya sebelumnya ify sempat ngebahas dan ngejelasin soal-soal itu, sehingga iel sekarang lebih mudah menjelaskan kembali kepada pak hanny. Ify di sampingnya memperhatikan dengan wajah sangat was-was. tapi lama kelamaan, dia mulai agak tenang karena iel tampaknya bisa menjelaskan cukup lancar. setelah beberapa waktu kemudian, setelah pengerjaan kembali beberapa soal ujian secara lisan tadi, pak hanny mengangguk senang.

"oke, cukup... Saya lihat, kamu sebenarnya cukup faham, hanya beberapa yang tampak belum terlalu mengusai. Masalah kamu sepertinya hanya kurang teliti saja dalam mengerjakan... Padahal dalam matematika itu ketelitian itu sangat penting, walau cara yang digunakan benar, tapi kalau perhitungan atau angka yang dimasukan ada kesalahan sedikit saja, bisa berpengaruh terhadap pengerjaan berikutnya..." kata pak hanny. Iel hanya mengangguk faham, tapi wajahnya masih saja tegang.

"tapi..., secara keseluruhan, bapak sudah cukup puas..." ucap pak hanny lagi sambil tersenyum.

"ee... jadi gimana dengan nilai saya pak?" tanya iel masih agak was-was. Ify juga menatap penuh pak hanny dengan wajah tak kalah khawatirnya. Pak hanny memandang kedua muridnya itu, lalu tertawa kecil.

"dari awal, sebenarnya saya hanya ingin mengetes kalian, saya ingin kamu iel mau lebih terdorong untuk lebih berusaha dan lebih serius dalam belajar. Dan saya ingin kamu, ify, bisa lebih bertanggung jawab, berani menanggung akibat apa yang sudah kamu lakukan. Saya hanya ingin melihat keseriusan usaha kalian, dan saya sangat surprise ify mampu mengubah iel dalam satu minggu. Saya tau kalian pasti berusaha sangat keras. Apalagi tadi saya tes lagi, dan saya bisa melihat kesungguhan kamu, iel"

"Saya juga sempat ngobrol bentar dengan supir kamu yel, dan bapak tau dari cerita pak asdi, kalau kalian waktu itu belajar sangat giat. Saya sangat menghargai itu semua. Saya tak akan menilai kamu dari nilai yel, tapi dari usaha kamu. jadi, saya putuskan, walau nilai kamu tak sampai 7, tapi saya tidak akan mengubah nilai tugas kalian jadi nol. Kalian saya anggap berhasil..." terang pak hanny panjang lebar. Iel dan ify sesaat saling pandang, lalu terdiam menatap pak hanny. masing-masing tampak sama-sama belum percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"bapak serius??" tanya iel lagi. Pak hanny tersenyum.

"ya bapak serius, kalian bapak maafkan dan nilai kalian aman..." sahut pak hanny lagi. Ify iel saling pandang lagi, lalu tak lama senyum lega terurai dari bibir masing-masing.

"wah, makasih banyak pak!! Makasih sekali!" kata iel bahagia sambil menyalami pak hanny berulang kali. Begitu pula ify yang juga tampak sangat lega sekaligus senang mendengar keputusan pak hanny itu. Bahkan saking bahagianya, air mata bahagianya tampak sudah sedikit merembes dari sudut matanya.

"tapi, ingat, saya mau kamu tetap mempertahankan ini iel, bahkan harus lebih baik" kata pak hanny ke iel, "dan saya pikir, saya bisa terus mengandalkan kamu ify, tolong kamu terus bimbing iel. kalau bisa, sampai ujian nasional kalian semester depan. kamu sanggup kan?" kata pak hanny kepada ify kemudian.

"insyaallah, sanggup pak..." jawab ify. Pak hanny mengangguk senang, lalu mengalihkan pandangannya ke iel lagi.

"iel, masih mau terus berjuang?" tanya pak hanny.

"pasti pak, saya janji. Kita ga bakal ngecewain bapak lagi..." jawab iel mantab diikuti anggukan ify. Senyum bahagia pak hanny langsung terurai. Beliau senang, rencana beliau ini mampu mengubah anak didiknya menjadi sosok yang bertangung jawab, terus memegang komitmennya untuk tetap serius dan terus berusaha keras untuk dapat mencapai sesuatu yang lebih baik seperti apa yang diharapkan selama ini.

------------3am misst3ri--------------

"permisi pak... Sekali lagi makasih banyak..." pamit iel lagi sebelum dia menutup pintu ruang guru. Tak jauh dari situ, ify yang keluar ruang guru lebih dulu, sudah duduk di kursi yang ada di depan ruang guru itu dengan ekspresi campur aduk antara senang, kaget, tak percaya. Setelah iel menutup pintu ruang guru, Iel langsung berbalik dan dengan wajah sumringah, dia langsung melompat, mendekati ify dan sontak merangkul ify yang masih terbengong-bengong, tak percaya dengan keberuntungan yang mereka dapatkan hari ini.

"tenkayau otak jenius...!!" kata iel dengan tawa lepasnya sambil meluk dan ngacak-ngacak rambut ify. Cukup lama iel mendekap kepala ify sambil jingkrak-jingkrak, mengungkapkan kebahagiaannya yang begitu meluap itu.

"yel.. Lepasin donk.. Ga bisa nafas nih gue..." lirih ify dalam pelukan iel tak lama kemudian. Iel yang tersadar, langsung melepas pelukannya, dan langsung tersenyum malu. Sambil ngerapiin rambutnya yang berantakan, Ify menatap iel, lalu tersenyum simpul.

"pulang yuk.." ajak ify sambil narik pergelangan tangan iel. Iel mengangguk, lalu mereka melangkah beriringan menuju pintu gerbang sekolah.

"thx ya... Buat usaha loe... Termasuk buat nyeret gue ngadep pak hanny tadi..." kata ify di tengah perjalanan mereka. Iel mengangguk.

"thx juga buat kegigihan loe ngajar murid bandel kaya gue, hehe... ah, ga nyangka ya pak hanny bakal sebaik itu..." ucap iel juga.

"iya syukur banget..." kata ify juga.

"eh, fy loe pulang pake apa? Jemputan loe ga keliahatan..." tanya iel sesampainya mereka di pintu gerbang.

"ee... gue belum minta jemput sih..." jawab ify

"ya udah bareng gue aja, udah sepi gini juga sekolah... Bentar lagi pak asdi juga dateng, tadi gue SMS udah dijalan katanya..." kata iel. Ify pun mengangguk.

"Ee... Fy, ntar loe ke rumah gue lagi kan?" tanya iel.

"mau belajar lagi?" tanya ify

"ya enggak lah... Udah enek banget gue liat buku matematika, hehe... Loe temenin gue jalan ya... gue mau nyari kue buat nyokap gue..." sahut iel

"bukannya mereka lagi di luar negeri ya?"

"nggak, katanya malam ini mereka mau pulang. Mau kan loe nemenin gue?" tanya iel lagi

"eee.... tapi gue..." belum sempat ify menjawab, tiba-tiba Hp ify berbunyi, ify pun langsung mengangkatnya.

"hall..."

"FY! LAMA banget SIH LOE!! Kita kan... bla..bla..bla..." omel orang disebrang sana seketika begitu telpon disahuti. Ify yang langsung di omelin gitu cuma bengong. Iel langsung nyontel ify.

"siapa?" bisik iel ke ify.

"sila..." bisik ify juga. Iel langsung merebut HP ify dan mengaktifkan speakernya.

"...inikan udah hampir 1 jam! Kita udah muter-muter, loe belum nongol-nongol juga! Loe kemana aja sih...?? .... Fy?? Loe masih disana kan? jawab donk!" omel sila dari ujung telpon sana.

"eh, iya sil... gue masih ada kok..., loe sih ngomelnya ga pake titk koma gitu, gimana gue mau ngomong..." sahut ify.

"ya udah! sekarang loe cepetan kesini... Katanya mau nyusul, jalan bareng kita... gimana sih? Masa mau ngasih makan kelinci gitu aja lama banget!" omel sila. Iel langsung melotot ke ify.

"kok ga bilang gue loe?! Tolak!" bisik iel. Muka ify langsung memelas.

"nggak! loe mending temenin gue aja! Tolak aja!!" bisik iel lagi. Ify langsung merengut kesal. 'tuh kan, udah gue tebak, pasti iel ngelarang lagi!'. Lalu dengan setengah hati dia menyahuti sila.

"ee.. gimana ya sil? Sori, gue kayanya...ee..." ify agak bingung nyari-nyari alasan.

"nemenin nyokap!" bisik iel cepet.

"iya itu anu... Nyokap gue minta temenin, gue ga tega nolak... jadi..."

"KOK GITU SIH?!! Loekan janji duluan sama kita!! Masa nolak gitu aja ga tega, bilang udah punya janji gitu, repot banget!!" serobot sila langsung motong ucapan ify.

"ya mau gimana lagi sil? gue ga enak, dan gue juga dah bilang iya ke nyokap gue... Gak papa ya.. Ntar deh lain kali.. Kan masih ada via sama tian..."

"dasar loe! ya udah kalau gitu!! Dahh ify..." sahut sila lalu telepon langsung ditutup. setelah memasukan HP nya ke dalam tas, ify memandang kesal ke iel.

"ah, loe yel.. Selalu gitu.. emang kenapa sih loe ngelarang gue mulu kalau mau jalan sama teman-teman!" sewot ify.

"gue ga ngelarang... tapi loe selalu mau jalan disaat gue juga perlu loe! Loe kan masih terikat kontrak jadi pesuruh gue... gue masih berhak donk ngatur-ngatur loe?" sahut iel dengan santainya.

"iya.. Iya... Tuan muda...." sahut ify dengan masih merengut kesal.

"eh, jangan manyun gitu donk... gue kan benar-benar perlu bantuan loe hari ini. Loe mau kan nemenin gue jalan hari ini? Dan beberapa hari yang lalu nyokap gue ultah, makanya gue mau ngasih kejutan ntar pas nyokap gue pulang... Ya, fy ya..." bujuk iel. Ify menatap iel yang sudah majang tampang memelas di depannya. 'kasian juga iel kalau ga dibantuin, apalagi dia kayanya seneng banget karena mau nyambut nyokapnya yang mau pulang...' benak ify. Lalu dia tersenyum ke arah iel.

"iya deh..." jawab ify kemudian.

"waa... Thx fy..." sambut iel bahagia sambil sontak nyubit pipi ify.

"aduh.. eh, seneng sih seneng, tapi ga usah pake nyubit donk...." sewot ify sambil ngelus-ngelus pipinya.

"eh, tapi kalau ada yang ngeliat kita jalan bareng gimana?" tanya ify kemudian.

"oiya ya... Aduh.. Bikin ribet nih!" sahut iel sambil garuk-garuk kepalanya. Dia mikir sesaat.

"nah gue ada ide! Loe nyamar aja deh... Ntar gue permak deh loe di rumah gue..." usul iel kemudian.

"hah? Loe mau permak gue?! Nggak.. Nggak..! Pasti ga bakal beres kalau sama loe!" tolak ify

"ah, loe fy! Mau aja ya... gue jamin loe ga dibikin aneh kok..." rayu iel

"Hmm..."

"mau ya fy?? Ntar gue traktir loe deh, anggep aja sekalian tanda terima kasih gue ke loe udah mau ngajarin gue... Oke?"

"hmm...Oke deh... tapi janji ya loe... Ga bikin gue yang aneh2 ntar.."

"sipp... Janji deh..." jawab iel sambil bentuk jarinya jadi tanda 'V'.

------------misst3ri--------------

Siang itu, disebuah pusat perbelanjaan...

"ayo tian.. Lelet banget sih..." kata via sambil narik tian menuju toko sepatu. Sedangkan sila sudah lebih dulu masuk toko itu. Tian mengikuti kedua teman-temannya itu dengan agak kerepotan karena di tangannya udah menenteng beberapa buah kantong belanjaan.

"ah, bentar-bentar donk.. gue kan repot nih! emang masih mau belanja juga ya? Udah nyerbu 2 mall nih kita, pada rakus banget loe pada cuci matanya..." keluh tian.

"eh, inget janji loe... Ga boleh ngeluh..." bisik via

"iya.. Iya...." sungut tian lalu segera mengikuti via dan sila.

Saat dia masuk toko itu, barang pertama yang pengen dia cari yaitu KURSI. Sumpah, cape banget ngikutin dua tukang shopping gini! Sambil duduk menghilangkan penatnya, tian hanya memperhatikan teman-temannya yang lagi ngobok-obok barang-barang toko. 'ah, bosen banget nih..! Ah, coba ada ify, ga bakal nih gue kaya kambing congek kaya gini!' benak tian. Lalu dia ngubek-ubek HP nya, niat sih pengen OL, eh sialnya jaringannya seret bin lelet. 'ah dasar ga peka banget nih operator, saat diperluin gini malah ga mau konek. Aduh... Ngapain ya?' benak tian lagi. Lalu dia iseng-iseng SMS ify.

------------3am misst3ri----------------

To: ify

Ifyyyy..!! Hwaaaa!! dimana loe??

-----------------------------

From: ify

kenapa lo? Kan udah gue bilang, gue nemenin nyokap...

--------------------------------

To: ify

kenapa ga ikut aja sih! Coba lo ikut tadi, gue kan ga suntuk nih jalan sm tuh 2 tukang shopping! Dicuekin gue... Bosennn!!! :(

---------------------------------

From: ify

Haha... Ya sori deh... Bawa Have fun aja ya... :)

---------------------------------

To: ify

gimana mau fun! jadi kuli gini! yang ngalahin nilai gue lo, yang nyiksa gue malah tu 2 hantu mall

----------------------------------

From: ify

Wkwk... dapat dari mana tuh nama hantu mall? Ketahuan baru nyaho lo..

------------------------------------

To: ify

Ya jangan sampe fy.. Bonyok gue ntar, hehe...

----------------3am misst3ri-----------------

Setelah itu, tak ada lagi balasan dari ify. 'ah, kemana tuh bocah? Baru juga gue rada senengan dikit ada temen ngobrol, malah udah ngilang tuh anak' benak tian. Lalu dengan kesal tian memasukkan HPnya ke dalam kantong lalu melirik ke arah sila dan via. Tian kembali menghela nafasnya. ‘kaya bakal masih lama nih.. lumutan beneran deh gua..’ omel tian dalam hati sambil merengut.

-------------misst3ri-----------------

Di sebuah kafe...

"woi!! SMSan mulu... Di makan tuh, jangan dicuekin aja!" protes iel ke ify. Saat itu iel dan ify sudah berada di sebuah cafe yang ada di sebuah mall di kota itu. Tampak ify masih belum menghabiskan semangkok es krim yang terletak di hadapannya. Sedangkan iel, dia sudah tinggal menyisakan sendok di mangkoknya, udah ludes ga bersisa.

"eh, sori yel.. Hehe.... Ga SMS lagi kok, abis juga pulsa gue, haha..." sahut ify

"dasar loe! SMS sapa sih? Mama? Kakak? Atau.. jangan-jangan... sms Pacar loe ya?"

"pacar? Enak aja, ga ada tuh namanya pacar-pacaran dikamus gue tahun ini, mau UN cuy! Sekolah prioritas 100% isi otak gue sekarang..! Lagian mama gue mana bolehin, kakak gue yang cowo aja baru di bolehin pacaran pas SMA, gimana gue yang cewe gini... hehe..." sahut ify.

"dasar anak mami lu!" ledek iel sambil memandang meremehkan ke ify. Ify cuma terkekeh kecil.

"kaya loe nggak kaya gitu juga.. Haha..." sahut ify enteng

"eh, gue sih beda.... Spesial, pake telor, hehe.... gue tuh cowo ganteng. Dan orang ganteng kaya gue itu susah, mahal... Hanya seorang yang super istimewa aja yang bakal bisa naklukkin hati gue... Ibarat batu permata, gue tuh yang paling mahal, yang ga sembarangan orang bisa liat, yang cuma buat orang-orang ekslusif, bukan yang murahan, bisa gonta-ganti oleh orang sembarangan..!" sahut iel.

"jiah... Pake bawa-bawa emas permata... kaya orang jualan aja lu!" ledek ify. Iel cuma nyengir. 'tinggi juga nih standar iel, jadi inget via... gimana reaksi iel kalau tau via taksir dia ya?' ify jadi teringat sahabatnya yang naksir berat sama iel itu.

"eh yel..." tegur ify.

"kenapa?" tanya iel. Sesaat ify memandang iel lekat, dan saat mau ngomong lagi, dia menggeleng, mengurungkan niatnya.

"eh, ga jadi deh..." sahut ify kemudian, lalu dia menunduk dan meneruskan makan es krimnya.

"dasar aneh loe! Ga jelas!" sungut iel. Ify cuma tersenyum simpul. 'jangan dulu deh dikasih tau, ntar dia makin gede lagi kepalanya. Mana gue kan masih terikat kontrak, bisa ribet gue ntar urusannya kalau di suruh iel ngapain-ngapain via..' pikir ify dalam hati. Dia lalu terus ngelanjutin makan es krimnya yang sempat terhenti gara-gara ngeladenin SMS dari tian tadi.

"eh, jorok banget sih loe! Makan belopotan gitu! malu-maluin gue aja lo, masa guru gue kaya gini?!" sewot iel beberapa saat kemudian sambil langsung ngebantuin ngelap mulut ify pake tissu.

Tangan iel tampak sigap, mengusap lembut bagian bawah bibir ify dengan tissue. Ify tampak sedikit tersentak kaget dengan perlakuan manis iel itu dan sesaat hanya menatap terpaku kearah iel. Tapi kemudian dia buru-buru merebut tissu di tangan iel itu dan ngelap mulutnya sendiri.

"sori... Abis, es krimnya udah rada ngeleleh sih... Hehe.." sahut ify sambil melap mulutnya sendiri.

"makanya jangan sms-an mulu, udah tau makan lelet gitu... cair kan tuh! sia-sia donk gue traktir loe... Mau gue pesenin lagi?" timpal iel lagi.

"hah? Ga usah yel.. Ini juga udah cukup kok.." jawab ify. Iel terus menatap ify yang menyantap es krimnya.

"ya udah..., tapi kalau loe mau, gak papa kok, biar gue pesenin lagi... Walau cuma dalam bentuk traktir makan es krim gini, tapi gue kan mau ngasih yang terbaik juga buat loe, kaya loe yang ngasih ilmu terbaik loe seminggu ini ke gue..." ucap iel tulus. Ify hanya balas menatap iel sesaat dan tersenyum agak tersipu.

"eh, gue aneh ya? Kok gue kaya serasa diliatin.. Loe sih, nyuruh gue pake jaket, peke kacamata, pake topi, kaya gini.. kaya orang bego tau ga gue jalan siang-siang, panas gini pake jaket, trus pake topi dalam ruangan.. ihh..." protes ify tak lama kemudian. Iel langsung ketawa denger protesan ify.

"nggak kok... Biasa aja, kalau gini kan penamiplan loe bisa agak disamarin... Lagian kalau orang ngeliatin, pasti ngeliatin gue kok... Kan udah gue bilang, jalan sama orang ganteng itu susah, diliatin orang mulu..." jawab iel sekenanya.

"yee... Songong lu..." sahut ify

"emang ganteng kan? Haha... Ibaratnya, kalau gue kedipin mata sekali, langsung kelepek-kelepek tuh cewe..." sahut iel juga.

"eh, sejak kapan loe kaya sion, narsis parah gitu?"

"haha... sekali-sekali fy... Eh, cepet deh abisin es krim nya, ngomong mulu loe... Habis ini kita tinggal nyari kue, abis itu langsung cabut balik ke rumah..." kata iel. Ify cuma tersenyum sambil ngancungin jempolnya.

--------------misst3ri-----------------

Tik tok.. Tik tok... Waktu rasanya berlalu lamaaa banget buat tian. Jadi nyesel juga dia bikin taruhan gini. Mau enak, eh malah jadi senjata makan tuan. 'Hari terapes gue!' Begitu tian ngelabelin hari itu. Kelamaan nunggu, tian jadi laper.

"eh, gue ke sana dulu ya... Nyari peganjal perut..." kata tian ke via dan sila.

"oh iya deh.. tapi jangan pulang loe!" sahut sila tanpa menoleh sedikitpun ke tian. Dia masih saja sibuk milih-milih barang.

"iya.. Iya... Eh, tapi belanjaannya gue letakin disini ya... Berat!"

"iya, tapi jangan lama-lama loe!" sahut sila lagi.

"beliin buat gue juga ya yan.." kata via.

Tian pun pergi menuju sebuah toko yang menjual makanan. Selagi nunggu pesanannya selesai, tian mengedarkan pandangannya ke penjuru. 'ah, biar jam kerja gini masih aja penuh ni mall, pada berjiwa konsumtif semua sih!' benak tian. Asyik-asyik nonton pengunjung mall yang bersiliweran, tiba-tiba tersentak kaget. Mata langsung terfocus pada sebuah titik.

'itukan... Ah ga mungkin! Sama dia lagi... Nggak! Mungkin cuma kebetulan... tapi... kenapa gue ngerasa itu dia... Tas itu kenapa mirip banget sama seperti yang pernah gue kasih...'

"de, ini pesanannya.." tegur pramusaji itu menyerahkan makanan pesanan tian. Tian sontak tersadar dan perhatian jadi terpecah. Dia lalu segera mengambil pesanannya dan menyerahkan sejumlah uang.

Saat dia kembali melihat ke arah tadi, sosok itu sudah menghilang. 'ah, pasti cuma mirip doank, ga mungkin! ada-ada aja loe yan, pasti lo cuma berhalusinasi gara-gara laper..' benak tian sambil ngunyah kuenya. Lalu dia segera melangkahkan kakinya menuju toko tempat via dan sila tadi. Sesampainya dia disana, dia kembali dikejuntukan. Tampak via dan sila sudah ada di depan toko dengan beberapa orang, yang diantaranya dia kenal. Mama sila!

----------misst3ri------------

"kamu tu ya kebiasaan, jalan ga pulang dulu ke rumah..." omel mamanya sila. Tian yang baru tiba disana, cuma bisa bengong liat pemandangan ini.

"yang pentingkan aku pulang nanti mah! kaya aku mau kabur aja. Aku ini bukan anak kecil lagi mah! Aku udah gede, aku bisa sendiri!" sahut sila keras.

"kalau kamu udah ngerasa gede, seharusnya kamu tau gimana kelakuan yang bener! Udah, sekarang kamu ikut mama pulang! jangan ngebantah! Mama ga mau ribut2 di tempat umum gini! Ayo!" kata mama sila sambil narik paksa anaknya. dengan hati yang masih dongkol, sila pun dengan berat hati menuruti kemauan mamanya itu.

Tian hanya bisa diam memperhatikan kejadian yang terjadi begitu cepat itu. setelah sila sudah berlalu dengan mama, adiknya dan agni, tian mendekati via yang tampak diam di depan toko itu dengan ekspresi campur aduk antara kesel, bingung, bersalah, dan sedih.

"kenapa sih sila? Dan... kok tadi bisa ada agni juga sih vi?" tanya tian.

"hah? Ee... Lo tanya sama sila aja deh ntar... Ribet gue jelasinnya... Yuk ah, kita pulang aja sekarang!" Kata via juga. Tian pun hanya bisa mencoba menalarnya sendiri.

Lalu dia pun bergegas mengikuti via yang sudah melangkah lebih dulu. Saat mereka turun melewati eskalator, sekilas tian melihat sesososk yang dia kenal di antara orang-orang yang berjalan di lantai atas itu.

'Lho?? Itukan mamanya ify? Tapi kok...' benak tian. tapi, sebelum tian benar-benar memperhatikannya, sosok itu begitu cepat menghilang dari pandangannya karena via sudah buru-buru menariknya.

----------------misst3ri--------------

"eh fy, loe bawain kantongan yang itu, gue ngangkat kue nih..." kata iel saat menurunkan barang-barang dari mobil. Saat itu iel dan ify telah pulang dari jalan-jalan dan sampai di depan rumah iel.

"iya.. Ini juga lagi diambil..." sahut ify, lalu dia segera berjalan menuju rumah menyusul iel setelah barang-barang yang tersisa sudah dia ambil semua.

"fiuh.. Cape juga... Eh, emang katanya jam berapa pulangnya?" tanya ify sembari mulai menjajaki teras rumah iel.

"katanya sih pesawat sore ini, jadi ntar malam udah datang... sekarang loe bantuin gue beres-beres ya, bi asri lagi pulkam nih..." kata iel.

"beres tuan muda, hehe..." sahut ify. Lalu ify membuka pintu depan rumah dan langsung masuk ke dalam rumah iel. tapi tiba-tiba dia sontak terdiam ketika dia baru saja membuka pintu depan rumah. Roman muka ceria ify tiba-tiba berubah.

"kenapa fy?? Ayo cepet masuk... Berat nih..." kata iel sambil dorong ify agar cepet masuk dan ga ngehalangin jalan masuk.

"yel..." lirih ify lemah. Iel jadi agak bingung, dan dia lalu menggeser ify sedikit kesamping dengan sikutnya dan langsung masuk rumah. Dan saat masuk, ekspresi yang sama telah terjadi dengan iel. Dia langsung sontak ikut terpaku, kaget melihat siapa yang sudah ada di hadapan mereka.

"kok kalian...???" teriak orang itu kaget ketika melihat ify dan iel yang datang.

-------------------BERSAMBUNG (3am)-----------------

0 komentar: