This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

PROMISE Part 49



Lanjutan dari PROMISE Part 48

Sekilas Part yg lalu….
------***------

“Walau kita cuma anak jalanan, cuma pengamen, cuma tukang loper koran, cuma kuli pasar, cuma seorang pelajar sederhana, tapi kita juga bisa berkarya dengan barang-barang sederhana ini. Jangan biarkan keterbatasan memaksa kita untuk berhenti berjalan meraih impian kita!! Buktikan kita bisa kreatif dengan keterbatasan kita!” – Dayat.

------***------

“pinter yah loe nyenengin orang, bikin orang jadi deket gitu”

“gak usah sok gak ngerti deh fy, gua tau loe lagi berusaha deketin Iel sama Via kan?”

“gak ada salahnya kan? Kan loe tau sendiri Via suka sama Iel, iyakan Mr. Severus?”

“Gue sama Loe itu sama!” 

Tidak kah mereka sadari, kata-kata yang terlontar dari mulut mereka itu sebenarnya telah membentuk sebuah topeng kepalsuan di hati mereka masing-masing? Dan tidakkah mereka sadari, obrolan mereka bisa menyakiti perasaan seseorang?

------***------

“loe pulang duluan sama Riko, gak papa kan?”
“lagian kapan lagi coba loe bisa bebas dari makhluk jail sejagat raya kayak gue?”  Kata Iel lagi sambil merangkul Via.
Ify sempat melirik ke arah tangan Iel yang merangkul Via itu, tapi dia cepat-cepat mengalihkan pandangannya sebelum perasaan aneh itu muncul lagi.

------***------

“bun, kalau orang tua ada yang bedain anak itu kenapa ya?”
“ngebesarin anak itu kalo bunda bagaikan mengukir batu menjadi sebuah patung yang indah. Gak bisa dipukul terlalu keras karena bakal bisa menghancurkannya. Tapi juga tak bisa terlalu pelan karena takkan bisa terbentuk seperti yang kita harapkan. Ukir dan bentuk sesuai apa yang kita harapkan”
“tapi kok kadang bisa beda-beda?”
“tiap jenis batukan beda-beda? Gak bisa menyama ratakan perlakuan kita antara baru jenis A dengan batu jenis B. Semua perlu teknik masing-masing biar hasilnya bagus. Yang pastikan semua maksudnya baik, pengen hasil yang terbaik”

------***------

“mamanya shila tadi sore sempet memburuk kondisinya kak.”
“Kak Shila juga pasti sangat tergoncang banget karena itu. Dia menyendiri terus dari tadi sore…”

------***------

Sebuah pikiran dan tekad kini menyelimuti dirinya dan menggugahnya untuk segera melakukan sesuatu. Sesuatu yang patut dicoba dan mungkin nantinya bisa mengubah keadaan. Perlahan Obiet bergerak, berjalan menuju taman rumah sakit itu. Beberapa saat ia berkeliling mencari sosok gadis itu. sampai akhirnya ia menjumpainya tengah duduk di sebuah bangku di taman itu. Keadaannya masih sama seperti pertama kali Obiet menjumpainya di lorong rumah sakit beberapa waktu yang lalu itu. Bagai sebuah karang yang berusaha kuat menahan deburan ombak, sembari menampik kuat bahwa ia sebenarnya sudah mulai rapuh, terkikis oleh hempasan kuat beribu-ribu ombak itu terus menghantamnya.

Perlahan Obiet mendekat dan duduk perlahan di bagian kosong bangku panjang taman yang diduduki gadis itu. Ia sandarkan tubuhnya santai sambil menatap langit malam yang cukup cerah itu.

“persediaan air mata loe unlimited yah?”

------***------





PROMISE – Part 49: Gejolak Hati
-------------------------- -------------------------

Angin malam berhembus begitu menusuk kulit. Kaos putih berlengan pendek yang tengah ia kenakan itu tentu tak mampu melindungi dirinya dari terpaan kejam angin dingin yang mulai memporak-porandakan pertahanan tubuhnya. Meski begitu, tak sedikitpun ia bergeming. Dia mengacuhkan segalanya itu. Biarkan saja angin dingin itu membuatnya kedinginan sampai membeku. Kalau perlu sampai membuatnya mati rasa. Karena segalanya kini sudah terasa hampa. Mungkin itulah yang ada di benaknya sekarang. Ia benar-benar tak bisa lagi merasakan dan memikirkan apapun karena hatinya sudah membeku. Dingin sedingin gunung es yang begitu sulit untuk dihancurkan.

Memorinya bergelayut pada rekaman-rekaman kejadian beberapa hari yang lalu, disaat emosinya begitu membuncah, hatinya begitu terluka, yang diakhiri kemarahannya yang begitu meletup-letup. Segalanya begitu saja menggiringnya menuju sebuah keputusan yang begitu mentah, yang kini ia tak tau apa itu benar apa salah. Yang ia tau hanya, wanita yang begitu ia benci sekaligus diam-diam dalam hatinya begitu ia sayangi, telah menjadi korban atas keegoisannya. Mengingat itu semua, untuk kesekian kalinya air mata itu kembali mengalir pelan tanpa bisa ia bendung. Dia semakin terpuruk, terduduk sendiri dalam diam ditemani keheningan malam dan aliran tak terbendung dari matanya yang sudah sangat sendu dan bengkak itu.

Dia tak pernah tau apa yang dia rasakan sekarang. Marah, kesal, sedih, bimbang, ragu, semua bercampur menjadi satu. Dia kini merasa begitu kecewa. Pada orangtuanya. Pada orang-orang disekitar dirinya. Tapi mungkin juga pada dirinya sendiri. Ya. Dirinya sendiri. Dirinya merasa tak lagi merasa berharga. Tak ada lagi yang perlu dirinya tetap hidup. Tak ada lagi yang menghendaki diri setelah apa yang ia lakukan. Tak ada gunanya lagi dia hidup. Tak ada lagi yang perlu ia lakukan, karena segala yang ia lakukan hanya bisa menjadi bencana untuk orang lain. Jadi untuk apa dia hidup?

“air mata loe unlimited yah?”

Jiwa penunggu dirinya tiba-tiba tersentak terbangun. Tubuhnya sedikit menegang sesaat. Ia kemudian sedikit melirik dingin ke arah sumber suara itu. Tapi ia segera membuang muka seolah-olah memberi isyarat penolakan bahwa kehadiran orang itu sangat tak diinginkannya saat itu. Tanpa bersuara sedikitpun, ia kemudian bangkit untuk pindah ke bangku taman yang lain, menjauhi orang yang baru saja mendekatinya itu. Sungguh, ia tak ingin satupun orang melihat kerapuhan dirinya itu.

Sesaat sebelum ia duduk lagi, sekilas ia melirik ke arah orang yang menegurnya tadi. Ia bisa melihat orang itu tetap duduk diam di bangku yang ia tinggalkan tadi sambil terus memandanginya. ‘Untuk apa anak itu menemuinya?!’ tanyanya sinis dalam hati. Ia hempaskan tubuhnya ke bangku panjang di taman Rumah Sakit itu. Emosinya kembali bergejolak kuat.

Dia benar-benar merasa tak ingin disapa. Dia tak perlu ditemani. Tak perlu dikasihani. Jadi buat apa anak itu menemuinya?! Apa buat sebaliknya? Buat mencibirnya? Buat menasehatinya? Buat memarahi kebodohan yang ia lakukan? Buat menertawakan kebodohannya?! Ya! Dia tau, dia bodoh. Dia orang yang tak berguna. Dia hanya orang yang bisa membawa celaka. Pembuat onar. Pembuat masalah. Pembuat malu keluarga. Dia tak pantas dikasihani. Tak pantas dirangkul. Tak pantas diperlakukan dengan baik. Benar-benar tak pantas….

Segala pergolakan batin itu semakin membuatnya semakin bergetar. Emosinya begitu leluasa meremuk-remukkan perasaannya yang tengah begitu rapuh. Air mata itupun semakin deras mengalir di pipinya. Membuat tubuhnya yang tengah rapuh itu bergetar hebat tak terkendali. Tapi tiba-tiba ia merasa tubuhnya agak terasa hangat. Sesuatu telah mengerudungi badannya. Hangat.

“jangan suka siksa diri loe kaya gitu”

Kembali lagi suara itu hadir. Suara dari orang yang sama yang menegurnya sebelumnya. Tapi ia kini tetap terdiam. Emosinya yang begitu menguras jiwanya telah membuatnya merasa sangat lelah. Dan ia biarkan saja akhirnya orang itu duduk di sampingnya.

“gue ngerti perasaan loe sil” kata orang itu yang membuatnya tercekat.
“loe gak bakal pernah ngerti. Jadi gak usah sok ngerti!” jawabnya pelan namun menusuk tajam.
“oke. Gue gak ngerti. Jadi loe bisa cerita ke gue biar gue ngerti. Gue janji bakal ngertiin semua cerita loe, ngertiin perasaan loe”
“buat apa loe mau ngertiin gue? Kalo cuma mau mencibir atau mengkasiani gue, mending loe pergi sekarang!” tegasnya sambil menatap tajam orang itu. Orang itu tampak masih begitu tenang dengan senyumnya yang begitu lembut menenangkan.

“gue gak ada niat buat mencibir loe, buat apa? Loe kan temen gue” jawab orang itu lembut yang sontak membuat ia tercekat sesaat.
“dan gue gak ada niat buat mengkasiani loe. Karena gue tau loe cewe yang kuat dan pasti gak mau dikasihani gitu aja” lanjut orang itu lagi dengan cepat sebelum ia sempat kembali memotong ucapan orang itu. Kata-kata orang itu seketika membuatnya terbungkam.
“tapi gue tau sendirian itu gak enak, makanya gue pengen nemenin loe. Gue tau pendam masalah sendirian itu gak enak, makanya gue mau jadi pendengar buat loe. Gue tau nahan amarah itu gak enak, makanya gue siap kalo loe mau numpahin emosi loe. Yang penting loe bisa balik lagi jadi sila yang punya semangat buat hidup, bukan sila yang terus-terusan menyendiri menangis tanpa henti kaya gini…” ucap orang itu lagi.
Sila sesaat terpaku mendengar rentetan ucapan itu. Sesaat ia menghela nafas beratnya.

“gak usah sok baik sama gue Biet. Gue gak pantes loe baik-baikin” kata Sila lebih pelan sekarang. Obiet, orang yang sejak tadi tengah berusaha menyelami hati Sila, menatap penuh Sila yang tampak masih menunjukkan wajah kerasnya.
“kenapa gak pantas?”
“kenapa loe bilang? Gue itu pembuat masalah. Gara-gara gue nyokap gue sekarang sekarat gitu. Gue emang anak yang gak tau terima kasih. Gue gak pernah mikirin orang lain. Gue egois. Gue….”
“loe orang jahat?” potong Obiet dengan santainya yang membuat emosi Sila semakin melonjak.

“iya gue jahat. Gue gak pernah suka sama agni. Gue gak suka dengan adik gue. Gue selalu merasa tersaingi. Gue selalu merasa tak dianggap. Apa-apa yang gue lakuin selalu aja salah di mata mereka. Gak orang-orang di sekolah, gak di rumah, selalu gue terlihat buruk. Jadi buat apa gue jadi orang baik? Mending gue jadi orang jahat! Gak ada gunanya gue jadi orang baik, ngerti loe Biet?!” Tumpah sudah semua apa yang Sila pendam sendiri. Segala kesal, kecewa, marah, emosinya, habis telah ia luapkan semua di depan Obiet kini. Sila terdiam dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal karena emosinya yang meluap-luap tadi.
“kalau orang lain gak pernah menghargai kebaikan diri loe, kenapa gak loe lakukan itu buat diri loe sendiri?” sahut Obiet dengan nada suara tetap tenang. Sila sedikit terhenyak mendengar ucapan sederhana Obiet.

“bukankah hakikatnya manfaat kebaikan itu sebenarnya bukan untuk orang lain tapi untuk diri kita sendiri? Kebaikan itulah yang akan menentram diri kita, memenuhi hati dan hidup kita dengan hal-hal positif yang penuh dengan cinta, ya kan?”
“gak percaya? Coba loe senyum. Tulus pake hati.. Cantik Senyuuumm donggg….” Kata Obiet dengan sedikit agak merayu Sila.
Tapi Sila tak bereaksi sama sekali. Tetap setia dengan kebisuannya. Obiet menghela nafasnya sesaat.
“Oke kalo loe gamau senyum” Obiet agak menggaruk kepalanya sedikit rayuannya tak mempan sama sekali, “Walau loe gak balas senyum gue, tapi sebuah senyum itu tetap akan membuat diri kita, hati kita, perasaan kita merasa lebih baik. Itulah kebaikan. Membuat diri kita merasa lebih bahagia. Itulah yang dimaksud manfaat kebaikan untuk diri kita sendiri.”

“gue yakin loe pasti orang baik. Loe cuma bingung gimana melakukan hal baik karena orang-orang sekitar loe sudah terlanjur mojokin loe dengan cap jahat. Loe jadi bingung untuk keluar dari itu semua. Tapi sekali lagi gue bilang sama loe, loe pasti orang baik. Karena apa? Karena loe sekarang udah mengakui itu semua. Gak ada satupun manusia di dunia ini yang gak pernah ngelakuin kesalahan. Tapi orang yang kuat dan orang yang baik pasti mau mengakui kesalahannya dan mau berusaha memperbaikinya. Gue liat itu di diri loe Sil…”
“Dan yang pasti, gue yakin loe pasti sayang banget dengan nyokap loe kan?”
“Kalo loe gak sayang gue pikir sih gak mungkin loe merasa cemburu ketika nyokap loe menaruh rasa perhatian dan bangga yang lebih ke adik-adik loe. Loe gak mungkin sekarang nangis berhari-hari seperti ini kalo loe gak sayang dengan nyokap loe…” Obiet menghela nafasnya sesaat, lalu kembali berbicara dengan suara yang lebih lirih dan dalam.

“jangan pernah bohongi hati nurani loe Sil. Jangan pernah menutup sisi baik dari diri loe dengan topeng-topeng keegoisan diri loe. Jangan halangi hakikat diri loe yang sesungguhnya memancarkan kebaikan. Jangan halangi dia untuk membuktikan jati diri loe yang sesungguhnya. Gue yakin seyakin-yakinnya, Sila orang baik yang sangat sayang dengan orang sekitarnya.” Ucap Obiet penuh kehangatan. Mendengar ucapan-ucapan Obiet itu membuat hati Sila semakin bergejolak tak menentu. Ego dan hati nuraninya bertempur dengan hebatnya di relung hatinya yang terdalam. Tangan Obiet yang tiba-tiba memegang pundaknya membuatnya sontak menoleh. Dia bisa melihat mata Obiet yang penuh kehangatan tengah menatapnya penuh.

“loe sayang kan dengan nyokap loe?”

Seutas pertanyaan terakhir Obiet itu sukses membobol pertahanan air mata yang terus ia pertahankan agar tak pecah. Tapi kini ia sudah tak mampu bertahan. Sila tak mampu lagi menjawab. Dia malah menelungkupkan wajahnya dalam kedua telapak tangannya dan kembali tenggelam dalam tangisannya. Sebuah tangisan kerinduan, tangisan kepedihan, tangisan penyesalan yang mendalam…

------------------------------3am------------------------

Di kamar bernuansa pink itu, seorang gadis baru saja menutup buku pelajarannya. Sesaat ia mengeliat untuk meregangkan ketegangan dirinya setelah sejam itu dia bertahan belajar, menenggelamkan dirinya dalam buku fisikanya. Dirinya melirik jam dinding yang tergantung di kamarnya. Pukul 10 malam. Matanya belum mengantuk. Hmmm…. ‘Ini biasanya jam-jamnya si kunyuk gentayangan nih’. Bergegas ia membuka laptopnya dan menenggelamkan dirinya dalam dunia maya. Baru saja dia online, betul tebakan dia. Sebuah chat baru langsung masuk dari orang yang ia perkirakan tadi.

Severus: hi my princess… :p 
Putri_cantik: hey rikooo… 
Severus: siapa riko? Cuma ada severus disini? :) 
Putri_cantik: sama aja -_- 
Severus: beda dong. Kalo sama riko jadi musuhnya princess. Kalo Severus punya princess sepenuhnya.. 

Senyum Via sedikit merekah malu-malu saat membaca kalimat terakhir yang ditulis Riko itu. Jemarinya kemudian cepat membalas.

Putri_cantik: apaan sih lu sok ngegomball woooooo  
Severus: yg penting kece B) 
Putri_cantik: plis deh gausah narsis -_- 
Severus: hahahahahaha 
Severus: eh gmn ngedate lu sama pangeran kodok lu? 
Putri_cantik: BISA GAK SIH LU GAK MANGGIL DIA PANGERAN KODOK???!!!!! >:( 
Severus: caps jebol buu??? Ahahaha iya iyaa.. gmn td sama iel? 
Putri_cantik: biasa aja. Abis dr sanggar lgsg pulang td :( 
Severus: lho? Bukannya ktnya mo jalan nemenin iel nyari buku? 
Putri_cantik: gak jadi :( ielnya tiba2 pusing.  
Severus: kok? Td perasaan baik2 aja deh..  
Putri_cantik: gatau :( 
Severus: hayooo luuu pangeran kodok lu jangan2 kaga mau jalan sama lu cuma mo bikin jeles severus lu doang aja :p 
Hati Sivia tiba-tiba berdegup. Apa dia aja yang tadi kepedean merasa iel udah menaruh hati pada dia padahal gak sama sekali. Iel tadi emang sedikit aneh. Saat di sanggar dia masih begitu hangat. Tapi entah kenapa saat di mobil dia begitu dingin tadi. diam dan agak jutek saat dirinya mengajak ngobrol. Hati Via yang sebelumnya udah mengembang bahagia, seketika tiba-tiba kembali menciut lagi.

Severus: heh! Kok diem? canda doang guaa ahahaha…  
Severus: tp tetep seneng dong dianterin pulang?? Msh bisa ngobrol2.. 
Putri_cantik: seneng apaan? Dia diem aja sepanjang jalan. Mana mukanya ditekuk trs.  
Severus: kan kata lu td pusing. Wajar kali orang pusing gitu.. 
Putri_cantik: iya kali yah? kepala dia bener2 lg pusing kali yah jd gt? Sian pangeran gue :( *ngusap2inkepalaiel* 
Severus: gue lg pusing jg nih princess.. elusin jg dong :p 
Putri_cantik: apaan sih lu -_- hahaha 
Putri_cantik: eh lu gmn td sama ify? Dianterin pulang dg selamat kan soulmate gue? 
Severus: iyee.. takut amat deh lu gue nyulik temen lu. Temen lu mah baik gak bakal gue apa2in. emg elu? jutek minta digetok :p 
Putri_cantik: yee… gue jg baik kaliiii 
Severus: mana? Gue kl ngaterin lu pulang diajak msk aja gak pernah. Ky ipi dong, diajakin makan malam segala gue hahahaha 
Putri_cantik: ciee.. kok malah lo kynya yg ngedate sama ify? Lo kl suka sama ify bilang2 ntar gue comblangin deh.. 
Severus: siapa yg naksir? -_- 
Putri_cantik: gpp lagiii.. biar ify ada temennya kl gue ngecengin iel. Ntar kita double date deh :ppp 
Severus: hahaha-_- demen amat lu jodoh2in sohib lu sendiri. Kmrn pas ify sama cakka deket lu ngusulin ke iel coblangin mrk. Eh ini skrg ke gue lagi -_- 
Putri_cantik: ya gapapaaa.. gue kan juga mau sohib gue dpt cowo. Biar gak terlalu serius lg dia tuh. Cita2 mulu dikejar.. 
Severus: itu namanya org punya prinsip princess. Emg lu cowo mulu dikejar :ppp 
Putir_cantik: ya gak gt jg kaleee... Harus imbang lah. Ntar lama2 gue jd takut lg sohib gue gak normal wkwkwk 
Severus: wah parah nih sohib sendiri dikatain wkwkwk..
Putri_cantik: hahaha.. canda. Mau yah ko lu sama ify? 
Severus: gak ah. Org kita enak jd temen doang. lagian gue udah punya orang yg special 
DEG! ‘Orang special?’ tiba-tiba hatinya sedikit bergejolak. Ada mulai rasa takut disana. Entah kenapa. Tapi Sivia segera menjauhkan perasaan tak jelas itu.
Putri_cantik: hah? Siapa siapa??? Ciee… severus selingkuh nih. Ntar gue ditinggalin doonggg ;ppp
Severus: yeee pas gini aja lu baru bilang selingkuh. Cieh.. cemburu lu? Gue bilangin pangeran kodok lu nih :ppp
Putri_cantik: ya jangan dong hahaha.. siapa siapa??? Tmn sekolah kita jg yah? Kasih tau dong??? Fudul nih fuduuulll… 
Severus: apaan tuh fudul? 
Putri_cantik: msh sodaraan sama kepo -_- haha.. ayo dong severus kasih tauuuu 
Severus: rahasia dong :p 
Putri_cantik: ih curang.. gue aja mau ngasih tau lu. Masa lu gamau :( 
Severus: gue kan gak pernah maksa lu ngasih tau :p org gue tau sendiri :p 
Putri_cantik: severus curaaaangggggggggggg 
Severus: gak ah. Orgnya aja belom sadar kalo gue suka sama dia.
Putri_cantik: ahhh cian princes gue cintanya bertepuk sebelah tangan *puk2inseverus*
Putri_cantik: makanya sama ify ajaaa :ppp

Severus: yeee dia balik lg kesana -_- batu bgt sih 
Putri_cantik: hahaha iya iyaaa… emg sama siapa sih? Kasih tau lah. Siapa tau gue bisa bantuin lu pdkt 
Severus: gausah lah.. ntar kalo dia udah sadar baru gue kasih tau lo 
Putri_cantik: bener yaaa???? Janji lho ngasih tauuu… 
Severus: iya. Janjii my princess…. apa sih yg gak buat lu? :) :p 
Putri_cantik: tuhkan gombalin gue, udah punya gebetan jg hahaha 
Severus: hahaha.. emg ga boleh? 
Putri_cantik: gpp sih.. emg pesona gue emg gak nahan buat cowo2 ky lu buat godain. Tp maaf yah gak bakal mampan sama gue :p 
Severus: PEDE!! Dapet iel klepek2 jg lu HAHAHA 
Putri_cantik: severuussssss udahan dong godain gue malu nih >.<  
Severus: hahaha... Eh udahan yah. Udah jam 12. gak ngantuk lu? 
Putri_cantik: ngantuk lah… tp lu sih ngajak ngechat mulu dr td hehehe 
Severus: yaudah tidur yaahh.. nite my princess :) 
Putri_cantik: nite severuss.. ntar kita ngechat lagi ya :) cu tomorrow 

Sivia menutup laptopnya. Senyum manis masih terukir di bibirnya. Entahlah, curhat sama Severus selalu membuat hatinya jadi lebih baik. Gombalannya yang bikin melting, kata-kata bijaknya yang kadang ngejleb tapi sangat ampuh, canda-candannya yang selalu mampu bikin dia tersenyum bahagia. Ah severussss…. ‘Lho? Kenapa gue jadi mikirin seveus si anak jayus itu?’ pikir Sivia. ‘Bego bego bego! Aih otak gue gak beres nih kena pelet Severus. Ngacauin bayangan muka Iel di otak gue aja. Mending tidur terus mimpiin my princes Gabriel….’ Benak Sivia sambil menenggelamkan dirinya pada selimut tebal dan mulai memejamkan matanya, siap berangkat ke alam mimpi.

------------------------------3am--------------------------

Malam sunyi ku impikanmu
Ku lukiskan kita bersama
Tapi slalu aku bertanya
Adakah aku di mimpimu…

Alunan lagu yang cukup dalam mengalun pelan di sebuah kamar. Hanya ada cayaha temaram rembulan yang menerobos masuk ke dalam kamar yg gelap itu. Menyoroti samar-samar seseorang yang tengah duduk kaku bersandar pada sebuah sudut di kamarnya. Mulutnya terkatup rapat. Diam. Sunyi. Hanya sorot matanya yang seolah berbicara. Menatap tajam ke arah selembar foto di tangannya.

Di hatiku terukir namamu
Cinta rindu beradu satu
Namun slalu aku bertanya
Adakah aku di hatimu…

Pandangannya begitu sulit digambarkan. Penuh luapan kuat emosi, tapi tampak rapuh oleh sebuah keputus-asaan. Sama seperti hatinya yang kini juga bergejolak saling bertentangan. Antara emosi ego yang kuat menerjang, dengan rapuhnya sebuah perasaan kekecewaan, bercampur menjadi satu dengan lembutnya rasa cinta yang mendalam. Segala perasaan itu memaksa memorinya memutar kembali berbagai kejadian yang telah terlewatinya.

“sejak gue kenal loe, gue deket sama loe… mungkin gue mulai bisa ngerasain kehangatan kakak gue lagi… ya, itu gue temuin di diri loe… loe selalu bikin gue inget sama kakak gue” 

“Loe udah gua anggep kayak sodara sendiri Yel…”

“gak usah sok gak ngerti deh fy, gua tau loe lagi berusaha deketin Iel sama Via kan?”
“gak ada salahnya kan? Kan loe tau sendiri Via suka sama Iel, iyakan Mr. Severus?”

“… Gue itu sama Iel cuma nganggep sahabat. Gak kurang dan gak lebih, jelas sodara Riko Anggara?? Lagian mana tahan gua sama makhluk jahil sejagat raya itu. Anak mami lagi, yang ada gue jadi pesuruh dia lagi kayak dulu”

Segala bayangan itu terus berkelebat dipikirannya tanpa dibendung… tanpa bisa dihentikan…

Tlah ku nyanyikan…
Alunan-alunan senduku
Tlah ku bisikan cerita-cerita gelapku
Tlah ku abaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu?

Nafas berat terhembus dengan begitu beratnya. Mengingat itu semua hanya membuat semakin menghimpit hatinya yang sudah begitu menyesakkan. Seperti seolah-olah oksigen di sekitarnya tiba-tiba ditarik paksa dan merengut satu-satunya hal yang bisa membuatnya merasa hidup. Sekali lagi ia hanya mampu menghela nafas untuk mengurangi perasaan itu. Sorot mata itu mulai meredup. Tak ada lagi luapan emosi yang meletup-letup. Yang tersisa hanyalah kesenduan yang mengalir pasrah.

‘apa itu yang lo pengen? Itu yang bikin lo bahagia? Apa sebuah kesalahan kalau gue memaksa kehendak gue yang gue sudah tau pasti loe gak akan suka? Gak akan sejalan dengan loe? Apa memang hanya dengan mengikuti keinginan loe, hati gue bisa lebih lega. Apa memang ini satu-satunya cara agar gue bisa membahagiakan loe walau tanpa bisa benar-benar memiliki loe?’

Ia memejamkan matanya sesaat. Berharap rasa itu bisa sedikit teredam. Tapi telinganya menangkap sebuah alunan lagu dari HPnya yang tiba-tiba mensuffle ke sebuah lagu yang entah kenapa begitu mewakili hatinya sekarang. Ini semakin membuatnya merasa terhempas jauh hingga merasa sangat lemah dan tak berarti.

Ku tau ku salah…
Memaksa kehendakku tuk memiliki mu…
Ku terluka tanpamu…
Sungguh ku tak bisa membenci dirimu…
Dirimu…

Matanya kembali terbuka dan menatap sendu foto di tangannya. Jemari kokohnya perlahan meremas sedikit sisi foto di genggamannya itu. Seperti harapannya untuk bisa meremas dan mengenyahkan segala keinginannya atas segala perasaan yang kini terlanjur bersemayam di hatinya. Meski dia tau hatinya begitu amat menyayangkan. Dia tau itu sakit, itu kan menghancurkan hatinya. Tapi biarlah hatinya remuk redam, menahan segala sakit dalam sepi sendiri. Kerena semua memang salah dia sendiri telah berani menaruh perasaan yang mustahil terbalaskan itu di hatinya.

Menanti keajaiban…
Hingga kau buka hatimu untuk diriku…

Ia tau ini salah dia, bukan gadis itu. Gadis yang telah banyak sekali membuat perubahan pada dirinya. Gadis yang tanpa sengaja telah berhasil menaklukkan hatinya. Gadis yang sampai kapanpun tak akan pernah bisa ia benci. Gadis yang mulai detik itu hanya akan ia simpan diam-diam di sudut hatinya, abadi, dengan penantian tanpa ujung.

Hanya kisah ini takkan abadi…
Namun kau Abadi di hati ini…
Meskipun harus menahan sepi
Menanti dirimu di hati…

(Play song: Simphoni Cinta-Sherina Munaf & Menanti Dirimu-GSD)

------------------------3am---------------------

Malam terus bergerak semakin malam. Di bangku sebuah taman RS itu masih bertahan 2 anak manusia yang malam itu saling menguatkan akan kerasnya kehidupan. Cukup lama Obiet membiarkan Sila menuntaskan kesedihannya melewati air matanya. Sesekali tangannya perlahan mengusap punggung Sila untuk menenangkannya. Membuat gadis itu merasa tak sendiri dan membuatnya bisa lebih cepat untuk menenangkan dirinya. Setelah beberapa waktu, Sila tampak lebih stabil dan sudah mampu mengangkat wajahnya.

“Ikhlas. Kata bunda, itu kunci ketenangan jiwa kita…” Sila sekilas menatap Obiet.
Obiet kembali tersenyum hangat. Sila balas tersenyum tipis. Tapi Obiet masih bisa melihat keraguan dan kesedihan dibalik mata sendu itu.
“Loe pasti bisa. Sekarang kita doa sama-sama buat kesembuhan nyokap loe yah...” Ucap Obiet menenangkan.
Sila hanya mengangguk pelan. Dia menatap langit luas, berharap sang Khalik mendengar suara hatinya malam ini.

‘Ya Allah, berikan kesembuhan buat Ibuku. Kasih aku kesempatan Ya Allah. Aku masih meminta maaf dengannya. Aku masih ingin menciumnya dengan penuh kasih sayang. Aku masih ingin melihat senyumnya. Aku masih ingin membuatnya bahagia dengan segala yang aku lakukan. Aku masih ingin melihatnya bangga memiliki anak seperti aku…’
Doa itu mengalir lembut dalam relung hatinya, mewakili hatinya yang sudah begitu rindu memancarkan kebaikan. Bagi ibunya, bagi keluarganya, bagi teman-temannya. Bagi dirinya sendiri.

Izinkan aku sekali lagi untuk memperbaiki ini semua ya Allah…’
Doa tulus itu mengalir begitu sahdu di tengah hembusan angin malam semakin dingin menusuk diri. Tapi justru lewat doa itu kini rasanya semua malah sudah lebih hangat bagi Sila. Khususnya hatinya yang kini sudah mulai menemukan sinarnya kembali. Menjadi ikhlas memang cara termajur untuk melapangkan segala beban.

“loe udah lebih tenang?” tanya Obiet lembut. Sila mengangguk pelan lalu melemparkan senyum tipis pada Obiet. Obiet membalas senyum itu dengan sejuta rasa syukur di hatinya. Syukurlah. Usahanya malam itu tak sia-sia.
“kalo gak sendiri lebih enak kan?”
“makasih biet, gak ada orang yang pernah ngomong kayak gini”
“gue cuma mau ngebuka pikiran loe tentang sisi baik loe. Jangan terlalu suka menghakimi diri loe sendiri. Gak ada kata terlambat untuk jadi orang baik dan berbuat baik” ucap Obiet. Sila tersenyum.

“loe baik banget sama gue Biet, mau nemenin gue disaat gue gak punya siapa pun yang mau peduli sama gue”
“yang peduli sama loe sebenarnya banyak lagi Sil…” Sahut Obiet masih dengan senyum tulusnya. Sila menatap Obiet dengan tatapan sedikit tak percaya.
“Papa loe, Agni, dan adik loe, semua selalu mengkhawatirkan loe yang selalu menyendiri seperti ini. Loe juga punya teman-teman loe di sekolah. Geng loe, mereka selalu mencari-cari loe. Mereka sangat khawatir dengan hilangnya kabar dari kamu. Bahkan Ify yang sempat bertengkar dengan lo, bahkan Iel dan kawan-kawan musuh-musuh lo dari dulu, mereka semua mengkhawatirkan kamu. Kami semua sayang sama loe Sil. Loe temen kami, dan kami gak ada satupun yang berharap sesuatu yang buruk terjadi sama loe. Semua peduli dengan loe...”

Sila tertengun. Dia jadi teringat dengan semuanya. Papanya. Agni. Adiknya. Sudah beberapa hari ini dia begitu mengacuhkan mereka, bahkan membuat khawatir mereka. Padahal ia tau, mereka juga pasti begitu sangat terpukul dengan kejadian ini.
Benaknya juga mengingat Iel dkk. Mereka sudah begitu lama tak berhubungan baik. Lalu teman-temannya. Via. Septian. Ify. ah, dia masih ingat betapa ia begitu menyakiti hati sahabatnya itu saat terakhir kali mereka bertemu. Tapi meskipun begitu, sekarang mereka bisa sangat menghawatirkan dirinya? Sila tak mampu lagi untuk menahan dirinya agar tak mengutuk kebodohan dirinya. Betapa banyak kesalahan yang harus ia perbaiki.

“Sil, lo gak papa?” Obiet menatap Sila dengan pandangan khawatir. Sila menggeleng pelan.
“Sil, loe tak gak kenapa Tuhan ciptain bulan dan bintang yang indah itu untuk sang malam?” lirih Obiet sambil menatap langit malam.
Senyumnya masih terus saja mengembang. Sila melirik Obiet dengan pandangan penuh tanya. Ia lalu ikut melihat langit malam itu.
“Karena bulan memantulkan sinar matahari untuk memberikan kita harapan, kalau kita bakal bisa menjumpai mentari lagi jika mempu melewati gelapnya sang malam. Walau malam gelap, bulan ngasih pengharapan itu sama kita. Dan di saat kita melewati itu semua, Tuhan masih ngasih kita banyak bintang yang bisa menemani kita melalui malam….”

“Jadi, masalah di dalam hidup kita itu bisa diibaratkan seperti malam. Kita merasa begitu gelap dalam kesendirian. Padahal, dalam setiap masalah, Tuhan pasti ngasih lo harapan untuk menjumpai dunia yang lebih cerah. Dan Tuhan juga pasti gak akan ninggalin lo sendirian, dia pasti juga ngasih loe teman-teman yang menemani loe ngelewatin segala masalah. Sama seperti bintang. Walau kadang kita gak sadar dengan sinar mereka karena terlalu terlarut dalam kepekatan malam, tapi jika loe mau membuka mata lebih jauh, loe bakal bisa melihat mereka selalu ada buat loe…”
Sila kembali menunduk terdiam. Kata-kata Obiet begitu menenangkan dirinya, begitu membesarkan hatinya, begitu memotivasi dirinya. Tapi….entahlah. Hatinya masih tak begitu yakin. Mungkin kesalahannya yang begitu menggunung yang membuatnya merasa begitu kecil.

“Gue yakin, banyak orang yang masih sayang sama loe, banyak orang yang menunggu-nunggu senyum loe lagi. Tapi yaaa…. semuanya tergantung diri loe sendiri, mau apa tidak loe membuka diri loe dengan mereka seperti loe ngebuka diri loe dengan gue malam ini…” lanjut Obiet lagi masih dengan nada yang begitu tenang dan bersahabat.
“gue mungkin masih butuh waktu menyendiri Biet buat nata hati gue lagi….” lirih Sila pelan. Obiet yang terus tersenyum hangat, menepuk pelan punggung Sila.
“gue ngerti kok. Tapi jangan galau lama-lama menyendiri gitu yah. Kita udah mau mulai ujian lho.. Senin nanti udah mulai ujian akhir semester. Kalo loe ikut ujian susulan ntar gada temen seruangan buat nyari contekan lho hehehe…” canda Obiet. Seulas senyum Sila tergores di wajahnya saat mendengar candaan Obiet, membuatnya wajahnya lebih bersinar sekarang. Obiet tersenyum melihatnya. Senang melihat usahanya malam itu berhasil.

Tiba-tiba ponsel Sila berdering. Dia melihat layer ponselnya dengan sedikit malas-malasan. Walau dering ponsel itu terus berbunyi, tapi dia tak jua meangkat panggilan itu.
“kenapa gak diangkat?” Sila tak menjawab. Tampak di matanya sorot keraguan disana. Obiet melirik nama yang tertera disana. Agni.
“boleh gue yang angkat?”
Terdengar hanya gumaman kecil dari mulut Sila mengisyaratkan dia tak keberatan Obiet untuk mengangkatnya.

“halo Agni. Ini Obiet. Kenapa?”

“Iya. Sila sama gue”

“apa?! Iya kita segera kesana”

Klek. Obiet menutup ponsel Sila lalu dengan penuh semangatnya ia berseru yang sontak membuat hati Sila berdegup tak karuan.

“Sila! Nyokap loe udah sadar!”

---------------------3am------------------

Alat deteksi denyut jantung berbunyi pelan diantara kesunyian ruangan itu. Hanya ada seorang wanita yang tergolek lemah sembari menatap anaknya yang sedari tadi terus menerus menangis sambil mendekap tangannya. Lirihan kata-kata cinta penuh kasih sayang dari anaknya benar-benar seperti magic bagi dirinya. Walau kondiri dirinya masih begitu lemah, tapi apa yang ia liat dan rasakan saat ini benar-benar terasa menguatkan dirinya. Benar-benar melegakan hati dan beban pikirannya. Akan selalu ada jalan dibalik masalah. Dan selalu ada hikmah dibalik sebuah kejadian. Dan ia percaya itu.

“maafin Sila ma. Sila gamau mama kayak gini lagi. Sila gamau kehilangan mama… Sila sayang sama mama…”
“mama juga sayang… maafin mama…”

---------------------BERSAMBUNG---------------------


0 komentar: