Lanjutan dari PROMISE Part 25: Kebajikan Berbuah Manis. Baca juga PROMISE Part 1: Awal untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.
NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)
PROMISE - Part 26: Sebuah Kekhawatiran
--------------------misst3ri-----------------------
"apa?! Bunda masuk rumah sakit??!" pekik angel saat mendengar kabar bu panti masuk RS dari teman-temannya. Saat itu angel, rahmi, debo dan obiet sedang ngumpul, duduk-duduk di bangku yang ada di koridor depan kelas.
"iya gel..." sahut rahmi. Wajah angel nampak begitu khawatir sekarang.
"kok ga ada yang ngasih tau gue? Trus gimana bunda sekarang?" ratap angel agak sedih.
"yaa udah gak papa sih... tapi, hari ini hasil tesnya udah keluar katanya..." kini obiet yang menjawab.
"eh itu sion, SION!" panggil debo setelah melihat sosok sion yang berjalan menuju kelas bersama riko, dan iel. Sion. Sion yang merasa di sapa, tersenyum, lalu segera mendekati debo dkk. Dibelakangnya, riko dan iel menyusul dengan ekspresi heran. mereka berdua belum tau kejadian sion yang sudah damai dengan debo dkk yang lalu.
"hei, semua... Bunda kalian gimana?" sapa sion ramah.
"udah lebih baikan kok..." jawab debo
"kok sion bisa tau bunda masuk RS?" tanya angel heran.
"oh itu, kemaren sion yang nemuin bunda pingsan dan langsung bawa bunda ke RS gel..." sahut debo lagi.
"kalau ga ada sion, mungkin bunda kemaren ga bisa mendapat penanganan medis cepet.." jelas obiet juga. Angel yang dijelaskan hanya mengangguk-ngangguk sambil memandang sion dengan pandangan kagum, berterimakasih, sekaligus ga percaya.
"bener gitu yon? Wah baru kali ini gue bangga punya temen kaya loe..." ujar iel sambil nepok-nepok pundak sion.
"jadi pahlawan nih ceritanya..." ucap riko juga. Sion yang dipuji-puji, idungnya langsung kembang kempis, kelewat bangga sama dirinya sendiri.
"ciee.. Sion... Statusnya sekarang pahlawan nih, bukan tukang rusuh lagi... " kata cakka yang baru saja keluar kelas menjumpai mereka semua dan langsung ngacak-ngacak rambut sion. Sion langsung mendorong bahu cakka, ga terima dibilang tukang rusuh sekaligus karena rambut kerennya di acak-acak.
"sialan loe! Bedain ya, tukang bikin rusuh sama orang iseng.. hehe..." sewot sion sambil benerin jambulnya. Cakka cuma nyegir jail.
"kalau gitu thx ya yon.... ga nyangka gue, orang kaya loe bisa ngelakuin hal kaya gitu, kalau bukan obiet sama debo yang bilang, gue mungkin ga bakal percaya, hehe..." ucap angel kemudian.
"wahh.. emang gue separah itu ya, sampai loe ga percaya gue bisa baik juga? orang cakep kaya gue emang luarnya aja kaya perusuh, tapi dalemnya kaya malaikat... gue ga mau sok pamer aja kok, hehe..." jawab sion
"alahh loe yon! Gaya segayung! Itu barusan apa namanya kalau ga pamer!" sahut riko sambil nyontel pipi sion. Sion cuma cengengesan.
"iya, emang sih kaya pahlawan, tapi ujung-ujungnya maksa minta anterin pulang juga! Pahlawan ga modal tuh namanya... Haha..." ledek cakka lagi. Sion sedikit mendelik, lalu masang tampang coolnya.
"ya mau gimana lagi, sang pahlawan yang inikan ga bisa terbang pulang sendiri, kalau keabisan ongkos dan ga ada yang bersedia ngasih tumpangan, tamatlah riwayat, pulang nyeker, jalan kaki.. Hehe..." sahut sion
"hehe... Yah, mungkin cuma itu yang bisa kita bales dari kebaikan loe, kalau hanya nganterin pulang, kayanya masih belum cukup untuk ngungkapin rasa terima kasih kita ke loe... yah, pokoknya thx banget yon..." kata debo.
"iya yon, sekali lagi thx banget. Dan ntar siang loe mau kan ikut kita jenguk bunda? Bunda pasti seneng bisa ketemu loe..." ajak obiet.
"iya yon, bunda pasti pengen banget ketemu sama orang yang nolong dia..." kata rahmi juga. Sion tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk sambil terus tersenyum bangga. Riko menatap aneh ke sion.
"bentar lagi bisa-bisa ada yang bakal melayang di angkasa nih.." celetuk riko.
"iya nih... Ga cuma sampai angkasa kayanya, tapi keliling jagat raya ngelayangnya" timpal iel juga.
"ngomongin apaan sih?" tanya debo agak lugu.
"tuh sion... kayanya udah serasa di awan, terbang kemana-mana, kebanyakan di puji.. Hihi..." jawab riko.
"ah loe ko, ga bisa liat orang seneng, kan jarang-jarang gue banyak dipuji gratisan.. kalau biasanya mah, kudu bayar dulu, baru orang mau muji gue, kaya adek gue tuh, dikasih duit baru bilang gue 'kaka sion cakeeepp banget...' Hehe..." sahut sion. yang lain langsung ikut ketawa.
"wahh.. Wahh... Ada ada apaan nih kumpul-kumpul, gosipin orang cakep kaya gue ya?" tanya irsyad yang baru datang bareng dayat dan zahra.
"yah, ini juga, satu lagi orang narsis dateng..." ledek cakka
"ga narsis, ga eksis bro... Haha..." sahut irsyad enteng. Lalu dia menatap satu per satu orang-orang yang ngumpul disana.
"udah pada damai nih?? Wahh... pada cakep-cakep dah kalau adem gini..." kata irsyad lagi setelah melihat semua dalam keadaan penuh keakraban, tidak seperti biasanya perang dingin.
"yoi bro.. Kita kan juga cinta damai.. Hoho..." sahut cakka di ikuti anggukan yang lain.
"kalau kalian pada mau ikut ga? Kita mau ke RS siang ini, Sekalian jenguk dava deh..." tawar debo ke dayat dkk.
"emang siapa yang sakit?"
"bunda..."
"oh, boleh deh kalau gitu..." jawab dayat lagi.
Tak lama lewat anak-anak gank gaul yang baru dateng. mereka agak surprise juga liat sion dkk tampak akrab banget sama dayat dkk dan obiet dkk. Sila lalu menatap sinis ke arah mereka semua saat melewati mereka.
"ihh.. Liat deh, tukang rusuh, warga kelas 2, pengamen dekil, plus anak pungut, ngumpul jadi satu... Cocok banget deh, loser semuanya... haha..." ledek sila sebelum memasuki kelas. Sedangkan yang lain, Tian hanya diam, menatap agak dingin ke arah iel dkk, via hanya melirik sedikit lalu langsung membuang muka saat melihat tatapan tajam iel, hatinya langsung ngejerit, ga nahan liat sorot mata iel yang menusuk tajam ke hati kaya gitu. sedangkan ify, hanya diam, walau dia tau iel ga senang denger perkataan sila. Mereka berempat lalu memasuki kelas dengan di ikuti sorotan mata tak bersahabat dari teman-teman mereka yang mereka ledek tadi.
"perlu kita keroyok ga tuh 4 anak sok??" tanya riko tajam kepada teman-teman yang lain.
"perlu banget... Masa ganteng kaya gini dikatain loser?? Kucing galak di rumah gue aja masih lebih sopan... Ini malah lebih parah... sekali-sekali kita masukin karung tuh, trus dibejek-bejek biar tuh mulut rada sopanan dikit.." sahut sion ikut panas.
"iya... kalau perlu kita masukin bom atom tuh di dalam tas masing-masing, biar pas meledang langsung mental jauh, dan ga balik-balik lagi kesini!" sahut irsyad juga.
"yoi bro, gue dukung 1000 %... Pake efek kembang api sekalian biar tambah seru, hihi..." sahut riko juga
"eh, sadis banget! pada Bakat loe jadi teroris nih...Mending dikasih kacang atom, enak kriuk-kriuk... hehe..." timpal debo
"kalau kacang atom, ngapain ngasih ke mereka, mending buat gue sendiri kali.. Hihi..." sahut irsyad lagi. yang lain jadi ketawa denger guyonan debo dan irsyad.
"ntar gue pesanin sama amrozi deh bomnya..." kata sion kemudian.
"eh, amrozi mah udah tewas di tembak polisi, mesen sama nurdin M Top aja, bosnya tuh.." sahut riko
"eh, sama aja dodol, udah bergelar almarhum juga tuh!" kini irsyad yang nyahut.
"kan masih bisa minta kirimin lewat pos... lewat tiki deh, 2 hari nyampe... Hehe..." sahut Riko enteng yang disambut gelak tawa yang lain.
"kalau ga bisa bom beneran, di sumpelin bom cabe aja deh... Biar kepedesan, dan bikin bibir mereka jadi dower dan ga bisa cuap-cuap ngehina orang lagi... Haha..." ucap sion.
"hwahaha... Bener tuh bro... Ide brilian..." sahut irsyad. mereka terus saja mengutarakan ide-ide super gila, perlakuan yang mereka anggap pantes untuk diterima gank gaul. Iel, yang pada awalnya cuma diem mendengarkan, tiba-tiba buka suara.
"ckck... Woii.. ! Udah... Udah becandanya... tadi katanya pada cinta damai... Otak masih pada krimal juga loe pada... udah... Kasih mereka waktu... gue yakin semua orang itu pada dasarnya baik kok, termasuk mereka... Ga perlu lah ngasih sampai bom segala... mereka cuma perlu waktu dan kesempatan untuk bisa membuka hati mereka..." ucap iel bijak kemudian dengan tiba-tiba. yang lain langsung berhenti ketawa dan memandang iel agak heran.
"wiihh... Sejak kapan si iel bisa ngomong manis kaya gitu, tentang anak-anak gank gaul lagi... Ga lagi error kan yel otak loe?" sahut sion sambil nyentuh jidat iel. Iel cuma menepisnya lalu tersenyum simpul sambil melangkah masuk kelas. Sesaat kemudian, yang lain pun bergegas ikut masuk ke dalam kelas karena bel sudah berbunyi sesaat kemudian.
Dan siang menjelang sore itu, irsyad, dayat, zahra, oik, cakka, sion, iel, riko bersama-sama pergi ke RS untuk menjenguk bu panti. mereka sudah janjian dengan angel, obiet, debo, rahmi untuk ketemuan di RS.
"eh, katanya kamar berapa sih?" tanya zahra.
"no 4, tapi gue lupa ruang kelas apaan..." sahut cakka.
"yah.. Kok lupa, kalau ginikan susah nyarinya, kan tiap kelas kayanya ada no 4 semua, kalau ruang melati di lantai 2, ruang mawar dan anggrek lantai 3, yang mana jadinya?" sahut zahra. Memang RS itu terbagi jadi beberapa kelas yang dinamai dengan nama2 bunga.
"kalau yang tulip?" tanya irsyad
"kalau tulip lantai 4 tuh..." sahut riko yang sedang membaca denah RS yang terpampang di lobi RS itu.
"kalau bunga aster?" tanya irsyad lagi.
"emang ada ya ruangan aster?" tanya iel. yang lain pun lalu dia ikut meneliti denah RS itu
"kalau ga ada, bunga kamboja aja deh... Ada kan?" kata irsyad lagi. anak-anak yang lain langsung menatap kesel ke irsyad. mereka sadar kalau irsyad cuma iseng tanya-tanya begituan.
"ada! Tuh bunga kamboja di kuburan! Lo kira disini jualan kembang apa?!" sewot cakka. Irsyad langsung nyegir.
"eh tuh angel... ANGEL!" panggil riko. Angel terlihat baru memasuki pintu utama RS itu.
"bunda di mana ruangannya katanya?" tanya dayat ke angel.
"anggrek no 4... Yuk, obiet dan yang lain udah kesana duluan kayanya..." sahut angel. Lalu mereka segera menuju tempat bu panti di rawat.
-------------misst3ri--------------
Sesampainya di lorong menuju kamar bu panti dirawat, obiet, debo dan rahmi terlihat berdiri di depan sebuah kamar, baru saja ingin masuk ke dalam kamar.
"obiet..!!" panggil dayat. Obiet dkk menoleh.
"hei.. Kalian, baru nyampe juga? Kemari, kamarnya disini.." kata obiet. Lalu mereka menuju kamar bu panti bersama. Di dalam sana juga ada selain ada bu panti, ada juga mbak nana, mbak-mbak muda petugas panti yang kemaren di telpon sion. Bu panti tersenyum melihat kedatangan anak-anak.
"wahh.. Rame sekali... Makasih ya udah jengukin bunda.." kata bu panti senang di jenguk anak-anak. Saat sion mendekat ke pinggir ranjang bu panti, bu panti langsung tersenyum.
"adek yang di halte bis sama saya kemaren kan?" tanya bu panti.
"iya bu... Saya sion, temen obiet dll juga... Ibu gimana keadaannya?" tanya sion
"udah mendingan kok nak... Makasih ya kemaren udah nolongin ibu..." jawab bu panti ramah.
"iya, sama-sama bu..."
"tadi kata dokter gimana hasil pemeriksaannya bu?" tanya debo. Bu panti tampak sedikit tersentak kaget.
"ee..." bu panti tampak saling tatap dengan mbak nana.
"ibu katanya cuma kecapean kok... Salah makan, makanya agak ada gangguan sama pencernaannya, ya kan bu? Gitu kata dokter tadi?" jawab mbak nana cepet.
"iya.. Iya... Ibu gak papa kok, setelah istirahat dan makan obat dari dokter, juga nanti bisa sehat lagi..." sahut bu panti juga dengan menyakinkan sambil tersenyum. Anak-anak tampak lega mendengar keadaan ibu panti. Tapi sepertinya tidak dengan obiet yang sedari tadi hanya berdiri di ujung tempat tidur. Perasaannya yang cukup peka dan kedekatannya dengan bunda, membuat dia merasa ada yang janggal dari ucapan dan ekspresi bunda dan mbak nana. 'kenapa perasaan gue bilang ada yang ditutup-tutupin ya?' benak obiet dalam hati.
"lho? Kok diem aja biet? Ga seneng liat bunda udah sehatan ya?" tanya bunda ke obiet. Obiet segera menepis pikiran negatifnya, lalu tersenyum.
"nggak kok bun, obiet cuma kelewat khawatir aja sama bunda..." jawab obiet. Obrolan hangat pun terus bergulir.
Beberapa waktu kemudian, setelah di rasa cukup menjenguk bu panti, Cakka dkk, kemudian menuju kamar tempat dava di rawat. Disana nampak sudah ada patton juga. sepertinya, karena rasa bersalahnya yang lalu, patton tampak super perhatian sama dava. Tiap hari dia tak pernah absen untuk selalu mengunjungi dava. Saat cakka memasuki kamar lebih dulu, dia menangkap roman wajah lesu dava yang langsung berubah, tiba-tiba jadi bersemangat saat melihat kedatangannya dengan teman-teman lainnya.
"hei.. Kakak..." sapa dava.
"hei dav..." sahut cakka.
"kita belakangan aja deh, loe deh cakk masuk duluan, ga enak juga sama pasien lain, kalau keroyokan gini kunjungin pasien, sempit ruangannya..." kata dayat ke cakka dkk. Kamar yang ditempati dava emang ditempati bersama 5 pasien lainnya, tidak seperti kamar bu panti tadi yang hanya 2 orang. Cakka lalu mengangguk mengerti.
"gimana keadaannya?" tanya cakka.
"baik kok kak... Kata dokter malah dava udah bisa pulang besok.."
"oh ya? Bagus deh kalau gitu.. Oh ya, kenalin nih teman-teman kakak..."
"riko.."
"dava..."
"sion... Cowo paling ganteng, paling keren, dan paling cool se-SMP Bakti Setia..."
"dava.. ,Eh kakak yang ini sama ya narsisnya kaya kak patton, hehe..."
"wah, bener banget va, malah ini lebih parah..." ledek cakka sambil ngelirik patton yang duduk di pinggir ruangan udah manyun, ga terima sama ledekan cakka.
"gabriel... tapi panggil aja kak iel, oke?"
"oke kak..." sahut dava. setelah itu sesaat mereka ngobrol dan bercanda-canda menghibur dava.
"eh, kita keluar duluan ya... Gantian sama yang lain..." kata riko tak lama kemudian. Lalu riko, iel, sion keluar ruangan dan bergantian dengan zahra, dayat, irsyad dan oik masuk ke dalam. tapi, ketika cakka ingin mengikuti teman-temannya, dia di tahan dava.
"kak.. Disini aja..." pinta dava. Cakka mengangguk.
"dava udah bisa mainin lagu d'masiv yang judulnya jangan menyerah itu lho.." kata dava.
"beneran loe dav??" tanya irsyad meragukan kemampuan dava
"Coba kita mau denger.." kata cakka. Dava mengangguk, lalu dia mengambil gitar patton yang ada terletak di samping tempat tidurnya. Dava lalu mulai memainkannya. Walau belum terlalu lancar, masih terputus-putus dan berkali-kali salah, tapi dava akhirnya bisa menyelesaikan lagunya. Cakka menatap senang ke arah dava.
"wah... Udah pinter kamu..." puji cakka.
"sukses nih belajarnya..." kata irsyad
"siapa dulu donk masternya..." ujar patton
"siapa ton..?" tanya zahra.
"ya master gitar lah, emang patton kenal, ya nggak lah coy... Haha.." sahut patton.
"yee.. Dikirain mau nyebut nama sendiri..." sahut oik.
"kalau gue jago gitar, ga bakal mau lagi coy patton ngamen di bis kota, mending di kafe... Di hotel berbintang... Hoho...."
"yee.. Payah juga kakak kamu yang satu ini dav... Kacang lupa sama kulitnya, jangan mau lagi dav diajakin ngamen sama patton... Patton sekarang sok ekslusif..." kata zahra.
"dava ga bakal ngamen lagi juga kan.. Udah gini, masa mau naik turun bis kota lagi kaya dulu? Bisa keseret bis ntar kalau dava kelambatan naikin kaki ke bis... Hehe..." sahut dava. Yang lain langsung jadi ikut ketawa.
Ditengah ketawanya, cakka kembali menangkap roman wajah dava yang diam-diam berubah, kemudian kembali berseri sesaat kemudian, sama seperti yang dia jumpai saat baru datang tadi. Cakka langsung tampak tertengun, mencoba menerka apa yang ada di balik perubahan itu, serta memikirkan perasaan yang dia telah rasakan bersemayam di benaknya dalam beberapa hari itu.
Senja pun mulai menyingsing. anak-anak segera pamit untuk pulang. Saat mereka mau pulang, cakka sempat memanggil dayat.
"eh, yat.." panggil cakka. Dayat menoleh.
"ee... Bentar... Ada yang perlu gue omongin... berdua..." kata cakka.
"oke..." sahut dayat.
"ik, loe duluan aja ya sama kak zahra... Kakak ada urusan bentar sama cakka" kata dayat ke oik yang menunggunya. Oik mengangguk, lalu pulang bersama zahra dan yang lainnya. Lalu dayat bergegas mengikuti cakka yang sudah melangkah lebih dulu menuju taman RS itu.
"kenapa cakk??" tanya dayat sesampainya mereka di bangku taman.
"gue mau ngomongin masalah dava..." sahut cakka. Dayat mengerutkan keningnya, tak mengerti.
"bukannya udah clear ya? tadi kita udah sama-sama liat, Dava udah baik-baik aja kan? Dan dia juga udah kembali bersemangat kaya dulu lagi kan?" sahut dayat. Cakka menggeleng.
"gue ga tau apakah perasaan gue ini benar, atau hanya rasa kekhawatiran gue yang berlebihan.... tapi, gue benar-benar merasa keceriaan dava sekarang belum balik sepenuhnya..." lirih cakka
"maksud loe?"
"gue... gue ngerasa dava masih belum menemukan keceriaannya dulu, dengan kekurangan dia sekarang. yang gue liat sosok dia sekarang adalah sosok yang terkesan tegar, tapi dalamnya masih keropos banget..." ucap cakka lagi.
"kenapa loe bisa berpikiran seperti itu?" tanya dayat lagi. Cakka lalu menceritakan kejadian dava saat dava menghilang di RS yang lalu, sampai dimana cakka menemukannya.
"gue benar-benar ngerasa, itu sorot mata kepedihan yang dipendam. kalau loe liat sinar mata dia kemaren, loe ga bakal tega untuk terus membiarkan dia tetap dalam keadaan yang seperti sekarang... gue terus memperhatikan dia setelah itu. Begitu juga hari ini. gue benar-benar ngerasa dia sedang memendam perasaan itu... Dan ini membuat gue semakin jelas ngeliat itu semua, kalau keceriaan itu hanya agar tidak membuat kita sedih dan menutupi kekecewaan pada dirinya sendiri" kata cakka kemudian setelah selesai bercerita. Dayat hanya diam, terus mendengarkan.
"gue pengen kita balikin keceriaan dia yang seutuhnya dengan mewujuntukan sebuah harapan dia ini..." lanjut cakka lagi.
"gimana? Balikin dia bisa jalan normal kaya dulu lagi? Ga mungkin cakk, dia udah kehilangan kakinya..." sahut dayat.
"setidaknya kita bisa bantu dia ngedapetin penggantinya..." jawab cakka
"maksud loe...." ucapan dayat terhenti. Sesaat kemudian dia mengerti apa yang cakka harapkan. Dayat langsung menggeleng keras.
"wah, gue pikir, kita ga bakal sanggup menuhin itu... Kita cuma sekumpulan anak sampai, yang cuma bisa ngamen... Kita ga punya uang untuk itu cakk.. Barang itu mahal... Kita ga bakal bisa ngasih itu ke dava!" kata dayat kemudian. Cakka menatap dayat tajam.
"gimana loe bisa bilang ga mungkin?! padahal kita belum nyoba sedikit pun..!" sahut cakka. Dayat menatap nanar ke arah cakka. Cakka menatap dayat dengan wajah yang sangat menyakinkan.
"kalau kita semua bersatu, kita pasti bisa yat... Niat yang mulia pasti akan dimudahkan oleh-Nya yat... Loe percaya itu kan?" ucap cakka. Dayat sesaat berfikir, lalu tak lama kemudian dia mengangguk.
"oke kalau itu mau loe... gue juga mau dava dapetin yang terbaik... Kita bicarain lagi ini ntar sama anak-anak yang lain, gimana?" tawar dayat. setelah sesaat berfikir, Cakka pun mengangguk. Lalu mereka berdua beranjak dari taman itu untuk pulang.
Waktu demi waktu berlalu. sudah beberapa hari masa ujian matematika yang lalu telah berlalu. Dan saat itu, banyak anak-anak yang memprediksi di saat mata pelajaran matematika mereka hari itu, pak hanny, akan membagikan hasil ujian mereka. Dan, saat itu, saat anak-anak sedang istirahat, sebelum masuk pelajaran pak hanny di jam berikutnya setelah istirahat, di salah satu sudut kantin, tampak anak-anak gank gaul ngumpul membicarakan hal ini.
"eh... kayanya pak hanny hari bakal bagi hasil ujian kemaren nih.. Pak hanny kan biasanya cepet ngoreksinya..." kata via sambil nyerumput es jeruknya. Tian, sila dan ify memandang ke via.
"oh iya ya, sampai lupa gue sama tuh ujian..." sahut sila. Di sisi lain, ify yang mengaduk-ngaduk bakso yang ada didepannya, nampak sudah terbawa lamunannya. Matanya agak menerawang, memandang kosong mangkok baksonya. 'ah iya, gimana nilai gue sama iel ya? Bisa memenuhi target ga ya? gue harus benar-benar siap dengan segala resiko nih...' tanya ify dalam hati. Pikirannya terus melayang, mencoba mereka-reka apa yang bakal terjadi dengan mereka nanti.
"wah, palingan gue yang paling tinggi ntar..." kata tian yang duduk di sebrang ify dengan padanya.
"songong loe... Ngalahin kiki aja loe jarang!" sahut sila
"setidaknya kan gue selalu lebih tinggi dari pada kalian bertiga..." jawab tian
"yakin banget loe..?!"
"yoa... kalau salah satu dari kalian bertiga ada yang ngalahin gue, gue temenin kalian jalan-jalan seharian deh..." sahut tian bertaruh.
"oh ya? Wah, kebetulan gue tadi rencananya mau ngajak jalan hari ini... kalau salah satu dari kita lebih tinggi dari nilai loe, loe mau ngawal kita shoping seharian?!" tanya sila lagi untuk lebih menyakinkan.
"iya..." sahut tian enteng sambil nyuap mie ayamnya.
"seharian?" tanya via juga.
"hmm..." sahut tian dengan menggumam karena mulutnya lagi penuh sama makanan.
"ga pake acara ngeluh-ngeluh kaya biasanya?" tanya sila lagi
"nggak pake ngeluh..." jawab tian lagi.
"bawain barang-barang kita?" sambung sila terus
"semua..." jawab tian dengan santai
"trus pulangnya traktir kita?" tanya via agak iseng.
"beress...." sahut tian, tapi tiba-tiba dia tersadar dan langsung mendongak, "Eh, nggak.. Nggak... kalau yang itu mah, ga sanggup, inikan udah tanggal tua, bisa bangkrut gue..." sahut tian. Via dan sila langsung ketawa.
"hehe... tapi beneran ya loe... Awas loe kalau ingkar...! Kita pegang janji loe!" kata sila
"iya... tapi itu juga kalau kalian bisa ngalahin nilai gue... kalau nggak, yah harap sediakan duit lebih untuk ngeladenin nafsu makan gue..." sahut tian lagi.
"ah, dasar loe, gembul!" ledek sila. Tian cuma ketawa-ketiwi.
"Eh, fy.. Diem aja loe... loe ikut jalan juga kan? udah lama banget loe ga pernah ikutan..." ucap sila ke ify. Ify yang agak melamun tadi karena mikirin nilai dia sama iel, jadi tersadar.
"hah?! Apaan?" tanya ify agak kaget. Lalu dia langsung meneruskan acara makan baksonya yang sempat terhenti untuk menyamarkan kekagetannya.
"yah ni anak, ngelamun aja sih... Kita mau jalan... Loe ikut kan?" tanya sila lagi.
"hmm..." gumam ify mengiyakan ajakan sila tanpa berpikir panjang.
"sip..! Gitu donk fy..! Andai loe nolak pun kali ini, tadi sih rencananya gue mau langsung nyeret loe, hehe..." sahut sila. Ify langsung melirik sila.
"ya ampun.. sampai segitunya..." sahut ify sambil terus ngelanjutin makan baksonya. tapi tak lama berselang, ify tiba-tiba keselek.
"uhuk.. Uhukk..." ify langsung batuk-batuk gara keselek tadi.
"kenapa loe fy? Nih minum dulu.. Makan buru-buru sih loe..." kata tian sambil nawarin minum ke ify. Ify lalu menyambutnya lalu meminumnya dalam diam.
Diam-diam matanya mengekor segerombolan anak yang baru saja masuk kantin. Itu iel dan teman-temannya. Iel tadi sesaat sempat melirik dan ngasih pandangan sinis ke ify. 'ya ampun, pikun banget sih loe fy... Udah tau iel selalu rese dan sok ngelarang kalau tau gue mau jalan-jalan sama teman-teman, eh ini dengan gampangnya gue malah nyetujuin jalan sama sila via tian... gimana nih gue ngeles ke sila? Apa terpaksa harus rayu si iel? Bisa gak ya? Ah, kenapa jadi ribet gini sih!' omel ify dalam hati.
"kenapa fy? Kok mukanya tiba-tiba kaya gelisah gitu?" tanya via
"oh anu.. Itu.." ify langsung berpikir cepat, memutar otaknya, "itu... gue baru inget.. Kelinci gue belum dikasih makan tadi pagi... Padahal dia ga mau makan kalau bukan gue yang ngasih.." jawab ify beralasan.
"hah? Si vanilla? Ya ampunn.. Pasti kelaperan tuh fy..." ujar via. Ify menganguk sambil masang tampang khawatir.
"iya.. jadi ntar gue pulang dulu ya... Ga bisa langsung ikut jalan.. Gak papa kan? Ntar gue nyusul belakangan deh.."
"ya udah deh kalau gitu... tapi beneran loe fy, ntar nyusul" sahut sila. Ify tersenyum lalu mengganguk. 'fiuuh... Syukur pada percaya, moga ga beneran kelaperan tuh si vanilla, hihi... Gak papa deh, gini dulu. Masalah ntar, dipikirin belakangan. yang penting gue bisa ngindar dulu dari seretan sila buat langsung pergi jalan-jalan sepulang sekolah... kalau ntar di ijinin iel, gue nyusul... kalau nggak, ya ntar deh gue pikirin lagi alasannya... yang penting sekarang aman...' benak ify lega. Ify lalu melanjutkan makan-makannya dengan lebih tenang. Beberapa saat kemudian, sila celingak-celinguk.
"kenapa sil? Nyari siapa loe?" tanya tian.
"si agni... Tumben tuh anak ga kelihatan..."
"ngapain lagi sih nyari-nyari agni? Kasian tau dia kalau disuruh-suruh mulu.." kata ify. Sila ga mengubris perkataan ify.
"eh tuh dia orangnya, panjang umur..." kata tian saat dia melihat agni, gita dan irsyad yang baru masuk ke kantin.
"eh, agni! Sini..!" panggil sila. Agni yang dipanggil, lalu mendekat.
"kenapa kak?" tanya agni.
"mau ngapain loe sama agni?" tanya irsyad.
"bukan urusan loe! Ayo ikut gue bentar.." kata sila sambil nyeret agni ke arah toilet cewe. Agni pun lalu mengikuti sila, setelah sebelumnya meminta irsyad dan gita menunggunya di kantin saja. Gita dan irsyad pun memilih untuk memesan makanan duluan dan duduk di salah satu meja. Sementara itu, saat sila sudah meninggalkan kantin dengan agni, via langsung nyenggol sikut ify yang duduk di sampingnya. Ify menoleh.
"kenapa vi? Mau bakso gue?" sahut ify sambil nyodorin mangkok baksonya. Via menggeleng, lalu menarik pergelangan baju ify agar ify lebih mendekat dengan nya.
"Fy, liat deh..." bisik via ke ify. Ify melirik via, lalu melirik ke arah pandangan mata via. Ke arah iel dkk.
"iel.... Liat tuh ketawanya... Manis banget..." bisik via lagi. Ify mengerutkan keningnya, memandang heran via yang tiba-tiba ngomongin iel. Lalu dia sesaat ngelirik iel dkk lagi, lalu dia tersenyum simpul. 'ah, ya... kenapa gue bisa lupa... Via kan sekarang lagi kesambet pesonanya tuh anak mami...'
"aduh... Gagah banget, makan baksonya sampai keringetan gitu..." bisik via lagi. Denger bisikan via tadi, Ify langsung menatap via dengan tampang heran sekaligus aneh.
"biasa aja woii... masih waras kan loe? Masa keringetan abis makan bakso dibilang keren... Nih gue juga... Hehe.." bisik ify sambil ngelusin keringatnya ke pipi via. Via yang digituin langsung mencak-mencak sambil ngusap-ngusap pipinya ke seragam ify. Ify yang ga bisa ngelak cuma ketawa kecil.
"dasar loe!" sewot via.
"abis loe kaya orang abis kesambet setan tau ga!" balas ify. mereka berdua asyik ledek-ledekan, sedangkan tian yang duduk di hadapan ify, tapi ga dengar dan tau apa yang sedang di bicarakan kedua temannya itu, menatap bingung ke arah ify dan via.
"woi!! Kalian pada ngomongin apaan sih?! Pake bisik-bisik gitu lagi di depan gue! Gosipin gue ya?" sewot tian. Ify dan via menoleh ke arah tian, lalu tertawa.
"yee... pada banget loe!" sahut via. Tian terus menatap curiga, tapi dia kembali melanjutkan makannya dengan cueknya. Sedangkan via dan ify kembali ledek-ledekan sambil bisik-bisik.
Sementara itu, di toilet cewe...
"kenapa kak?" tanya agni. Setelah merasa toilet itu sudah tak ada orangnya, Sila lalu memandang agni dengan tajam.
"ag, gue mau jalan sama teman-teman gue hari ini... Nyokap pasti ga bakal ngijinin gue... gue mau loe ngurusin ini, nyokap gue biasanya mau percaya ucapan loe kan? Bisa kan loe?" kata sila.
"gimana caranya kak?" tanya agni masih agak bingung.
"ya terserah loe... yang penting nyokap gue ga nyari-nyari gue, loe bilang gue ada pelajaran tambahan kek... Belajar kelompok kek di rumah siapa gitu... Atau loe ajak kemana kek biar nyokap gue ga tau gue belum balik ke rumah... Pokoknya loe yakinin nyokap gue..!" pinta sila. Agni tampak berpikir sesaat.
"jangan kelamaan mikir! Bisa kan loe?"
"iya deh kak... Agni bantu..." sahut agni kemudian.
"oke... Awas loe kalau sampai gagal...! Loe yang nanggung akibatnya kalau gue sampai ketahuan..."
"iya deh kak... Agni usahain, tapi kakak jalannya jangan sampai kesorean banget kaya dulu..." pinta agni.
"iya.. Iya... gue ga sampai sore banget deh... Bawel loe!" sahut sila, lalu dia melangkah ke luar WC. Agni hanya menatap sila sambil mengelus-ngelus dadanya. 'sabar ag... Sabar... Loe harus bisa bantu sepupu loe...loe ga mau kan liat sepupu loe diomelin terus?' benak agni dalam hati. Lalu dia juga segera meninggalkan toilet cewe itu.
Tett... Tettt.... Bunyi bel masuk berbunyi. anak-anak segera saja berhamburan menuju kelas masing-masing. Begitu juga anak-anak gank gaul. Saat ify mau masuk kelas, dia sempat berpapasan dengan iel yang keluar kelas ingin membuang sampah. Ify sempat menahan tangan iel sedikit, lalu iel menoleh ke arah ify.
"yel, hasil ujian kayanya bakal dibagi hari ini..." bisik ify cepat sebelum terus melangkah masuk kelas. Iel sontak terpaku, diam di depan pintu kelas itu. Wajahnya langsung menegang, dan tiba-tiba saja detak jantungnya berdetak begitu kencang. Kegugupan dan segala kepanikan, menjalar begitu cepat di sepanjang urat nadinya. Dia terus saja terpaku disana, sampai seorang guru yang lewat untuk mengajar di kelas sebelah, menegurnya.
"hei kamu... jangan diam diluar.. Cepat masuk.. Bel sudah berbunyi dari tadi kan?" tegur guru tadi ke iel.
"oh, iya pak... Maaf..." sahut iel. Lalu dia segera membuang sampahnya, lalu bergegas masuk kelas. Dia sempat melirik ify yang sudah tampak duduk tak nyaman di bangkunya. Lalu iel menunduk lesu dan terus menuju bangkunya. Tak lama kemudian, pak hanny datang dan memasuki kelas.
"siang anak-anak..."
"siang pak..." sahut anak-anak. Pak hanny lalu menuju kursi guru, dan duduk disana. Lalu beliau mulai mengeluarkan buku-buku dan setumpuk kertas.
"oke... Hari ini kita akan memasuki pokok bahasan yang baru tentang logaritma. tapi sebelumnya, saya akan membagikan hasil ujian kita beberapa hari yang lalu..." terang pak hanny. langsung saja suasana kelas ribut, membicarakan bagaimana hasil ujian mereka.
"tenang anak-anak.... secara keseluruhan... Saya cukup puas dengan hasil kalian, walau masih ada beberapa yang mendapat nilai rendah... saya harap yang mendapat nilai rendah, terus ditingkatkan lagi belajarnya agar nilai-nilai selanjutnya bisa lebih baik... Baik, saya akan membagikan hasil ujian kalian..." kata pak hanny. Lalu beliau mulai membuka lembar-lembar hasil ujian, dan mulai memanggil satu per satu.
"sivia azizah..., 85.." sivia lalu maju ke depan dengan senyum manisnya.
“raja sion, 56” kata pak hanny. Sion dengan tampang cuek, langsung maju ke depan mengambil kertas ujiannya. 'belajar lebih giat lagi' ucap pak hanny ke sion.
"kiki egeten.., 92..." umum pak hanny kemudian. Pak hanny terus memanggil, sampai nama septian dipanggil.
"septian putra..., 94" panggil pak hanny selanjutnya. Tian maju dengan berbangga hati. Saat dia melewati bangku teman-temannya, dia sedikit berbisik. 'gue ngalahin kiki... So, siap-siap...'
“rizky maulana, 75” panggil pak hanny berikutnya.
"sila tiara... 88"
"daud...., 70" Pak hanny terus memanggil satu per satu, sampai seluruh anak mendapat lembar hasil ujiannya.
“alyssa saufika umari..." pak hanny memanggil nama lengkap ify. Ify maju untuk mengambil hasil ujiannya.
"...96..." ucap pak hanny kemudian, lalu dia tersenyum saat ify mengambil kertas ujiannya. 'good job' bisik pak hanny. Ify hanya tersenyum tipis. Di sisi lain, tampak sila dan via langsung memandang Tian penuh kemenangan. 'kena loe yan..' bisik via yang duduk di depan tian. Tian cuma garuk-garuk kepala, 'ah, sialan... Kok bisa kalah gue dapet ify, bakal remuk nih tulang gue hari ini nemenin mereka jalan-jalan seharian...'
"sabar aja ya yan... hehe...." ucap ify ke tian saat dia kembali ke bangkunya. Tian cuma mingkem, meratapi nasip yang bakal menimpanya beberapa jam kedepan.
“dan terakhir, Gabriel...” panggil pak hanny.
Iel bangkit dari kursinya dengan gugup. Ify yang baru saja duduk di bangkunya, juga tak kalah gugup. Matanya terus mengekor, memperhatikan iel yang maju mengambil kertas hasil ujiannya. Pak hanny menatap penuh iel. Sesaat pak hanny sempat memandang ify, lalu menggelengkan kepalanya sedikit. Melihat itu, saraf di kepala ify semakin menegang. Ify memejamkan matanya, sambil berdoa dengan harap-harap cemas, berharap keberuntungan berada di pihak mereka.
“gabriel mendapat nilai....."
------------------BERSAMBUNG (
3am)----------------
created by
3am
di
14.55