This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 40: Langkah Baru

Lanjutan dari PROMISE Part 39: Misi untuk Sang Bunda. Baca juga Promise Part 1: Awal, untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.

NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)

PROMISE - Part 40: Langkah Baru

---------------------3am---------------------

Siang itu, tampak jalan perkotaan terlihat begitu padat. Mobil-mobil dan kendaraan saling berdesakkan menyusuri jalan itu. Matahari yang bersinar sangat terik seakan menambah kesumpekan dan kegerahan kepadatan kota yang tak terkendali. Tapi, di salah satu mobil yang terjebak kemacetan itu, seorang gadis tengah bertopang dagu, menyandarkan kepalanya pada kaca jendela mobil sembari memandang hampa ke jalanan yang menyajikan pemandangan semerawut itu. Walau dirinya dan mobilnya terjebak dalam kemacetan kota itu, tapi itu tidak berlaku dengan angan pikirannya. Pikirannya terbang melayang bebas, menembus ruang dan waktu tanpa bisa tertahan. Mencoba kembali menyusuri dan merunut apa saja yang tlah terjadi menimpa dirinya dalam beberapa hari itu.

Hari yang penuh pergolakan batin di hari-hari yang lalu itu tlah berlalu. Hari-hari itu mungkin hari yang takkan pernah dilupakan olehnya. Itu hari-hari yang mungkin telah mengajarkan dia banyak hal. Hari-hari yang tlah mengasah sisi kedewasaannya.

Dan sekarang, seperti hari itu, disaat dia mulai menjalani hari-hari berikutnya, dia merasa seperti menjalani hari yang lebih baru. Walau hari itu dia masih diperlakukan dengan sangat dingin oleh kedua sahabatnya, tapi setidaknya hari itu dia masih bisa bersyukur. Masih ada orang-orang baik, yang mau menerimanya dan siap menyangganya disaat ia mulai terjatuh kembali. Seperti kejadian hari itu, dimana ia memulai langkah di hari yang baru, dan ketegaran hatinya kembali diuji...

----------------- flashback ---------------

“eh, loe liat gak tadi vi, hari ini si penghianat udah berani terang-terangan banget, dateng semobil coba sama si kunyuk itu! Ihh, gak punya malu banget sih…”

Hari itu masih pagi, tapi obrolan yang sepertinya sengaja dibuat heboh mau tak mau menarik perhatian penghuni kelas yang sudah datang, termasuk ify. Ify yang sedari masuk kelas tadi sudah memilih untuk diam duduk di bangkunya, tenggelam dalam buku pelajarannya, sontak juga mengangkat kepalanya. Dia bisa melihat sila dan via yang baru saja datang dan memasuki kelas dan melangkah menuju bangku mereka, tepat di depannya.

“siapa ya yang kemaren mohon-mohon ke kita, sumpah-sumpah ga pernah ngehianatin kita? Sekarang, ternyata…” sinis sila lagi. Lalu ia menatap tajam ify, “bener-bener bermuka dua ya loe?” lanjutnya lagi sebelum berbalik dan duduk di bangkunya.

Ify tak bereaksi dan lebih memilih untuk diam dan kembali menunduk. Ia tak mau menambah runyam masalah dengan melawan teman-temannya itu. Tapi kalau ify bisa menerima semua perlakuannya itu, ini ternyata tidak berlaku untuk dengan teman-teman lainnya. Karena tak lama setelah itu, anak-anak lain yang mengetahui betul perkara ini segera bergerak.

“eh sil, belum puas juga ya loe mojokin ify kaya gitu?! Udah gue bilang kan, Ify gak ngelakuin seperti yang kalian pikirkan! Gue jamin itu!” bentak tian yang duduk di belakang ify langsung berdiri membela sahabatnya. Sila yang mendengar itu, sontak berdiri dan berbalik menghadap tian.

“diem loe! Orang kaya loe yang juga udah terang-terangan nyebrang gabung sama anak-anak pencundang juga gak bisa di percaya lagi omongannya! Gak usah sok deh loe!” sahut sila tak kalah keras. Tian yang agak emosi sontak maju. Tapi dia tertahan tangan ify yang tiba-tiba berdiri dan menahannya pergerakannya.

“sil… mungkin loe boleh ngatain gue apa aja, tapi please… Jangan bawa temen-temen yang lain. Ini cuma masalah gue sama kalian kan?” lirih ify sembari menatap sayu sila.

“gak fy… masalah loe, masalah kita juga!” kini iel juga turun tangan, diikuti teman-temannya, lalu berdiri tepat disamping ify menghadang sila. “Emang kalau ify dan tian milih nyebrang ke pihak gue emang kenapa?! Yang musuhan sama gue dari SD kan cuma kalian berdua…” kata iel lagi.

“Jadi, kalau mereka milih bergaul dengan temen-temen yang lain, salah? Kalau mereka gak mau ikutan kalian nyari musuh juga, apa itu salah? Ada yang SALAH?!” tekan iel sambil menatap tajam sila dan juga via yang kini juga telah berdiri di belakang sila.

“ya salahlah…! Apaan jadi temen gak setia banget! Bisanya jadi penghianat dan nusuk temen dari belakang!” jawab sila.

“gak setia? Loe pikir ify beberapa hari ini sering nangis itu kenapa? Yang dia tangisin itu persahabatan kalian! Dia sedih gara-gara kalian ngebuang dia cuma gara-gara dia lebih milih ngikutin apa kata hati dia dibanding apa kata kalian! Disaat kalian nyakitin dia, dia masih setia bilang kalian itu sahabat! Tau gak loe?! Jadi sekarang gue tanya, siapa yang sebenarnya udah menghianatin persahabat kalian?!” teriak iel masih dengan tatapannya yang tajam menusuk itu.

Sila langsung membuang wajahnya. Dia tak suka merasa dihakimi seperti ini. Dia tak suka perasaan terpojokkan seperti itu. Sedangkan via, melihat sorot tajam iel itu, ia langsung menunduk dan membuang pandangannya. Kata-kata iel begitu mencabik-cabik perasaannya. Dan mellihat tatapan tajam itu hanya akan membuat jantungnya semakin terhujam keras. Ia tak ingin perasaannya makin terobrak-abrik tak karuan rasa karenanya.

Tapi ketika dia menundukkan wajahnya, matanya jatuh di sudut yang tidak tepat. Dia melihat tangan iel yang tiba-tiba meraih jemari ify yang tergantung lemah di sisi tubuhnya itu, lalu menggenggamnya erat. Hati via seketika itu juga mencelocos. Rasa sakit itu kembali menusuk hatinya dan memebaskan virus-virus kebencian yang sebenarnya sudah ia coba belenggu. Tanpa memandang apapun lagi, via segera membuang wajahnya dan bergegas menggandeng sila menjauh dari sana.

“ayo sil, kita keluar aja… buat apa kita ngeladenin mereka? Gak penting! Buang-buang tenaga aja!” lirih via pelan, tapi terdengar begitu tajam. Lalu via dan sila segera menjauhi ify, tian, iel dkk dan cepat meninggalkan kelas. Sepeninggalan via dan sila, terdengarlah sorakan anak-anak.

“huuu… cemen… cemen… gak bisa berkutik lagi tuh mereka… hahaha…” ledek anak-anak yang dikomandoi sion, dkk.

Ditengah keributan tawa kemenangan anak-anak, iel tiba-tiba tersadar, dan segera menoleh ke sampingnya. Ify kini tengah menunduk dalam. Iel menatapnya penuh, lalu sedikit menunduk agar dapat melihat wajah gadis itu.

“fy, loe gak papa kan?” kata iel dengan pelan. Ia khawatir kalau ify kembali merasa tersakiti. Ia khawatir airmata yang berharga itu kembali terjatuh dari sudut matanya. Ify terlihat sekilas menggeleng pelan, lalu mengangkat wajahnya dan menatap iel lembut.

“gue gak papa kok yel.. gue kan udah janji sama lo buat kuat..” lirih ify. Iel tersenyum mendengar ucapan ify itu. Tian di sampingnya langsung merangkul hangat ify.

“tenang fy… everythings gonna be okay… loe gak sendiri kok ngadepin ini.. ya gak yel?” kata tian. Iel mengangguk.

“yo’a fy.. mereka cuma berdua, kita banyak. Kalo loe ngijinin kita-kita keroyok lagi tuh cewe-cewe, bentar aja kok ngumpulin pasukan…” celetuk sion juga yang langsung di sambut gelak tawa yang lainnya.

-------------flashback kelar---------------

Karena orang-orang itulah. Dia masih bisa di rangkul hangat tian, terhibur canda tawa iel, dkk, bahkan juga senyum penuh persahabatan dari Zahra, obiet, dkk, dari orang-orang yang sesungguhnya telah begitu banyak dia dan teman-temannya sakiti dulu. Keberadaan orang-orang yang telah mau membuka hatinya dengan tulus untuk menyokong dan mendukungnya itu, tentu saja sangat menguatkan hatinya. Tanpa mereka, mungkin saja ia kembali terjatuh dan terjebak dalam kesedihan yang mendalam seperti hari-hari sebelumnya. Terpuruk lemah, rapuh, pasrah dan hanya bisa meratapi serta menangisi kelemahan dirinya. Walau luka itu masih sangat membekas, tapi senyum dan semangat yang diberikan teman-temannya itu terasa seperti tetesan embun yang menyejukkan dan mengobati goresan luka di hatinya. Dan atas segala kekuatan itu, apa ia masih pantas tetap bertahan dengan kelemahan dirinya?

“eh fy, hari ini loe gak ada acara kan?”

Tiba-tiba lamunannya tersadarkan oleh teguran itu. Ify menoleh ke arah penegurnya itu di jok depan. Ada iel di sana. Ya, hari itu ify yang nebeng mobil iel untuk pulang ke rumah. Sebenarnya bukan keinginan dia juga. Tapi pagi tadi iel yang menjemput dia ke rumah, dan tanpa basa-basi langsung bilang ke papanya buat gak usah repot-repot jemput sepulang sekolah karena ify bisa bareng dia lagi. Alhasil, disanalah ia sekarang. Duduk manis di jok belakang mobil iel.

“hei, kok diem aja? Loe gak ada jadwal les kan hari ini?” Tanya iel lagi karena ify tak jua menyahuti.

“emang mau kemana?”

“gue mau ke sanggar dayat habis ini. Kita mau rapat tentang rencana lomba sanggar itu. Loe masih inget kan cerita gue tentang kenapa gue sama anak-anak mulungin sampah dulu? Nah, ini salah satu usaha kita buat ngumpulin dana buat dava juga fy… Loe ikut juga ya ntar…” terang iel.

Ify terdiam sesaat. Tampak sedikit sinar keragu-raguan di matanya. Bukannya ia menolak, tapi terus terang mengingat bagaimana pergaulan dan hubungan diantara mereka selama ini, mau tidak mau membuat dirinya akan begitu merasa canggung dengan keadaan sekarang. Perasaan bersalah, tak enak hati, segan, malu, dan lainnya terus merayapi hatinya ketika bertemu dengan mereka. Apalagi melihat perlakuan yang begitu baik mereka pada dirinya. Dirinya semakin malu dan merasa tak pantas mendapat perlakuan sebaik itu.

“kenapa fy?” Tanya iel lagi. Iel kini telah berbalik dan menatap ify lurus. Ify masih terdiam dengan pikirannya itu.

“tenang… loe kan sama gue. Ada tian juga, tadi gue udah ngajak dia. Loe gak bakal ditolak dan harus merasa kesepian disana. Lagian loe pasti bisa seneng disana. Anak-anaknya asyik-asyik kok… Loe ikut ya?” kata iel lagi menenangkan seolah bisa membaca perasaan ify. Ify menatap balik iel. Dia bisa melihat iel tersenyum kepadanya, senyum yang seolah memberikan ketenangan dan keyakinan padanya bahwa semua akan berjalan baik-baik saja. Dan akhirnya ify membalas senyum itu dan mengangguk pelan tanda persetujuan darinya.

--------------------misst3ri--------------------

Di kamar berwarna baby pink berukuran 3x4 itu, seorang gadis tengah mematut dirinya. Sesosok gadis cantik terpantul dari cermin datar berbingkaikan ukiran kayu jati itu. Gadis dalam cermin itu tersenyum. Cukup lama ia berdiam diri memandang pantulan dirinya sendiri.

Perlahan gadis itu kembali terduduk di pinggir tempat tidurnya. Matanya bergerak liar tak tenang, seiring dengan hatinya yang juga tengah melayang kemana-mana. Entah kenapa pertemuan ini membuatnya begitu gugup. Bayang-bayang ingatan akan obrolan di dunia maya itu kembali terhadir jelas di ingatannya. Tanpa sadar bibir manis itu telah memekarkan selentik senyum simpul.

Tapi senyum itu kembali pudar dari sudut bibirnya ketika matanya tak sengaja menyorot sesuatu di sudut kamar itu. Matanya langsung terpaku pada sesuatu yang tergeletak tak berdaya disana. Sebuah bingkai foto dengan segaris keretakkan pada kacanya karena tlah ia hempaskan tanpa ampun. Itu bingkai foto yang menjadi korban kekesalannya beberapa hari yang lalu. Matanya terus terpaku di sana. Menatap lurus senyum keceriaan wajah-wajah bahagia orang-orang di dalam foto itu. Angin semilir yang bertiup sejuk melalui jendela kamarnya dan membelai lembut kulitnya itu seakan berhasil menyusup masuk dan ikut menyejukkan hatinya. Kenangan indah masa-masa lalu terkuak indah di ingatannya. Tapi kenangan itu tersusupi bayang kejadian siang tadi yang tiba-tiba muncul kembali, seperti mau merusak segala ketentraman di hatinya. Kejadian yang membuat lukanya terbuka kembali.

Tangan itu. Tangan yang dengan eratnya megenggam hangat tangan gadis yang menjadi penyebab hatinya hancur berantakkan. Sebuah genggaman erat penuh kehangatan nan menenangkan yang ditangkap matanya di sekolah tadi. Kenapa matanya harus menangkap adegan iel yang tiba-tiba menggengam erat tangan ify itu. Kenapa? Itu hanya membuat hatinya kembali di selimuti rasa kebencian. Dan rasa itu terasa begitu menyesakkan dan menyiksa bathinnya. Dia menghela nafasnya sesaat. Seakan-akan ingin membuang setidaknya sedikit saja kegundahan di hati itu.

Drrrr…

Tiba-tiba HPnya bergetar, menandakan ada sebuah SMS masuk. Via segera tersadar dari lamunannya dan bergegas meraih HPnya itu. Lalu ia pun dengan cekatan membuka SMSnya itu. Bibirnya tanpa sadar kembali tersungging manis ketika membaca nama si pengirim SMS itu.

======================

From: Severus_Prince

Princess… sore ini jd kan? Lo gak lupa sama janjian ketemuan kita kan?

======================

Sivia tersenyum. Ini hari yang ia tunggu-tunggu. Mungkin inilah satu-satunya hal yang mampu mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang menyesakkan hatinya itu. Jadi, bagaimana mungkin ia bisa lupa dengan janji itu. Dan kemudian, dalam hitungan detik tangannya kini telah dengan cekatan menuliskan SMS balasannya kepada sang pangeran misterius dunia mayanya itu.

==========================

To: Severus_Prince

Inget donk… jam 4 di Master CafĂ© di XXMall kan? Bentar lg gw berangkat kok…

See u severus :)

=========================

Dia kembali menatap cermin di depannya. Dia mencoba tersenyum. ‘Oke via… lupakan itu sesaat! Ada seseorang yang kini menunggu dan mungkin akan membuat hati loe jauh lebih baik. Jadi, semangat via….’ Semangat sivia dalam hatinya. Dan dengan senyum yang tlah mengembang manis, ia melangkah dengan penuh keyakinan menuju sebuah harapan yang membuat hatinya terasa seperti dalam taman bunga yang penuh keindahan.

-------------------misst3ri-----------------

Sivia melenggangkan langkah ringannya menuju arah luar rumah. Gumaman nyanyian kecil terdengar dari bibir yang tersenyum manis itu. Tapi saat ia melintasi ruang keluarga, tiba-tiba seperti ada yang menahan dan menarik tali tasnya.

"eh, mau kemana loe?"

Langkah via sontak berhenti dan reflek menoleh kebelakang. Ada Rio, kakaknya yang kini tengah menatapnya dengan tatapan penuh menyelidik. Tangan kanannya masih memegang erat tali tasnya. Sivia sontak mencibirnya dan menapik tangan kakaknya yang memegangi tali tasnya itu.

"kenapa emangnya? Mau tau aja urusan orang.." sahut via santai sembari meneruskan langkahnya yang sempat terhenti itu.

"ketemu severus ya?" cerocos rio blak-blakan. Via sontak tersentak kaget, lalu segera berbalik dan melotot kearah kakaknya itu.

"hah?! Kok kakak tau?!" Rio langsung tertawa lepas melihat ekspresi yang ditunjukkan adiknya itu.

"hahaha… ya tau lah... Sapa suruh kemaren abis OL ga ditutup...” sahut rio dengan entengnya. Ternyata OL terakhir sivia dengan severus beberapa hari yang lalu, saat ia tiba-tiba harus meninggalkan kamarnya untuk toilet dulu, ini telah menyebabkan seorang penyusup berhasil mengintip rahasia yang ia simpan erat-erat itu. Dan sialnya lagi, sang penusup itu adalah rio, kakak sekaligus orang yang dia anggap orang paling menyebalkan satu rumah.

“Severus... gue sebel... wkwkwk…" ledek rio lagi seakan-akan menirukan membicaraan sivia dengan severus waktu itu. Gelak tawa dan ledekan rio itu jelas semakin membuat wajah sivia langsung bersemu merah sekali.

"ah ka rio! Nyebelin banget sih!" sivia langsung mencak-mencak, gak terima diledekin rio seperti itu. Dia langsung kembali melangkahkan kakinya mendekati rio. Dan tanpa ampun kakak satu-satunya itu dia gelitikin tanpa ampun.

“ampunn vi… ampun… hahaha…” pelas rio yang gak tahan dikitikin via. Via pun menghentikan aksinya itu.

“rasain! Lagian, siapa suruh ngeledekin via!” sahut via.

"loe juga, kecil-kecil udah naksir-naksir cowo! Bilangin mama lho..."

"biarin! Kakak juga via bilangin mama… Kayak via ga tau aja, ka rio kan suka ngintip-ngintip trus PDKT sama tetangga sebelah... Itu tu.. sama ka de.. hfpmm" cerocosan via langsung terhenti karena rio segera membekap mulut via, lalu celinguk-ngelinguk, memastikan tak ada orang disana. Lalu rio dengan ringannya langsung ngejitak kepala via.

"huss... bawel banget ya loe? Kalo ketahuan mama kan malu gue! Loe ngintip ya?!" omel rio. Via langsung terkekeh.

"iya.. Hehe..." sahut via. Rio langsung mendengus. Kini Via yang balas tertawa penuh kemenangan.

“haha… Posisi kita satu-satu ya kak… Jadi jangan ember, hehe… dahhh.. via pergi dulu kaka tayong…” kata via lagi sambil melangkah pergi.

“eh, via tunggu!” panggil rio lagi. Via berhenti dan kembali berbalik.

"emang beneran mau kopi darat loe sama severus itu?”

“ya bener lah…”

“yakin severus beneran baik?”

“yakin!!” sahut via dengan penuh keyakinan.

“gimana kalau gak? Gimana kalo severus itu penjahat penjual remaja kayak yang di tv?" argument rio. Biar bagaimana pun jailnya rio, tapi nalurinya sebagai kakak lelaki yang ingin melindungi adik perempuannya pasti muncul kepermukaan. Via tampak sedikit terpaku mendengar ucapan rio itu. Keragu-raguan mulai sedikit menggelitik hatinya, mengusik keyakinannya selama ini.

“tapi kalo berani sih ga papa. Kalo kamu diculik, kakak sih seneng-seneng aja, lumayan jatah makanannya bisa ditransfer ke kakak…” kata rio lagi dengan cuek sambil membalikkan badannya dan kembali asyik menonton tv.

Sementara via di belakang, masih terdiam, memikirkan perkataan rio barusan. ‘bener juga ya… gimana kalo penjahat? Gimana kalo orang aneh? Gimana gue ntar ngindarnya?’ pikiran-pikiran itu mulai bergelantungan di benak via. Tiba-tiba via jadi merasa bimbang, bingung, ragu... Perlahan ia menatap punggung rio yang tampak dengan santainya nonton film di depannya. Via mendengus kesal melihat kelakuan kakaknya yang cuek bebek itu, padahal dia yang bikin hatinya penuh kebimbangan seperti sekarang. ‘ah, ka rio ngeselin emang nih… Abis nakut-nakutin orang gitu, ngasih solusi kek! Eh, dia malah cuekin gue… Sekarang gue kudu gimana coba?’ Omel via dalam hati. Tapi…

Ting!

Tiba-tiba sebuah ide muncul di benaknya. Via tersenyum lalu segera mendekati rio.

"kak riooo... Ka rio ganteng deh..."

"napa loe tiba-tiba muji-muji gue?! tumben…" sahut rio dingin tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tv, masih bertahan dengan kadar kecuekannya yang cukup tinggi itu. Tapi via gak mau putus asa.

"temenin via ya, ketemu severus... "rayu via. Rio sontak menoleh ke samping, dimana via tengah menatapnya penuh harap dan tentu saja dengan senyum yang telah terpajang dengan begitu manis itu. Rio sedikit mengernyit dan melirik via dengan tatapan aneh, lalu ia segera membuang wajahnya.

"dihh ogah.. kaga mau gua! loe kira gue bodyguard loe?” sahut rio jutek sambil kembali memusatkan perhatiannya kepada tayangan tv dihadapannya.

“yah, kakak… kalo ada yang macem-macemin, kan via bisa minta tolong kakak. Masa nolongin adek sendiri gak mau?” rayu via lagi.

“Katanya loe yakin severus baik?" ledek rio lagi.

"emm... Iya sih.. tapi buat jaga-jaga aja... Ya kak, yaa.. Temenin yaaa..." rayunya lagi sambil goyang-goyang tangan kakaknya itu dengan manjanya. Rio masih tetap cuek gak menggubris sedikit pun permintaan via. Tapi via belum mau menyerah.

"ntar via traktir deh..."

"nggak..." tolak rio mentah-mentah

"es krim jumbo plus kue sus kesukaan kakak deh..."

"enggak..."

“ntar via isiin bensin motornya deh… Full sampe penuh!” rayu via lagi. Kali ini rio gak menjawab. Tampaknya ia mulai memikirkan tawaran menggiurkan via itu.

”plus coklat goldqueen 2 batang sekalian ya…" pinta rio langsung yg menyebutkan satu merk coklat lezat kesukaannya itu sambil menatap via lurus. Via terdiam sesaat, lalu langsung manyun sembari menggelembungkan kedua pipinya. ‘ini mah namanya perampokkan! Nyebelin banget iih kak rio! bisa langsung ludes nih tabungan gue kalo gini caranya’ benak via.

“mau gak?! Kalo gak, ya udahh…” kata rio lagi sambil kembali membalikkan badannya ke arah tv.

"ih, dasar rakus!” omel via, tapi, “Iya deh.. iya! Tapi, Mau kan?!" kata via akhirnya mau menuruti permintaan rio. Rio langsung menoleh tersenyum lebar.

"sip… kalo gini kan gue bisa ngasih dea sekalian, hehe… oke deh.., come on, kita berangkat!" sahut rio sambil berdiri dari duduknya.

-------------------BERSAMBUNG (3am)---------------------

0 komentar: