Post kali ini aku ambil dr tulisan buat tugas Ppkn dulu yg pernah aku tulis dg temen2. Tp, yg aku post berikut cuma diambil yg penting2nya, dan rada diganti, ditamba2in plus di revisi dikit bahasa biar ga terlalu kaku bgt. Sebenarnya sih, ini tulisan di post rada ga mutu, tp kl dibuang sayang jg, masa udah cape2 dulu mikir, akhirnya cuma buat bungkus kacang doank, mending isinya di post ulang toh, mumpung punya blog sendiri, hoho.... Tp, walau begitu, biarlah, dr pd bulan ini aku ga ngepost apa2 sama sekali, hehe... Dan kl ada yg sial, nyasar kesini, smg saat membaca ini, bisa dapet manfaat barang sedikitlah dr tulisan ini...
Masa anak-anak, itu adalah masa di mana kita melewati umur kita utk mulai belajar mengenal dan memahami segala hal ttg kehidupan. Kehidupan yg dilewati dg penuh keceriaan, kepolosan, tanpa beban berat dan masalah yg biasa membelit orang dewasa. Tp, pantaskah seorang anak harus melewati kehidupannya dg beban layaknya orang dewasa?
Mungkin di negeri ini, banya sekali kita jumpai anak2 yg sdh bekerja layaknya orang dewasa. Bahkan tak sedikit diantaranya, sdh kehilangan masa kecilnya, utk sdh harus menanggung hidupnya dan keluarganya. Banyak yg harus kehilangan haknya sbg anak, yaitu hak utk belajar, bermain dan bersosialisasi dg teman2 seumurannya.
Menyikapi atas fenomena ini, berikut aku tuliskan bbrp opini yg diambil dr masyarakat yg di ambil dr sana sini:
- Kalau kita mau jujur bahwa permasalahan mempekerjakan anak dibawah umur ini bagaikan dua sisi mata pisau yang tajam. Disatu sisi anak-anak dibawah umur 6 - 15 tahun itu adalah usia sekolah (wajib belajar 9 tahun). Disisi lainnya kita sering dihadapkan dengan keadaan yang tidak mendukung untuk memaksa anak-anak bersekolah karena ketiadaan biaya. Walaupun pemerintah berusaha maksimal dalam penyediaan BOS dan Dana lainnya. Tapi masih banyak anak-anak yang tidak bersekolah, anak-anak gepeng di perempatan lampu merah dengan modal seadanya untuk mencari uang dijalan. Ini perlu dicarikan solusi yang tepat guna membantu anak-anak ini agar bisa bersekolah. Kita berharap dimasa yang akan datang sebagai generasi penerus bangsa jangan sampai menjadi penonton di negeri sendiri, jangan hanya menjadi konsumtif, tetapi harus menjadi kreatif dan inovatif. Sehingga tidak terjajah oleh bangsa asing.
- Memang sangat memprihatinkan nasib anak-anak bangsa indonesia khususnya yang tidak mampu dan yatim piatu yang dini hari harus bekerja itu semua menunjukkan tidak meratanya kemakmuran bangsa indonesia dan tidak adanya keperdulian dari pemerintah terhadap masa depan anak-anak bangsa yang khususnya orang- orang yang tidak mampu jadi beginilah problem-problem lama tidak pernah terselesaikan dan kalau menurut saya perlu diadakan Departemen Sosial khususnya untuk membantu orang-orang yang tidak mampu. makanya kalau korupsi sudah di bersihkan total insyaallah pemerintah punya anggaran untuk menyelesaikan masalah itu dan perlu nya perhatian khusus karna ini semua menunjukkan martabat Bangsa Indonesia dan keberadaban Bangsa Indonesia terhadap sesamanya, kadang anak dari keluarga yang tidak mampu terpaksa bekerja dini hari karna melihat orang tuanya tidak mampu maka anak anaknya ingin membantu orang tua nya, betul-betul tersentuh hati nurani saya melihat hal-hal yang begini masih ada di Indonesia, begitu mulianya anak anak yang begini sampai punya niat untuk membantu orang tuanya, tapi alangkah baik nya kalau dari pemerintah menaruk perhatiannya karna semangat anak-anak yang begini inilah kalau di perhatikan dan di arahkan yang bisa membangun bangsa Indonesia karena mereka punya semangat yang besar dan mulia.
- Seharusnya semua pihak baik Pemerintah, LSM, masyarakat, dan semua pihak yang peduli dengan dunia anak-anak melindungi anak-anak agar mereka dapat belajar dan bermain serta meraih impian mereka. Saya juga sangat menyesal kenapa masih banyak anak-anak yang bekerja sampai malam seperti menjadi pengamen,pelacur,dan pengemis.
- Kehidupan masyarakat menengah kebawah di negeri tercinta ini sangat memprihatinkan. Apa mungkin yang memikirkan hanya seorang Presiden, seorang Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, RW, RT, kaum cerdik pandai, Bappenas. Orang pintardi negeri ini banyak. Lembaga-lembaga Perguruan Tinggi dan LSM-LSM yang katanya akan mengangkat wong cilik juga banyak, simpul-simpul organisasi-organisasi sudah ada. Parpol-parpol yang mengatasnamakan wong cilik sudah banyak juga. Dana ada, Sumber daya alam melimpah. Apa yang salah dan apa sulitnya mengatasi persoalan ini, ini kan amanah UUD 45, apa kita tidak bisa mencari solusi optimalnya? Bagaimana mengoptimalkan usia anak-anak ini untuk disiapkan menjadi generasi penerus yang handal dan mampu menyongsong masa depannya dikemudian hari tanpa membebani keluarganya? Bisakan kita melakukan ini. Insyaallah bisa jika kita punya niat yang kuat dan keyakinan yang bulat bekerja bersama-sama. Sudah waktunya kita menuju kesana. Semoga pemerintah sekarang bisa memikirkannya secara utuh dan memilih menteri yang benar-benar mau bekerja keras. Ekploitasi anak-anak dibawah umur untuk bekerja ini sudah bukan rahasia lagi ditanah air, faktor penyebab utama adalah ekonomi keluarga. Inilah realita.
Secara garis besar, mungkin ada beberapa faktor yang membuat seorang anak bekerja. Diantaranya:
- Tuntutan ekonomi. Dia terpaksa bekerja untuk ikut membantu orangtuanya menanggung beban hidup. Disini sifat kerja si anak seperti diwajibkan, yang berarti perekonomian keluarga itu juga tergantung pada kerja sang anak itu. Di faktor ini, sering kali seorang anak sdh berada di posisi ini, dia akan byk kehilangan masa anak2nya. Krn dia menanggung beban sama spt orang dewasa.
- Sekedar membantu pekerjaan oang tua. Kadang kala, walau anak itu tak diminta untuk membantu orangtuanya, pasti ada tumbuh rasa empatinya, rasa gotong-royongnya untuk membantu dan memperingan pekerjaan orang tuanya. Mungkin dengan bantuannya, pekerjaan orangtuannya lebih cepat selesai atau penghasilan yang didapat lebih banyak. Sbg contoh, cerita berikut yg di dapat dr kakak aku yg mengajar di salah satu daerah yg bisa dibilang masyarakat disana kehidupannya menengah kebawah. Saat Kakak aku baru mengajar di sebuah MTs. Suatu hari, di kelasnya byk anak-anak yang tidak masuk sekolah. Dan setelah di selidiki, ternyata byk diantaranya yg membantu orang tua, ikut membantu panen padi, dsb. saat itu adalah musim panen. Kata guru-guru disana dari pada mengupah orang lain mending anak-anaknya saja yg diminta membantu kerja. Sekolah tidak bisa berbuat apa-apa. Satu kelas yang bisanya 25 anak hanya 5 -6 anak aja yang masuk selama kegiatan usahatani masih berlangsung. Itulah yg terjadi, dan aku yakin, ini byk terjadi byk daerah di Indonesia.
- Keinginan untuk mendapatkan keinginan pribadi. Ada keadaan yang kadang memaksa seorang anak untuk bekerja walau orang tuanya masih mampu menaggung hidupnya. Seorang anak memang sudah dipenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi tidak untuk memenuhi keinginan dirinya. Semua manusia pasti punya banyak keinginan yang kadang kala tak terbatas. Begitu juga dengan anak-anak. Dan untuk dapat mencapai dan mendapatkan apa yang dia inginkan, anak itu harus mencarinya dengan usahanya sendiri, salah satunya dengan bekerja sehingga mampu mendapatkan uang sendiri.
- Pengaruh lingkungan dan pergaulan. Kadangkala seorang anak sangat terpengaruh pada lingkungannya dan pergaulannya. Untuk bisa diterima oleh teman-temannya, kadang kala dia mengikuti gaya hidup teman-temannya. Seperti kebiasaan mengamen untuk sekedar hiburan atau hidup bebas dijalanan.
- Faktor lainnya / dorongan dalam diri anak itu sendiri. Seorang anak bisa saja bekerja, tetapi tujuannya bukan lagi sekedar untuk mendapatkan uang lebih, tetapi hal yang lainnya, seperti kepuasan batin, atau menyalurkan hobby/bakat. Seperti seorang anak yang senang musik dan merasa tertantang untuk bisa tampil di depan umum untuk menunjukan bakatnya. Dia bisa saja turun ke jalan untuk mengamen agar bisa mengasah kemampuannya untuk tampil di depan umum. Faktor ini jg yg terjadi pada anak2 yg sudah bergelut di dunia hiburan, spt jd seorang penyanyi, pemusik, model, bintang sinetron/film, dan lainnya.
Kesimpulan yg bisa kita ambil, apakah seorang anak layak utk bekerja spt layaknya orang dewasa? kl melihat pd keadaan, kita tak bisa melarang seorang anak utk bekerja utk membantu orang tuanya, atau krn alasan yg lainnya (spt faktor2 yg aku sebutkan diatas). Tp yg perlu digaris bawahi disini, satu hal yg penting dan harus diperhatikan, jgn sampai seorang anak smp tereksploitasi dan kehilangan hak2nya sbg seorang anak dg segala keceriaannya. Di sini, mungkin peran pemerintah dan orang tua sangat lah besar. Pasti tak ada yg ingin mrk ttp spt ini, semua harus sejahtera. Tak ada lg anak2 yg terpaksa harus memilih bekerja dan meninggalkan bangku sekolahnya krn tak ada biaya. Tak ada lagi anak yg menghabiskan kehidupannya di kehidupan jalanan yg keras. Tak ada lagi anak yg hidup menggelandang, hidup tanpa mendapatkan perlindungan dr kekerasan dan diskriminasi. Tak ada lg yg harus kehilangan senyum keceriaannya di masa anak2 ini. Semoga saja, sehingga kedepannya nanti, jgn sampai lagi ada seorang anak yg tak mendapat penghidupan dan masa depan yg cerah. Maju terus anak Indonesia! (3am)
0 komentar:
Posting Komentar