This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 25: Kebajikan Berbuah Manis

Lanjutan dari PROMISE Part 24: Exam Times. Baca juga Promise Part 1: Awal untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.

NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)

ENJOY!!!

PROMISE - Part 25: Kebajikan yang Berbuah Manis

---------------------misst3ri----------------------

Matahari bersinar begitu kuat siang itu. Dan, pasti tak banyak orang yang mau jalan-jalan di tengah hari yang menyengat itu. tapi, sepertinya tidak dengan anak laki-laki itu. Dia dengan santainya berjalan sendirian di pingir jalan itu, seakan tak memperdulikan panas terik itu. Mungkin bukannya dia tak peduli, tapi mungkin lebih disebabkan kegelisahannya yang bisa tergambar dari tampang dan tingkahnya itu sehingga dia tak begitu sadar dan peduli akan keadaan sekitarnya. Bahkan, saking gelisahnya, dia sampai tak begitu memperhatikan jalannya lagi, sehingga saat di sebuah pertigaan, dia hampir saja terseerempet sebuah mobil. Tiin...tiinnnn.. klapson mobil itu.

"hei!! jalan liat-liat donk, jangan ngelamun!" teriak bapak-bapak yang mengendarai mobil itu ketika melewati anak itu. Anak itu yang sudah tersadar, jadi ikut ngomel-ngomel juga.

"eh tu bapak ngomel-ngomel, mentang-mentang situ bawa mobil, gue jalan kaki! ngomel-ngomel seanaknya! Dasar!" omel anak itu. Lalu dia melanjutkan perjalanannya, dengan kembali ke metode awal. Pake ngelamun!

"aduhh... gimana ya?" gerutu anak itu sambil ngacak-ngacak rambut jabriknya itu. darirr.. HPnya bergetar, menandakan ada SMS masuk.

=================

From: Nyokap_cantik

Sion, Mama mau pergi arisan, kunci rumah di tetangga.. Cepet pulang...

=================

"ini juga mau pulang kali ma..." lirihnya sambil masukin HPnya dalam saku bajunya.

Yap, anak itu sion. Kali ini dia pulang jalan kaki, ga kaya biasa, nebeng riko. Tapi berhubung si riko udah dihasut sama si cakka buat nyuekin dia, sion dengan berat hati harus pulang sendiri. Tapi saat itu, sepulang sekolah, bukannya langsung pulang, tapi sion malah jalan kaki keluyuran ga karuan. Bukannya malas pulang cepet atau kehabisan ongkos jadi jalan kaki seperti itu, tapi dia kelewat banyak pikiran aja, sampai ga sadar dia jalan terus, padahal dia mau menuju halte dan pulang pake bis kota.

"si cakka bikin gue pusing nih... Kan ga enak di cuekin gini, mana bawa-bawa iel sama riko lagi nyuekin gue! gue kan jadi ga bisa ngibul bareng lagi, ga bisa nebeng pulang lagi, ga bisa minta traktir lagi, ga bisa ngutang, ga bisa NYONTEK kaya tadi! Apes banget gue!" omel sion pada dirinya sendiri. Dia terus ngomel-ngomel sendiri, sampai-sampai dia sendiri ga nyadar kalau dia sudah jalan jauh banget. Dan saat dia tersadar akan itu...

"lah?? Udah nyampe mana nih gue?" kata sion saat sudah tersadar. Dia langsung celinguk-celinguk, dan ketika dia sudah menyadari posisi dia sekarang dimana, dia langsung menepuk jidatnya.

"ya ampun..!! kenapa gue jadi jalan ke arah sini? Ini sih berlawanan arah sama rumah gue! Bego banget sih loe yon!!" omel sion, sambil segera putar balik. 'Ah, gara-gara mikirin ginian nih, jadi error berat otak gue!' Omel sion dalam hati. Lalu dia bergegas mencari halte bis untuk menunggu bis yang akan membawanya pulang. Sampailah dia di halte bis itu. Agak sepi juga halte siang hari seperti itu. Cuma ada seorang ibu-ibu dan beberapa pedagang asongan disana. Sion duduk di halte itu, di samping ibu-ibu itu.

"nunggu bis juga dek?" tanya ibu-ibu itu.

"eh, iya bu..." jawab sion sesopannya. 'Ya iyalah bu, masa nunggu pesawat?' Benak sion.

"bis nomer berapa?" tanya ibu itu lagi

"123 bu... Jurusan tanah engkong" jawab sion lagi. (asal banget nih yang nulis bikin jurusan)

"wah, kalau gitu sama ya dengan ibu, sejurusan..."

"iya bu... Eh, kenapa bu? Sakit perut?" tanya sion ke ibu-ibu itu karena melihat ibu-ibu itu dari tadi agak sedikit meringis sambil memegangi perutnya.

"iya dek, ga tau, tiba-tiba sakit... Udah sering sih akhir-akhir ini.." jawab ibu-ibu itu. tapi sesaat kemudian ibu-ibu itu kembali tenang, tak terlalu meringis lagi.

"de, sekolah di SMP Bakti Setia ya?" tanya ibu-ibu itu lagi ketika melihat lambang seragam sion. 'ah, banyak nanya nih ibu-ibu..' Benak sion.

"eh, iya bu..." jawab sion dengan senyum agak dipaksakan.

"oh.. Berarti ken.. Aww..!!" tiba-tiba ibu-ibu itu mengerang kesakitan yang luar biasa, sambil memegangi perutnya. Sion agak ikut panik juga liatnya.

"bu.. Bu... Gak papa kan?" tanya sion agak khawatir. Tapi, belum sempat ibu-ibu itu ngejawab, tiba-tiba ibu-ibu itu pingsan tak sadarkan diri.

"eh copot tuh kepala!" sion latah gara-gara ibu-ibu itu tiba-tiba jatuh tepat di pangkuan dia.

"Ya ampun!! Ibu..!! Sadar bu!!" sion berusaha menyadarkan si ibu-ibu itu. Sion agak panik saat itu. Bingung menghadapi situasi itu sendiri karena di halte yang sepi itu, sekarang cuma ada dia sama ibu-ibu itu, plus seorang pedagang asongan.

"pak tolongin nih!" pinta sion pada pedagang asongan itu. Pedagang asongan itupun langsung bantuin sion nolong ibu-ibu itu. Kebetulan ada taksi yang lewat, dan tanpa pikir panjang sion nyetop taksi itu dan membawa ibu itu ke RS terdekat.

Sesampainya di RS, dibantu sion dan si supir taksi, ibu-ibu itu langsung dibawa perawat ke ICU untuk ditangani tim medis. setelah ibu-ibu itu masuk ke dalam ruang medis, tertinggallah sion sendiri disana, bingung sendiri. tapi, tak lama, ada seseorang yang menegurnya.

"dek..." tegur orang itu. Sion menoleh. sudah ada supir taksi yang dia tumpangi tadi berdiri di sampingnya.

"bayar uang taksinya belum..." tegur supir taksi. Sion menepok jidatnya.

"ya ampun pak! Lupa! Argo nya dijalanin terus pak?"

"ya iyalah... Masa ya iya donk.." sahut supir taksi itu

"yah.. Si bapak.. Tekor donk saya jadinya..."

"eh, nggak dik becanda, saya ga bakal setega itu kok, tadi sampai RS ini udah dimatiin.."

"jadi berapa pak?"

"25 ribu..."

"25 ribu?! Yah, sama aja donk pak judulnya... Mahal..." ratap sion.

"kalau ga mau mahal, jangan naik taksi donk... Naik angkot aja, jauh dekat sama, hehe..." sahut supir taksi itu.

Sion jadi garuk-garuk kepala, dia sebenarnya ga punya duit banyak, tapi bingung juga gimana mau ngelak. Lalu dengan berat hati, dia merogoh semua tempat dia nyimpen duitnya, mulai dari kantong celana, saku kemeja, kantong-kantong tas, dompet, sampai dalam kaos kaki.

"yah, pak uang saya cuma ada segini pak.." kata sion sambil menyerahkan seluruh uang kertas plus ga ketinggalan semua receh miliknya yang dapat dia temukan. Supir taksi itu menyambutnya dan mulai menghitungnya.

"yah, masih kurang nih dek, ini sih cuma 18.400 rupiah..." kata supir itu setelah menghitung uangnya.

"gimana lagi pak, saya juga kalau ga nolongin ibu-ibu itu, ga bakal naik taksi pak... Segitu aja ya pak, sekalian bapak ikut beramal juga..." rayu sion dengan muka agak memelas.

"ya udah deh, kasian bapak sama kamu.." sahut supir taksi itu ga tega liat wajah memelas sion.

"wah bapak baik banget.. Saya doain masuk surgadeh pak... tapi, yang ganjilannya, recehannya yang 3.400 itu, bisa dibalikin juga ga pak? Bapak baik deh... Hehe..." rayu sion.

"hah?! Masa minta dibalikin lagi? Ini juga udah kurang!! Dasar kamu ini, dikasih hati, malah minta daging..!" sewot supir taksi itu.

"jantung pak yang bener.." sahut sion cepet.

"saya maunya daging, lebih enak dimakan dari pada jantung..." jawab si supir asal, "Udah pokoknya, barang yang sudah di serahkan, ga bisa dikembalikan lagi!" lanjut supir taksi itu

"yah.., ntar saya pulang naik apaan pak, kalau ga punya ongkos lagi?" ratap sion

"jalan kaki dek, sehat, lumayan ngurangi polusi..." sahut supir taksi sambil berlalu dengan cueknya. Sion langsung manyun. 'Ah, shit.. apes banget gue hari ini!' Gerutu sion.

Sion lalu duduk menunggu sendiri di ruang tunggu itu. Lalu dia teringat, tas punya ibu-ibu yang sedari tadi dia gantung di bahunya. 'Buka ga, ya?' Sion bimbang mau buka tas milik ibu-ibu itu. 'Ah buka aja, biar tau identitas ni ibu-ibu, trus bisa menghubungi keluarganya, trus minta ganti rugi deh gue' benak sion yang sempat-sempatnya mikirin ganti rugi. ckckck... Di dalam tas ibu-ibu itu, dia ada menemukan sebuah HP dan dompet. dari KTP nya sion bisa tau nama ibu-ibu itu, Ira Handayani. Lalu sion mencoba membuka phone book nya. Dan ketemu disana sebuah nomer bernama 'home dikurnia'. 'dari namanya rada meragukan sih, home dikurnia, tapi cuma ini yang kira-kira ada hubungannya dengan rumah, coba telpon aja deh..' pikir sion dalam hati.

Lalu sion memencet nomer itu. Tutt... Telpon mulai nyambung.

Hallo...

Hallo.. Benar ini rumahnya ibu... Ira?

Benar, tapi ibunya sedang tidak ada mas..

Ohh, nggak mbak, saya cuma mau ngasih tau, ibu ira sekarang sedang ada di Rumah Sakit Kejora, tadi saya nemuin beliau jatuh pingsan di halte bis...

Apa?! jadi keadaan ibu gimana?

Saya juga ga tau, bu ira sedang di periksa dokter.. sekarang mbak kesini aja deh...

Baik.. Baik... Saya sekarang kesana.. Mas tunggu disana ya...

klek. Telpon ditutup. Dan tinggal lah sion, kembali dalam kesendiriannya di lorong sepi rumah sakit itu. tapi tak lama kemudian, keluarlah seorang dokter.

"adek, keluarga ibu-ibu yang didalam?" tanya dokter itu.

"oh, bukan dok, tapi saya yang bawa beliau kesini... tadi sudah saya hubungi keluarganya, sebentar lagi datang kesini... gimana keadaan itu ibu-ibu dok?" tanya sion.

"sekarang udah stabil keadaanya.. tadi saya sudah kasih obat penenang... Oh iya, tadi sebelum ibu-ibu itu pingsan, bagaimana keadaanya?" tanya dokter itu lagi.

"tadi, ibu-ibu itu sempat mengeluh sakit pada perutnya dok, setelah itu langsung pingsan.."

"oh, jadi begitu.. kalau benar diagnosa saya, kemungkinan ada permasalahan dengan orangan dalam ibu-ibu itu... Mungkin setelah pengecekan lebih lanjut bisa ketahuan penyebab utamanya... kalau begitu saya permisi dulu, kalau keluarganya datang, tolong hubungi suster jaga ya..."

"oh iya, dok... Ee.. Ibu itu udah bisa di jenguk belum dok?"

"ee.. Bisa... tapi sebaiknya jangan terlalu diusik dulu, biarkan ibu itu istirahat dulu ya..." jawab dokter itu.

"oh iya dok.. Makasih dok..." sahut sion. Dokter itu mengangguk sopan lalu pergi berlalu. Sion lalu hanya duduk, menunggu keluarga ibu-ibu itu di ruang tunggu ICU itu.

------------------ misst3ri -----------------

Di tempat lain, cakka saat itu sedang menjenguk dava lagi. Kali ini bareng dayat, dan irsyad. Sesampainnya disana, ternyata ada patton juga. Dava yang ditemani ibu dan kakaknya, olin, sudah tampak lebih sehat dan segar sekarang.

"dav, gimana keadaannya?" tanya cakka.

"baik kok kak..." jawab dava.

"cepet sembuh dav, biar kita bisa main-main lagi kaya dulu..." hibur irsyad.

"iya kak... tapi.. dava jadi ga bisa ikut ngamen kaya dulu lagi deh..." sahut dava. "siapa bilang ga bisa?" tanya dayat.

"gimana kalau ada kantib lagi? Dava kan ga mungkin lari kaya dulu, sekarang sih dava di balapin sama kura-kura juga, cepetan kura-kura kali... Hehe.." sahut dava agak bercanda.

"dasar kamu..!"

"ntar patton sama cakka deh, yang gendong kalau ada kantib lagi... Haha..." canda irsyad juga.

"yah.. Ga enak di kita donk coy!" sahut patton. yang lain ikut ketawa.

"ah, nggak deh, dava ga mau ngerepotin kakak-kakak semua... Dava mau mandiri... Dava mau bantuin ibu jual pisang goreng aja deh, keliling pasar, kalau perlu keliling kota... Boleh kan bu?"

"boleh..." sahut ibu dava. Obrolan ringan lainnya pun terus bergulir.

"eh, gue pulang duluan sekarang ya..." kata irsyad setelah beberapa wktu berlalu.

"yah kok cuma bentaran loe syad.." kata olin

"ga tau loe pada, kalau tiap hari senin gini, irsyad sih kegiatannya ngecengin cewe-cewe yang main basket di sekolah..." kata dayat.

"ohh.. mau ngecengin ag..hmffm.." sahut cakka tapi langsung di bekem sama irsyad. "sttt.. Diem deh, ga liat ada ember bocor disini, bisa abis gue diledekin" bisik irsyad ke cakka sambil ngelirik patton. Cakka cuma ketawa.

"eh, gue juga deh, pulang duluan sama-sama irsyad.. kasian zahra sama oik berdua aja ngurusin sanggar..." kata dayat ikut pamit pulang.

"ya udah kalau gitu.. hati-hati di jalan ya..."

"iya.. Kita pulang duluan ya..." kata irsyad dan dayat pamit, lalu keluar kamar.

"Eh dav, kita jalan-jalan ke taman yuk..." ajak cakka.

"boleh kak..." sahut dava. Lalu dava pun pergi ke taman RS itu di temani cakka dan patton.

--------------misst3ri------------------

Tampak banyak langkah-langkah yang tergesak menyusuri lorong itu. Lalu orang-orang itu berhenti di depan ruang ICU itu, tempat sion menunggu ibu-ibu yang pingsan tadi. Sion yang sebelumnya duduk menunduk, menoleh karena mendengar orang-orang datang ke arahnya. tapi, dia tampak kaget ketika tau siapa yang sudah ada disana. orang-orang itu pun tampak tak kalah kaget dengan sion.

"sion? Ngapain loe disini?" tanya orang itu.

"debo? Obiet? Kalian juga ngapain disini?" sahut sion juga. Yap, orang-orang itu adalah debo, obiet dan seorang mbak-mbak muda.

"kita mau nemuin bu panti kita, katanya tadi di bawa ke RS ini" jawab obiet.

"bu ira?" tanya sion enteng.

"iya.. kok loe tau?" sahut debo

"gue yang bawa ibu panti loe kesini..." jawab sion.

"adek, yang telpon saya tadi?" tanya mbak-mbak itu. Dia juga pengurus panti, sama seperti bu ira.

"iya mbak... Eee.. tadi kata dokter, kalau keluarganya datang di minta menguhubungi suster jaganya" terang sion. Lalu sion mendatangi suster jaga disana.

"suster... Ini keluarga pasien yang didalam..." kata sion kepada suster yang jaga disana. Lalu mbak-mbak dari panti tadi segera mendatangi suster itu untuk mengurus segalanya. Lalu debo dan obiet bergegas melihat keadaan ibu panti mereka ke dalam. Sion mengikuti dari belakang. Sesaat debo dan obiet tampak memperhatikan ibu panti mereka.

"ibu panti kalian pasti baik-baik aja kok.. Kata dokter beliau jangan terlalu diganggu dulu... jadi, sekarang lebih baik biarin beliau istirahat dulu ya.. " kata sion pelan kepada obiet dan debo. Debo dan obiet mengangguk mengerti, lalu mereka keluar ruangan itu, dan duduk-duduk di luar, di ruang tunggu ICU itu.

"kok bunda bisa pingsan? emang tadi saat loe nemuin, gimana keadaan bunda?" tanya obiet membuka pembicaraan. Wajahnya masih menunjukan kekhawatiran. Lalu sion menceritakan segalanya, mulai dia ketemu dengan ibu panti, ibu panti pingsan, sampai perkiraan dokter yang di ceritakan dokter tadi.

"semoga ibu panti kalian ga kenapa-kenapa ya biet, de..." kata sion diakhir cerita dia. Obiet dan debo menggaguk.

"thx banget ya yon, loe udah mau segera bawa bunda ke RS, kalau nggak, mungkin udah terjadi yang nggak-nggak sama bunda..."

"iya yon, Makasih banget ya..." kata obiet juga.

"yap, sama-sama... Mana mungkin juga kan gue ga nolongin, wong ibu panti kalian jatohnya pas niban gue... hehe..." sahut sion agak sedikit bercanda agar debo dan obiet bisa lebih ceria. Obiet dan debo tersenyum simpul. Lalu diam, tak berbicara apa-apa lagi. Tiba-tiba sion jadi teringat janjinya dengan cakka.

"ee... De...biet.. gue mau ngomong sesuatu ke kalian..." kata sion memecah kebisuan itu. Debo dan obiet menatap bingung sion.

"gue mau minta maaf ke loe semua... sori gue suka ngejek loe semua selama ini, loe mau kan maafin gue?" kata sion lagi. Cukup lama debo dan obiet memandang sion. Lalu mereka saling pandang, lalu sama-sama memandang tajam sion.

"nggak..." jawab debo.

"hah?!" sion kaget, lalu menunduk kecewa. Debo dan obiet saling pandang lagi, lalu tersenyum.

"yap, enggak... karena... emang ga ada yang perlu dimaafin lagi... Kita tau, loe cuma becanda kok... Dan gue udah ikhlas dan maafin loe semua dari dulu kok..." lanjut debo lagi sambil tersenyum.

"thx ya de.. Biet..." ucap sion tulus.

"anggap aja ini tanda rasa terima kasih gue ke loe, mau nolongin bunda kita... karena, kita ga tau mau gimana mau berterima kasih ke loe yon..." kata obiet juga.

"kita utang balas budi ke loe yon..." kata debo juga. Sion membalas senyum tulus debo dan obiet.

"ga ada yang perlu di balas kok..." sahut sion. tapi sesaat dia terhenti dan berfikir. Lalu dia melanjutkan ucapannya.

"eh, tapi.... kalau kalian mau balas budi ke gue... Boleh juga sih.. hihi..." kata sion selanjutnya sambil agak nyengir. Debo dan obiet memandang sion heran.

"maksudnya?" tanya debo.

"ee... kalau boleh... gue minjem duit donk... gue ga punya ongkos lagi nih buat pulang, abis duit gue gara-gara bawa ibu panti loe ke RS pake taksi... Bisa jontor kaki gue kalau gue pulang jalan kaki.. hehe..." kata sion dengan tampang lucunya. Debo dan obiet yang denger jadi ikutan ketawa.

"hehe... buat loe, kita kasih deh... Gopek cukup kan? hehe..." kata debo yang masih saja terkekeh.

"ya cukup-cukup aja sih, tapi cuma dikasih tempat duduk di knalpot doank ntar sama supir bisnya, hehe..." sahut sion kemudian yang disambut gelak tawa obiet dan debo.

------------------misst3ri------------------

Setelah puas bersantai-santai di taman, dan hari sudah mulai sore, cakka memutuskan untuk pulang. Dan, saat cakka dan patton mengantar dava untuk kembali keruangannya, dia di panggil seseorang.

"hei cakka..!" tegur orang itu. Cakka menoleh, lalu tersenyum ramah saat tau siapa yang menegurnya.

"hei biet, debo.., kalian ngapain disini? Siapa yang sakit?" tanya cakka agak kaget bertemu obiet dan debo. Cakka dkk bergegas menjumpai debo dan obiet.

"ibu panti... tadi tiba-tiba pingsan di jalan, dan " jawab obiet. Dan dari belakang, muncullah sion yang lagi nyengir.

"sion? Loe kok..??" cakka lebih kaget lagi plus bingung dengan keberadaan sion yang sangat tak dia sangka-angka. Melihat kebingungan cakka, debo mencoba menjelaskan. "sion yang nemuin dan bawa bunda ke RS..." jelas debo sambil ngerangkul sion. Sion tersenyum penuh makna ke cakka. Cakka tampak sedikit terperangah, tapi tak lama kemudian, dia menarik sion agak menjauh dari obiet dan debo.

"udah baikan loe?" bisik cakka ke sion.

"seperti yang loe liat.." jawab sion dengan senyum penuh kemenangan. Senyum cakka langsung mengembang.

"nah, gini donk yon... Loe boleh ngutang lagi deh kalau kaya gini.. Hehe..." bisik cakka lagi. Lalu mereka kembali ke debo dan obiet yang sedang asyik ngobrol dengan patton.

"eh, keadaan ibu panti kalian gak papa kan?" tanya cakka

"ya belum tau juga sih, masih nunggu hasil pemeriksaan selanjutnya. tapi tadi kayanya udah gak papa, beliau sedang istirahat" jawab obiet.

"ohh.. Syukur deh kalau gitu.." sahut cakka. tapi, tak lama kemudian, cakka tampak bingung dan celingukan.

"eh, dava mana ya?" tanya cakka. karena keasyikan ngobrol, mereka jadi tidak sadar kalau dava sudah tak berada di sekitar mereka. mereka semua pun lalu berpencar mencari dava.

"dava..!!" panggil cakka.

setelah dicari-cari, akhirnya cakka menemukan dava yang sedang terdiam di depan sebuah kamar, menatap ke dalam kamar yang pintunya agak terbuka itu.

"dav, ngapain kamu dsn? Kita cari-cari juga..." tegur cakka. Dava tak menjawab. Matanya tampak fokus melihat ke dalam kamar itu. Di dalam sana tampak seorang pria sedang belajar berjalan menggunakan sesuatu yang di pasang di kakinya. Cakka tampak ikut terpaku pada pandangan yang sedang mereka lihat sekarang. Cukup lama mereka berdua terdiam menonton pemandangan itu.

"yang dipake orang itu apa kak?" tanya dava pelan.

"kaki palsu.."

"kalau pake itu bisa jalan lagi kak?"

"ee... Pasti bisa, asal terus dilatih..."

"tapi pasti mahal ya kak..." lirih dava. Cakka agak tersentak mendengar perkataan dava itu.

"dav.. kamu juga.. Pengen?" tanya cakka hati-hati. Dava tiba-tiba sadar dari lamunannya, lalu menggeleng. Dia menggerakan kursi rodanya menjauhi ruangan itu. Cakka mengikutinya.

"nggak kok kak, dava tau keadaan keluarga dava kok. Dava pake tongkat aja, sekalian biar dava kemana-mana bawa senjata. Kan kalau ada penjahat, tinggal di jedukin pake tongkat kak, hehe..." sahut dava dengan nada sedikit bercanda. Cakka yang mendengar itu hanya tersenyum kecut. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi, dia mendorong kursi roda dava itu dan mengantarnya ke ruangannya.

------------------- BERSAMBUNG (3am)------------------

0 komentar: