This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 19: Di Sudut Kota itu

Sambungan dari PROMISE Part 18: Hati yang Tlah Terbuka. Yang ingin tau, asal usul cerita ini, awal cerita ini, silakan klik link berikut: PROMISE Part 1: Awal. ENJOY!

NB: Ini hanyalah cerita fiksi belaka. Jd jika ada kesamaan nama, tempat, kejadian, atau apapun, itu murni suatu ketidak sengajaan. So, jangan pernah anggap ini suatu kisah nyata. Dan satu lagi, kl ada yg baca, dan mau ngopy-paste, TOLONG, minta izin dulu... Yah, setidaknya dg begitu berarti anda menghargai sebuah karya yang dibuat dengan kerja keras dalam usaha saya untuk menulis cerita ini. Thx.. :)

FIKSI - PROMISE Part 19: Di Sudut Kota itu...

---------------- misst3ri --------------------

Setelah ketegangan cakka dengan debo, dkk sebelumnya, kini suasana sudah lebih mencair. Masalah sudah terselesaikan. Kini dayat, oik, zahra, irsyad dan cakka bersiap untuk pulang meninggalkan panti.

"kapan-kapan, main kemari lagi yat, sekarang kalian ga pernah lagi kesini buat ngajarin adek-adek disini main musik..." kata obiet ke dayat dkk.

"haha... Sori biet, om tio akhir-akhir ini sibuk banget sih, jadi agak susah kita mau main ksn lagi buat menghibur dan ngajarin adek-adek dsn main musik... tapi, kalau ada waktu pasti kita main kesini lagi kok..." jawab dayat.

"kita tunggu lho... adek-adek disini pasti senang..." kata rahmi.

"ya udah kalau gitu, sekarang kita pamit pulang dulu ya..." pamit zahra.

"sa, baik-baik ya disini..." kata cakka ke osa.

"ya kak, makasih ya buat semuanya..." kata osa.

"tenang aja cakk, osa pasti gue jagain kok..." kata rahmi. Cakka hanya tersenyum dan mengangguk senang. Lalu dayat dll menuju sepeda mereka.

"kita pulang ya, assalammu'alaikum..." pamit dayat.

"wa'alaikum salam... hati-hati dijalan ya..." kata anak-anak panti sambil melambaikan tangan mereka, melepas kepergian dayat dll. Lalu dayat dll mangayuhkan sepeda mereka keluar halaman panti.

“cakk, loe mau ikut??? Kita mau mampir bentar nih ke rumah olin. Mau bantuin beres-beres, kemaren kan habis hujan deras, air sungai naik, kasian rumahnya kebanjiran...” tanya dayat ke cakka ketika mereka baru keluar halaman panti.

“boleh deh” sahut cakka. Lalu berangkatlah mereka menuju rumah olin.

-------------------- misst3ri -----------------------

rumah olin memang berada di dekat bantaran sungai. Makanya saat ada hujan turun deras, rumah mereka sangat rawan untuk kemasukan air limpahan dari sungai yang kebetulan ada tepat di belakang rumahnya. Apalagi hujan yang begitu mendadak kemaren di tengah musim panas yang tampak tak akan menunjukan turunnya hujan. Dan ketika tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, keluarga olin pasti tak sempat berbenah, menyiapkan untuk menghadapi itu semua.

Setelah menempuh perjalanan, melewati beberapa jalan besar, lalu mereka mulai memasuki kawasan perumahan. mereka melewati sebuah perumahan yang agak elit, tapi bukan kesana tujuan mereka. mereka terus dan melewati sebuah jalan setapak di samping perumahan tersebut, dan itu mengantarkan mereka memasuki sebuah kawasan padat penduduk. Tak beberapa lama kemudian mereka mulai banyak melewati gang-gang sempit dan penuh belokan, lalu kemudian sudah mulai memasuki suatu kawasan, dimana banyak rumah-rumah bidak yang berdiri saling berdempet satu dan lainnya.

Kawasan itu agak kumuh dan mungkin agak jauh dari standar kawasan tempat tinggal yang sehat. Sangat berbeda dariastis dengan pemandangan yang mereka lewati tadi, perumahan-perumahan mewah yang berdiri kokoh dengan megahnya. Sungguh pemandangan yang begitu menggambarkan, betapa lebarnya kesenjangan yang telah terjadi di negeri ini.

Tak lama kemudian, sampailah mereka di ujung jalan sebuah gank itu. Di sana ada deretan rumah bedakan, terbuat dari kayu yang tampaknya lantainya masih tergenang air karena rumah itu berada lebih rendah dari jalanan. Di salah satu bedakan itu mereka bisa menemukan orang yang sudah tak asing lagi di mata mereka. Dia olin yang tampak sedang sibuk berkutat mengeringkan beberapa buah kasur dan perabotan rumah lainnya. Di sampingnya juga ada patton yang turut membantunya.

"olin! Patton! Pasukan sudah datang nih..!!" teriak irsyad ketika mereka baru sampai sana dan mulai memarkir sepeda mereka tak jauh dari rumah olin.

“hei cakk, ikut juga coy??” tanya patton ke cakka ketika melihat cakka.

“iya, kok loe dsn juga??” sahut cakka

“yah, pake nanya, rumah gue tuh tetanggaan sama olin coy, tuh di depan sana”

“ohh… tapi, rumah loe ga kebanjiran?”

"nggak lah coy, kebetulan rumah gue emang datarannya lebih tinggi dari pada disini, makanya ga kena limpahan air sungai yang pasang coy. Olin dan keluarganya sering ngungsi ke rumah gue. sekarang dava ada di rumah gue tuh coy. Mampir cakk ntar..."

"boleh, ntar pas selesai bantuin beres-beres disini ya..." jawab cakka. Patton mengangguk. Lalu mereka semua beberapa saat kemudian sudah sibuk membantu keluarga olin dan beberapa rumah dsn yang mengalami kebanjiban juga untuk berbenah.

---------------- misst3ri ------------------

Di depan rumah olin, mereka bisa melihat sebuah gerobak dengan tumpukan kardus dan plastik-plastik bekas. Ayah olin memang seorang tukang sampah yang rutin mengambil sampah-sampah dari warga-warga di perumahan di depan sana. Di sela-sela waktunya, untuk menambah penghasilannya, beliau kadang juga menyempatkan diri untuk mencari barang-barang bekas yang masih bisa dijual. sampah-sampah hasil dari kumpulan sampah yang dia ambil dari rumah-rumah warga, beliau kumpulkan di rumah lebih dulu untuk memilah-milah barang yang kira masih bisa di jual. setelah selesai, barulah sampah-sampah itu di bawa ke Tempat Pembuangan Akhir. Jadi, tak heran, di depan rumah olin tampak banyak barang-barang bekas dan sampah-sampah yang menumpuk disana, menunggu untuk di sortir.

Tapi akibat hujan kemaren, beberapa sampah dan barang-barang bekas hayut dan terhambur di sekitar sana. Tapi itu semua tampak sebagian besar sudah di bereskan karena olin dan patton yang sedari tadi sudah membersihkan dan mengumpulkannya kembali. Anak-anak pun tanpa banyak bicara, langsung turun tangan, mulai berpencar, membantu orang-orang sana untuk berbenah. Ga hanya rumah olin, tapi turut membantu rumah-rumah tetangga olin yang kebetulan mengalami hal serupa.

Dayat membantu tetangga olin yang tampak kerepotan mengeringkan air yang masih menggenangi rumahnya. Oik dan zahra membantu ibunya olin di dalam rumah. Semua sudah sibuk terlibat aksi gotong-royong itu. Begitu juga cakka, kini dia sedang mencoba membantu patton menjemur kardus-kardus bekas yang basah, tak jauh dari olin dan irsyad yang sedang berkutat dengan sampah-sampah di sana, sampah dari kumpulan ayahnya maupun sampah imbas dari limpahan sungai, sisa banjir kemaren itu.

"oh ya, osa gimana?" tanya patton disela-sela pekerjaan mereka.

"oh osa, tadi udah kita antar ke panti asuhan, dia bakal aman kok disana" jelas cakka

"oh gitu ya coy, syukur deh..." sahut patton.

"lin, bantu bapak sini! Bantuin bapak benerin genteng!" teriak seorang bapak-bapak dari atas rumah.

"bentar pak, tanggung nih pak..!!" teriak olin juga. Memang tampaknya olin sedang berkutat dengan karung-karung sampahnya. Karena pekerjaannya dengan patton tampak sudah tak banyak lagi, Cakka yang merasa tak ada yang dia kerjakan lagi, langsung menawarkan diri.

"biar saya saja yang bantuin pak, boleh kan??"

"bener nak? Ayo, naik sini!"

"beneran loe cakk bisa benerin genteng?" tanya olin

"kan ada bapak loe, lin... Udah gue mau naik dulu, lewat mana lin?"

"itu lewat samping.."

-------------------- misst3ri ------------------

Sambil membantu bapaknya olin, cakka sesekali memperhatikan keadaan disana. Atap rumah olin emang agak memprihatinkan. banyak genteng yang sudah pecah dan bolong. rumah itu tak memiliki plafon, sehingga dari atap rumah yang terbuka, cakka bisa melihat dalam rumah olin. Tampak dari sana keadaan didalam tak jauh berbeda dengan keadaan luarnya. Memprihatinkan. Rumah yang sangat sederhana, yang hanya terbagi 3 ruangan. rumah itu sepertinya awalnya hanya satu ruang, lalu disekat pake triplek dan dibagi 3. Ruang depan, kamar, dan dapur. Hanya itu. Ga ada ruang lain, bahkan WC sekalipun tidak. Ruang depan terlihat banyak tumpukan barang-barang. ruang yang berfungsi sebagai kamar juga ga layak. Dsn cuma ada 1 lemari kayu tua, dan satu dipan yang kasur tipisnya lagi di jemur di depan rumah tadi.

'Apa olin dan keluarganya tidur di tempat yang sama ya? Kasian...' Bisik hati kecil cakka.

Melihat keadaan ini cakka jadi merasa bersyukur banget dengan apa yang dia miliki saat ini. Dia tinggal di rumah yang nyaman, hangat dan layak, dia ga pernah takut kebocoran dan kebanjiran saat hujan turun, dia ga perlu ke bantaran sungai hanya untuk mandi atau buang air. Cakka jadi ngelamun sendiri, ingat betapa kadang dia ga mau bersyukurnya dengan keadaannya. Dulu saat diminta sekamar dengan adiknya aja, dia udah protes mati-matian, ngambek 7 hari 7 malam. gimana kalau disuruh kaya olin yang harus sekamar dengan seisi rumah. Cakka jadi ketawa sendiri, ingat tingkahnya yang kekanak-anakannya waktu itu. Asyik-asyik ngelamun, tiba-tiba cakka disadarkan dengan tepukan pelan di bahunya.

"nak cakka, bentar dulu ya, bapak mau ngambil peralatan di rumah patton dulu ya. kamu tunggu disini aja..." kata bapaknya olin.

"oh, iya pak..." sahut cakka.

Setelah bapaknya olin turun, cakka main-main bentar sambil ngeliat pemandangan sekitar dari atas atap sana. Cakka memandang kawasan di depannya. dari tempat terujung di rumah olin yang hampir mentok sungai itu, kalau ngeliat ke bagian tengah kawasan padat itu, ternyata kawasan disana benar-benar super padat dan berjubel. kayanya ga ada celah dikit aja lapangan kosong buat bisa main bola disana. jangankan buat main bola, buat jemur pakaian aja banyak yang di atas atap rumah. 'Wah kalau padat banget kaya gini, kalau ke bakaran, langsung bablas semua nih, mana bisa pemadam kebakaran nerobos masuk ke tengah sana' benak cakka.

Bosan mandang pemandangan rumah berjubel itu, cakka iseng-iseng ngotak-atik atap yang banyak pecah sana sini itu. Ada satu bagian atap yang bolong agak gede. Itu daerah dapur rumah olin. Di dapur cakka ngeliat oik sendirian disana. Pikiran jail cakka mulai kambuh. 'Ah, ada si oik, jahilin ahhh..hihi..' benak cakka jahil. Iseng-iseng cakka lalu ngelempar kerikil-kerikil kecil yang ada di atas atap sana.

"apaan tuh!" oik kaget dan menoleh kebelakang, lalu setelah diam sesaat dia kembali lagi dengan pekerjaannya. Cakka menyabet kerikilnya untuk kedua kalinya.

"aduh... Apaan lagi sih nih??" oik masih belum sadar cakka yang ngelemparin dia dari atas. Oik yang dilempari langsung tampak celingukan lagi, bingung ngerasa ada sesuatu yang mengenai tubuhnya, tapi ga tau asal-usulnya dari mana. Sesaat dia tampak memegang tengguknya, dan sedikit bergidik. Rupanya oik rada ngerasa takut, karena beberapa kali ngerasa dilempari dari belakang tapi disana tak ada orang satupun. Cakka terkikik pelan, senang aksi jailnya ga ketahuan. Lalu dia kembali ngelemparin oik pake kerikil lagi.

"aww!!" erang oik. Kali ini mengenai kepalanya. Cakka langsung terkikik agak keras kali ini. Oik yang mendengar suara dari atas, langsung menoleh ke atas dan menemukan wajah jail cakka dari balik atap-atap yang dibuka.

"kak cakka ya ternyata!! Iseng aja nih!!" omel oik. Cakka hanya ketawa lepas liat muka lucu oik yang lagi marah-marah. Oik yang sebel, ngambil sapu, berdiri di atas kursi dan langsung nyodok-nyodok lubang atap yang menganga itu, mau mukulin gagang sapu itu ke kepala cakka yang masih meledeknya dari lubang itu.

"eh, ngapain nyodok-nyodok! Bikin rusak aja, gue lagi betulin nih!" sewot cakka

"biarin!! Pokoknya kak cakka harus ngerasain pembalasan dari oik!" sahut oik sambil terus nyodok-nyodok ke arah atap rumah itu.

"weekk... Ga kena! Mana mungkin kena dari situ!! Keatas sini donk! Weekk..!!" ledek cakka

"awas ya kak cakka!!" teriak oik. Lalu dia keluar rumah dan mendatangi cakka.

"eh, ik mau ngapain?" tanya dayat yang sedang diluar, heran melihat adiknya keluar sambil mencak-mencak gitu.

"tuh, mau balas orang iseng!" sahut oik sambil mungutin beberapa batu kecil. Lalu dia mulai ngelempari cakka peke kerikil. Dayat yang masih bingung, mulai paham ngelihat siapa yang sedang oik lemparin ke atas.

"weits... Main ngelempar sekarang nih..?? tapi, ga kena.. Ga kena... haha..." ledek cakka sambil ngehindar dari lemparan kerikil oik.

"eh, ga boleh ngelemparin gitu ik..." nasehat dayat ke adiknya itu

"udah kaka diem aja! Ini urusan oik samasi tukang iseng tuh!" sahut oik galak sambil terus ngelemparin cakka pake batu kecil itu.

"ah oik, cakep-cakep kok..." Irsyad tampak mau sudah mau ikutan ngegoda tapi langsung dipotong oik yang menyadari niat jail irsyad.

"dilarang komentar! Ntar oik lemparin batu juga! Mau?!!" kata oik galak sambil melotot galak ke irsyad. Irsyad, Dayat dan yang lain langsung mingkem, diem dan akhirnya cuma nontonin.

"weekk... payah loe ik, ngelempar gituan aja ga becus! Weekk... hwahaha..." ledek cakka lagi. Mendengar ledekan cakka, oik jadi semakin bernafsu untuk terus ngelempar kerikil dengan semakin banyak dan cepat. Cakka rada mulai kewalahan ngindar dari atas atap gitu. Lalu...

BRAKK!!

Keasikan ngehindarin lemparan oik, cakka jadi lengah dan kakinya keperosok ke dalam lubang atap yang masih menganga.

"aduh!!"

"hwahaha.. Hore! Musuh keok..." oik ketawa ngeliat cakka keperosok. Dayat dan yang lain juga ikutan ketawa.

"eh, jangan ketawa pada loe!!" sewot cakka melihat teman-temannya pada ngetawain dia.

"eh, nak cakka kenapa?" tanya bapaknya olin yang baru datang.

"keperosok lubang di atap pak..." sahut olin.

"lho... Kok ga ditolongin! Cepat sana bantuin!" Lalu olin langsung naik ke atas atap dan membantu cakka untuk mengeluarkan kakinya dari lubang di atap itu. Cakka sedikit meringis karena kaki agak kegores genteng saat terperosok tadi. Di bawah bapaknya olin ngebantu cakka turun dari atap. setelah itu beliau memeriksa luka di kaki cakka.

"kakinya luka nih, kamu obatin dulu ya, ga usah bantuin bapak dulu..."

"gpp kok pak, cuma lecet gini aja. masih bisa bantuin bapak kok..."

"udah... Loe istirahat aja, biar gue dan yang lain yang gantiin bantuin bapak" tawar dayat. Lalu dayat mengikuti bapak olin yang sudah naik ke atas atap lagi.

"wah loe cakk, main bola loe di atas atap?" ledek patton yang baru nongol dari dalam rumah olin.

"ya enggak lah! Si oik tuh pake lempar-lempar kerikil segala sih!" sahut cakka agak keras, sambil ngelirik sinis oik.

"tapi tadi kan kak cakka yang duluan..." bela oik.

"iya, tapi loe balesnya 1000 kali lipat!" sahut cakka. Oik yang ngerasa dia disalahin cakka, langsung tampak murung.

"kan cuma becanda... Iya, maaf deh... Oik yang salah, keterlaluan sampai bikin kaki ka cakka luka..." raju oik. Cakka tampak terpaku liat wajah oik yang sudah memudar keceriaannya. Lalu dia tersenyum dan ngacak-ngacak rambut oik.

"widihh... jangan manyun gitu donk.., haha... iya deh, gue juga salah, gue juga minta maaf ya, ngisengin oik tadi.. Maaf ya manis..." rayu cakka ke oik. setelah sedikit di goda cakka, senyum oik kembali mengembang. Mukanya agak tersipu2 malu sekarang.

"beuhh... Mukanya langsung sumringah gitu... ah loe ik, ga bisa dirayu dikit! haha..." ledek irsyad sambil nyubit pipi oik.

"ah, kak irsyad, nyebelin banget sih!" sewot oik tepis tangan irsyad lalu balas nyubit irsyad.

"aduh... Aduh.. Ampun.... Ah, si oik, pilih kasih banget sih, gue langsung ditindas, sama sang pangeran cakka aja, manis banget!!" ledek irsyad. Pipi oik langsung blushing.

"ihh, ka irsyad apaan sih?!! Udah ah, oik mau ke atas genteng... Eh, bukan, maksudnya kedalam lagi.. hehe..." sahut oik agak salting sambil langsung ngeloyor ke dalam rumah, kembali bantuin ibunya olin dan zahra.

"kenapa tuh anak? Tiba-tiba jadi aneh gitu..." kata cakka heran ngeliat oik yang salting.

"lagi kemakan pesona si lampu neon..." bisik irsyad

"hah?! Maksudnya??" tanya cakka. Irsyad melirik ke cakka lalu menggerak-gerakan alisnya.

"apaan??"

"ah loe cakk, masa ga sadar juga!"

"ga sadar apaan??!" sahut cakka masih dengan muka bingung. Irsyad geleng-geleng kepala, lalu ketawa.

"pikir aja sendiri... Haha..." sahut irsyad. Cakka cuma garuk-garuk kepala, masih ga ngerti.

"eh, cakk, loe ke rumah patton aja deh, disini ga ada obat merah" kata olin. ton, ajak cakka ke rumah loe aja deh, sekalian ngobatin luka dia, gpp kok loe juga pulang, loe kan udah bantuin dari tadi siang.." kata olin sambil nyusul dayat dan bapaknya benerin genteng.

"ya udah kalau gitu, ayo cakk!" ajak patton. Cakka pun lalu dibantu patton untuk menuju rumahnya yang tak jauh dari sana.

"eh tunggu, gue ikutan juga!" kata irsyad.

"eh loe mau kamun syad?! Bantuin kita aja sini!" tegur dayat dari atas.

"enggak ah, cape, kan udah selesai juga beres-beresnya..."

"iya gak papa yat..." kata olin. Irsyad langsung nyengir lalu buntutin cakka dan patton ke rumah patton.

---------------- misst3ri ---------------------

“jelek ya coy? tapi disini lah gue tumbuh besar” kata patton ketika mereka baru sampai di depani rumah patton. Walau masih tampak sama kumuhnya, tapi keadaan rumah patton lebih baik dari pada rumah olin. Setidaknya, rumah patton lebih layak huni. Mungkin karena pekerjaan orangtua patton yang memang lebih baik dibanding keluarga olin. Ayah patton itu seorang guru honorer yang sudah sekian lama belum diangkat-angkat juga jadi pegawai negeri. Oleh karena itu, kehidupan keluarga patton juga belum mampu terangkat jadi lebih sejahtera.

“nggak kok…” sahut cakka sopan, menjaga perasaan patton.

“udah ga usah ga enak gitu. rumah patton emang jelek kok... Hehe... ayo cakk masuk”

"kak cakka! Ka irsyad!" tegur seorang anak dari dalam rumah patton. Anak kecil itu menghampiri mereka.

"ei, dav" sapa cakka juga. Anak kecil itu dava, adik olin.

"ah loe dav, bukannya bantuin kita tadi, malah enak-enakan disini loe!" tegor irsyad.

"hehe... Dava kan cape, dari siang tadi udah kerja, mulai bantuin ibu ngupas pisang buat jualan, trus bantuin bapak sama ka olin, mindahin kardus-kardus bekas punya bapak, trus ngangkatin barang-barang dan kasur yang kerendam air malam tadi, trus..."

"ssttt... Udah... Udah... jangan diterusin promosi kerjaannya..." potong irsyad sambil nutup mulut dava. Dava langsung menepis tangan irsyad.

"yee, siapa yang promosi, dava kan cuma jelasin, ntar kaka bilang dava ga bantuin lagi, trus..." kata dava lagi, tapi langsung dipotong irsyad lagi.

"iya..iya kita sudah paham... Wah loe dav, kebanyakan bergaul sama patton sih, jadi mulai ketularan virus dari patton loe sekarang! Haha..." ledek irsyad

"enak aja! emang gue nularin virus apaan coy??!" sewot patton.

"itu... Virus ngebacot, si dava jadi ikut-ikutan banyak omong juga sekarang... hwahaha..."

"dasar lu!" sahut patton sambil ngejitak kepala irsyad. Irsyad cuma nyengir.

"Eh, ayo duduk, dari tadi malah berdiri aja. Maaf berantakan, hehe..." kata patton lagi, sadar kalau dari tadi mereka hanya berdiri di depan pintu.

Lalu cakka, irsyad mengikuti patton untuk masuk ke ruang tamu, atau bisa dibilang ruang serbaguna, karena disana juga tampak meja dengan tumpukan buku-buku, dan di pojok belakangnya ada meja tempat mereka makan. dari ruang itu dapat dilihat, ada 2 kamar di samping ruang itu, dan ruang belakang yang sepertinya adalah dapur. Cakka, irsyad dan dava duduk di ruang itu. Sedangkan patton ke dalam mengambilkan obat merah untuk cakka. Tak lama kemudian dia muncul kembali dengan obat merah dan kapas, lalu di serahkan ke cakka. Dia sendiri lalu ikut duduk juga. mereka diam disana, ngeliat cakka ngobatin lukanya sendiri.

"ton ngisep angin doank nih kita?" tanya irsyad berharap ditawarin air kek, makanan kek. Pada awalnya patton mengerutkan kening, tak mengerti. Tapi setelah melihat irsyad ngelus-ngelus perutnya, dia langsung terkekeh.

“oh iya ya... Hehe..."

"ga usah repot-repot ton..." kata cakka sambil ngenggol tangan irsyad. Irsyad cuma nyengir.

"gpp kok, eh dav, ada makanan ga?" tanya patton ke dava.

"ee... Oh ya kak, kan masih ada makanan bikinan kaka siang tadi didapur..." sahut dava.

"oh iya ya.., loe pada harus cicipin hamburger dan pizza ala patton, dijamin enak, bergizi tapi murah. Bentar ya coy, gue ambiln dulu...” kata patton lalu dia pergi ke dapur rumahnya. Cakka agak mengeruntukan keningnya. Irsyad melihat ekspresi bingung cakka, cuma senyum dan langsung nyolek cakka.

“ga usah mikir tinggi-tinggi, cak” bisik irsyad.

Cakka masih ga paham perkataan irsyad. Dia masih penasaran, bagaimana mungkin patton bisa menyajikan makanan yang bisa dibilang rada mahal itu. Tapi penasarannya terjawab juga akhirnya saat patton keluar dari dapur dengan membawa seteko air dan sebuah piring berisi makanan yang patton sebut hamburger dan pizza ala patton tadi. Ga ada roti hamburger tebal berisi lapisan daging, sayuran, keju, dll. yang ada hanya roti bulat biasa, berisi irisan tempe, sedikit tomat dan sayur ala kadarnya. Begitu juga pizza. Itu hanya mie instan yang dicampur dengan adonan telur lalu digoreng dengan cara didadar. Diatasnya ditaburi sedikit cincangan sayuran seperti tomat dan daun bawang. Cakka tersenyum geli, bayangannya benar-benar berlebihan. tapi ada rasa salut dihati cakka, melihat patton dengan kesederhanaannya bisa berkreasi dengan makanan yang ala kadarnya itu.

"kenapa cakk senyum-senyum??" tanya irsyad

"nggak... Cuma ga nyangka aja, hehe..." bisik cakka ke irsyad

"makanya gue bilang tadi, jangan ngayal tinggi-tinggi... haha..." sahut irsyad.

"ayo dimakan coy... Maaf ala kadarnya... Hehe..." tawar patton

mereka pun lalu melahap makanan nan sederhana itu dengan lahap sambil sesekali di selingi canda gurau diantara mereka. dalam waktu sekejap, piring yang berisi pizza dan burger ala patton tadi, ludes di sedot perut-perut yang lapar itu. sekarang mereka bersantai sejenak di depan rumah patton.

"kak cakka, ntar ajarin dava gitar lagi donk.. tapi sama dava sendiri aja kak, kalau bareng kakak-kakak yang lain kaya biasa, pasti dava ga kebagian mulu..." pinta dava.

"ah loe dav, pas gue yang ngajarin aja loe ogah. Giliran ada cakka, minta ajarin! Payah loe coy.."

"hehe... Abis, ka patton cerewet banget sih... Trus kalau ngajarin, baru juga bentar dava pegang gitarnya udah direbut. kapan dava mainnya?"

"tuh ton, dengerin... Anak kecil kalau ngomong jujur..." kata irsyad.

"kan gue mau nyontohin coy... Lagian lu kan masih kecil dav, gitar sama lu aja masih gedean gitarnya... Haha..." jawab patton

"enak aja!"

"udah.. Udah... kalau dava mau, kita belajar sekarang aja.." tawar cakka.

"ayo kak!"

"ton, minjem gitar loe donk" pinta cakka. Patton lalu masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil gitar. Tak lama kemudian dia sudah keluar sambil menenteng gitarnya itu.

"goceng ya.." kata patton sambil nyerahin gitarnya ke cakka.

"iya... Ntar gue bayar. tapi kalau lo belajar gitar sama gue lagi, loe musti bayar juga!" sahut cakka.

"hah?! Ngga deh, gratis tuh coy... Becanda... Hehe" sahut patton.

"haha... Makanya sama temen jangan perhitungan banget!" ledek irsyad.

"iya..iya... Eh, gue balik ke rumah olin dulu ya, loe mau ikut kesana syad?"

"enggak deh, gue mau tiduran dulu disini.." sahut irsyad sambil ngambil posisi enak di bale-bale yang ada didepan rumah patton.

"dasar lo tukang molor!" sahut patton kepada Irsyad. "ya udah kalau gitu, cakk, gue ke sana ya..." sambungnya lagi sambil menoleh kepada cakka dan dava.

"oke..." sahut cakka

Sementara patton ke rumah olin, dan irsyad mulai piknik ke alam mimpi, cakka mulai ngajarin dava main gitar. Pertama cakka mulai nunjukin kunci-kunci gitar, trus nyuruh dava nyoba sampai dia hapal betul letak kunci-kuncinya. Meski dava agak lambat dan sering salah letakin jari-jarinya di senar gitar, cakka ga putus asa ngajarin gitar ke dava. karena cakka maklum, dava masih kecil dan perlu usah lebih ekstra buat ngajarin dia. Setelah cukup lama berlatih, dava sudah tampak cape, maka mereka memutuskan menuntaskan belajar mereka.

"ntar kapan-kapan lagi deh, kita belajarnya dav. kamu kalau mau cepet lihai, harus sering-sering megang gitar dav" kata cakka ke dava.

"tiap hari dava megang gitar kok, tapi ga bisa-bisa" jawab dava dengan polosnya.

"haha... Maksudnya bukan sekedar megang dav, tapi kamu harus sering mainin gitar, biar jari-jari kamu akrab sama tuh senar-senar gitar.." terang cakka. Dava nganguk-nganguk. Tiba-tiba mereka mendengar suara sesuatu jatoh dari depan rumah.

GDEBUKK!!

Cakka dan dava langsung ke depan rumah. mereka udah liat irsyad selonjoran di lantai sambil ngelus-ngelus pantatnya.

"kenapa lo syad?"

"aduh.. Sialan tuh kucing!"

"hah? Kucing?"

"iya tuh... Padahal gue tadi dikit lagi menang balapan F1 sama lewis hamilton. Pas di tikungan terakhir, gue ngebalap dia, dan sedikit lagi hampir nyentuh finis, eh, tiba-tiba ada kucing lewat, gue spontan banting stir ke kiri, dan... Eh, gue udah di bawah aja nih... Dasar tuh kucing, bisa-bisanya jalan lewat di sirkuit balap..."

"haha... Dasar lo! Kucing dalam mimpi disalahin! Udah sana, dari pada loe makin ngaco, mending cuci muka sana!" sahut cakka. Irsyad nurut lalu berjalan ke belakang rumah, mau cuci muka. Sepeninggalan irsyad, Cakka dan dava lalu duduk-duduk di bale-bale di depan rumah patton itu. Cakka mulai mainin gitar dengan lincahnya. Dava tampak terpesona liat permainan cakka. tapi, selain kagum sama permainan cakka, kelihatannya dava sering agak terpaku melihat tangan cakka.

"kenapa dav?? Kok liatin tangan kaka mulu?" tanya cakka yang sudah agak menyadari dava suka liatin tangannya.

"nggak kak... Hehe, cuma gelangnya bagus kak... Gelang kesayangan kakak ya??"

"ini???" tanya cakka. Dava mengangguk. Matanya tampak berbinar liat gelang cakka. Di pergelangan tangan cakka memang melingkar sebuah gelang yang terbuat dari anyaman bahan kulit berwarna hijau toska dan hitam, dengan hiasan kayu yang diukir dengan elok. Sederhana tapi tampak begitu mengambarkan kesan etnik yang kuat. Cakka tersenyum liat ekspresi dava.

"iya, ini gelang kesayangan kaka, ini pemberian kakek kakak, hadiah beliau saat kakak jadi juara lomba gitar se-provinsi beberapa tahun lalu. Kakek itu yang pertama kali ngajarin kakak main gitar"

"ohh... Gelangnya unik kak..." sahut dava.

"gelang ini punya makna tersendiri buat kakak. kamu liat, disini ada ukiran gambar matahari kan? kamu tau itu maknanya apa?" tanya cakka. Dava menggeleng.

"kata kakek, matahari itu bisa diibaratkan sebagai simbol sebuah semangat. Semangat yang akan terus hadir, ga pernah hilang. Begitu juga dengan semangat kita dalam mengejar semua harapan kita, harus kaya matahari yang bersinar kuat dan ga pernah putus."

"kan matahari tenggelam di sore hari" sahut dava dengan polosnya

"kan matahari tetap menyinari belahan bumi yang lain. Itu yang dimaksud dengan terus bersinar. tapi, walau kata kamu nanti akan ada waktunya tenggelam, itu hanya sesaat, matahari juga pasti akan kembali, siap bangkit kembali di pagi hari, dan siap bersinar kembali dengan lebih cerah. Begitu juga dengan semangat yang harus kita miliki dalam hidup. kamu juga harus punya semangat kaya gitu dav... Ya semangat sekolahnya, ngamennya, termasuk main gitarnya, oke??" kata cakka. Dava mengangguk, lalu kembali menatap gelang cakka. Cakka menatap penuh dava.

"hmm... Gimana kalau kita bikin perjanjian?? kalau kamu udah bisa main gitar dengan lihai, kamu aku kasih gelang ini... gimana??"

"hah? jangan... jangan kak..! Itukan gelang kesayangan kakak..."

"gpp kok, biar kamu tambah semangat belajarnya.."

"beneran nih kak??!"

"iya bener... Mau ga?"

"mau kak! Aku pasti bakal belajar cepat!!"

"janji ya..." kata cakka lagi sambil mengeluarkan jari kelingkingnya.

"janji..." sahut dava sambil mengaitkan jari kelingkingnya.

"eh janji apaan?" irsyad udah balik dari belakang.

"ada deh... Rahasia donk..." sahut dava.

"anak kecil udah mau sok main rahasia lu!" sahut irsyad. Cakka dan dava cuma ketawa. mereka pun ngobrol sambil becanda-canda ria sampai tak terasa sore semakin menyingsing.

"cakka! Irsyad! Ayo kita pulang sekarang, udah mau magrib nih..." teriak dayat ke cakka dan irsyad.

"iya, bentar!" sahut cakka. Lalu setelah pamitan dengan keluarga patton dan olin, mereka akhirnya pulang ke rumah.

--------misst3ri (3am) ----- BERSAMBUNG ----- (3am) misst3ri--------

0 komentar: