This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 29: Keresahan

Lanjutan dari PROMISE Part 28: Kegundahan Hati. Baca juga Promise Part 1: Awal untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.

NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)

PROMISE - Part 29: Keresahan

---------------misst3ri----------------

"IFY...!!!" teriak iel. Tanpa pikir panjang, Iel langsung meniti atap dengan cepat, melompati balkon kamarnya dengan sigap, dan langsung berlari ke bawah secepat yang ia bisa untuk segera menyusul ify yang sudah jatuh ke halaman rumah.

'Ya tuhan.. semoga ify ga kenapa-kenapa...' doa iel dalam hatinya. Hatinya sekarang benar-benar dipenuhi sesal dan kekhawatiran yang mendalam. Dia tak sanggup membayangkan apa yang tengah terjadi dengan ify sekarang. Baru beberapa menit yang lalu ify menghiburnya. Baru beberapa menit yang lalu bersenda gurau denganya. Baru beberapa menit yang lalu keceriaan menyelimuti mereka. Tapi kenapa keadaan begitu cepat berubah? Andai suatu hal yang buruk terjadi padanya, dia takkan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Tak perlu waktu lama, iel telah berada di halaman rumahnya. dengan penuh kepanikan, iel mencari ify dalam keremangan malam itu.

"ify!!" teriak iel. Tak jauh dari sana, iel tiba-tiba mendengar rintihan dari semak-semak dan tumbuhan yang tumbuh di taman halaman rumah itu. Iel segera mendekat kesana, dan disana dia dapati ify yang tampak sedang dengan susah payah mengeluarkan kakinya dari rimbunan tanaman. Melihat itu, sesaat iel bisa bernafas sedikit lebih lega karena ify jatuh tepat di atas tanaman di halaman rumah iel, dan itu membuat tubuhnya tak langsung menghantam keras tanah saat terjatuh.

"ify!! Loe gak papa kan? Ada yang luka? Patah-patah? yang mana yang sakit??" tanya iel dengan kepanikan plus perhatian ekstra. Ify tak menjawab, hanya terus meringis kesakitan sambil memegangi tangannya.

"aww!! pelan-pelan yel..." rintih ify saat iel dengan kepanikannya memeriksa tangan ify.

"sori.. sori... gue cuma khawatir aja... Tangan loe sakit banget ya? kayanya lukanya rada parah deh..." kata iel saat melihat lengan baju ify yang berlengan panjang itu sudah agak robek dan banyak merembeskan noda merah darah pekat.

"iya... Kena batu itu tadi pas jatuh..." lirih ify. Memang di dekat sana ada sebuah batu besar sebagai penghias taman itu. Sesaat iel tampak tertengun melihat luka-luka ify. Selain luka di tangannya itu, masih ada beberapa luka gores dll di tangan dan kakinya. Tapi dia tak lama berselang langsung kembali tersadar.

"Kita obatin ke dalam yok..." ajak iel sambil membantu ify berdiri lalu mepapah ify untuk berjalan. Iel lalu mendudukkan ify di kursi teras, dan bergegas masuk ke dalam mengambil obat-obatan untuk kemudian mengobati luka-luka ify itu. Setelah beberapa waktu kemudian, iel telah selesai mengobati luka-luka ify.

"nah, udah agak mendingan..." kata iel setelah selesai mengobati luka-luka ify dan memperban luka di tangan ify.

"thx ya yel..." kata ify sambil tersenyum tipis ke iel, "kalau gitu gue pulang sekarang deh..." sambung ify sambil kemudian berusaha berdiri dari kursinya. Dia tampak begitu goyah saat berdiri karena kakinya masih begitu lemah akibat lukanya itu.

"loe masih bisa jalan apa nggak sih?" tanya iel penuh perhatian.

"masih bisa kok..." jawab ify sambil berjalan sendiri dengan tertatih-tatih. Iel terdiam sesaat memperhatikan ify yang sudah melangkah. Lalu dia segera menyusul ify.

"fy tunggu!" kata iel.

"naik.. Biar gue gendong..." kata iel kemudian sambil berjongkok di depan ify. Ify terpaku melihat iel. Merasa ify tak bergerak, iel menatap tajam ify, lalu kembali berucap.

"loe mau nyampe di rumah loe jam berapa? kalau loe jalan lelet kaya gitu, subuh baru nyampe tuh... Ayo naik!!" kata iel lagi. dengan sedikit ragu, ify akhirnya menuruti iel. Iel pun langsung dengan sigap menggendong ify, dan mulai berjalan menuju rumah ify.

"fy sori ya.. Seharusnya gue ga biarin loe ikut-ikutan naik atap tadi..." kata iel di tengah perjalanan mereka.

"gak papa kok yel..." lirih ify.

"Syukur bukan kepala loe yang kepentok batu tadi, kalau ga, bisa habis gue di gebukin bokap loe...hehe..." kata iel lagi. Ify mendengar itu jadi tertawa kecil.

"hehe.. Bukan di gebukin lagi yel, di sembeleh!" sahut ify sekenanya

"waduh... Ganas banget... tapi, loe juga salah sih... Baru juga liat tikus lewat langsung loncat, kan belum dia gigit... Cemen banget! Payah!" ledek iel. Ify yang mendengar ledekan iel langsung merengut sambil nyubit pipi iel.

"gue kan takut! Ga ngerti banget sih loe... Ngeledek mulu!" sahut ify yang langsung disambut tawa oleh iel.

"tapi, thx ya yel mau nganter gue, sampai gendong gue segala... Berasa kaya di sinetron-sinetron gue, ditolongin sampai segininya..., tapi sayang..." kata-kata ify menggantung.

"sayang kenapa fy?"

"kalau di sinetron mah yang gendong cakep, gagah... Yah ini, sama loe... Kurus sih iya... hehe..." canda ify

"yah, balik ngeledek dia... gue turunin nih!" ancam iel.

"yah... jangan yel... Kidding yel... hehe..." sahut ify

"dasar loe! Ga bisa jalan gini masih juga sempat-sempatnya balas ngeledek gue... Masih mending gue gendong! emang lo mau pulang sambil ngesot?!" sahut iel.

"haha.. Ya enggak lah... Ntar dikira suster ngesot gue....hehe..." timpal ify.

"hehe.... ngomong-ngomong, kurus-kurus, berat juga ya loe? Baru gendong bentar, udah pegel aja gue... banyak dosanya sih nih..." kata iel kemudian.

"enak aja! Bukan keberatan karena banyak dosa nih, tapi keberatan pikiran, mikirin majikan bandel kaya loe nih... hehe..." sahut ify sambil nelonyor kepala iel. Iel yang mendengar sahutan ify, kembali tertawa lepas. Lalu iel melirik jail ke arah ify.

"jadi gue bandel nih? Oke..." kata iel, lalu dia tiba-tiba langsung berlari kencang. Ify sontak kaget.

"iel!! jangan lari..!! Ntar gue jatoh lagi...!!" teriak ify. Iel tak menggubrisnya dan terus menggendong ify sambil berlari kencang. Ify akhirnya cuma bisa terus memeluk iel lebih kencang sambil menutup matanya. Sedangkan iel di depannya, sekilas melirik wajah ketakutan ify, lalu tersenyum simpul.

"selamat menikmati perjalanan dari si bandel gabriel..!!" sahut iel kemudian dengan tawa lepasnya sambil terus berlari menuju rumah ify.

---------------misst3ri--------------

"bang, bakso satu!!"

"bang uang kembaliannya kurang nih!!"

"ambilin sambel donk..!!"

"eh, itu pesanan gue!!"

Begitulah teriakan-teriakan dan keributan-keributan yang banyak terdengar disana. Saling beradu dengan bunyi-bunyi dentingan sendok garpu yang beradu dengan mangkok dkk. Kantin sekolah, tempat yang paling dan selalu ramai di kala jam istirahat, meladeni nafsu-nafsu kelaparan anak-anak sekolah. Dan begitu pula yang terjadi di kala istirahat itu. Puluhan bahkan ratusan murid berkumpul, ngobrol, bersenda gurau disela mereka meladeni perut mereka yang sudah mulai mendendangkan lagu keroncong. Aktivitas yang tak jauh berbeda, terjadi juga di salah satu sudut kantin itu...

"stt.. busyet dah.. Ni sambel kok pedes banget!" protes tian yang kepedesan, tapi tetap aja terus makan mie ayamnya.

"kalau ga pedes bukan sambel namanya!!" sahut sila.

"abangnya bikinnya sambil marah-marahan mungkin.." argument via

"lah? Apa hubungannya?" tanya tian

"ya mungkin aja, jadi sampai lupa dan ga sadar, sudah kelebihan masukin cabe sekian ton.."

"jiah... Bikin sambel sampai sekian ton.. Mau bikin kantin kebakaran gara-gara yang makan sambel nyembur api semua? Hehe...." sahut tian. Via jadi ikut ketawa denger guyonan tian.

"eh, udah dapat kabar dari ify?" tanya sila kemudian.

"belum... dari tadi sms gue pending mulu..." kata via.

"ify kenapa ya jadi ga masuk? Perasaan kemaren baik-baik aja tuh anak..." ujar tian juga.

"ya udah.. Ntar kita jenguk aja pulang sekolah..." usul via.

"kalian berdua aja deh, gue pasti ga bakal diijinin... habis pulang, gue harus langsung ke rumah..." kata sila dengan lesu. Via dan tian langsung memperhatikan sila dengan seksama.

"karena yang kemaren ya sil??" tanya via hati-hati. Sila hanya mengangguk pelan.

"ya udah kalau gitu, gue sama tian aja..." kata via.

"Oiya sil, ngomongin yang kemaren, kok bisa ada agni juga sih sil?" cerocos tian. Via langsung menghentikan aktivitas makannya, dan memandang ke arah sila. Sila yang ditanya seperti itu langsung terdiam, merengut sambil memandang tajam tian.

"emang apa urusannya loe mau tau itu?!" sahut sila judes, "gue duluan, mau ke toilet!" kata sila sambil mendorong mangkok baksonya yang baru habis separo itu, lalu bergegas pergi tanpa memandang lagi ke kedua temannya itu. Tian memandang kepergian sila dengan wajah bingung. Lalu dia langsung beralih memandang via.

"sori yan, kalau sila ga mau cerita, gue juga ga bisa..." kata via langsung seolah tau apa yang ingin di tanyakan tian kepadanya. Tian hanya bisa melengos, dan ngedumel sendiri.

"oke... Biarin aja gue penasaran, sampai mati penasaran kalau perlu!" omel tian

"sori yan... gue bener-bener ga bisa ngasih tau, itu privasinya sila, loe bisa ngerti kan?" tanya via. Tian cuma mengangguk sambil terus melanjutkan makan2nya dengan wajah cueknya, meskipun hatinya dipenuhi tanda tanya.

"kalau loe bisa kan jenguk ify ntar sepulang sekolah?" tanya via mencoba mengalihkan pembicaraan.

"hmm... gue nebeng mobil loe ya...."

"sip.." sahut via.

---------------misst3ri---------------

Seperti yang diobrolkan via dkk tadi, ify tidak masuk sekolah hari itu. Sakit. Itu keterangan yang tertera di surat izin yang di terima pagi itu. Dan tak ada yang tau apa yang telah terjadi dengan ify, kecuali, ya siapa lagi kalau bukan iel. Di sudut lain sekolah, tampak iel duduk termangu di pinggir lapangan basket, melihat teman-temannya main basket.

'ify kenapa ya? Perasaan kemaren ga parah-parah banget... Apa luka-lukanya tambah parah ya, jadi ga bisa masuk?' benak iel yang ngelamun mikirin ify yang tidak masuk sekolah hari itu. Dia sudah berkali-kali SMS ify, tapi tak satu pun yang masuk. Senasip dengan via, SMSnya pending semua. 'gue harus ke rumah dia ntar buat pastiin dia gak kenapa-napa...' pikir iel lagi. Asik ngelamun, tiba-tiba iel di kagetin.

"woii!! Ngelamun aja loe!" teriak sion.

"ah, loe! Ngagetin gue aja bisanya!" sewot iel.

"ngelamunin apaan sih? Ngelamunin pelayan gratisan loe tuh ya?" kata sion sambil selonjoran di samping iel. Iel diam tak menyahut.

"dia sakit bukan karena lo siksa kan tuh anak abis gue pulang?!" tanya sion lagi dengan asal. Mendengar itu, iel sontak ngejitak sion.

"emang gue majikan kaya TKI di luar negeri apa?!! Ngomong ngasal aja loe!" sewot iel ga terima.

"abis... Kan malam tadi if..." tapi ucapan sion langsung terhenti karena ia sudah dibekap iel.

"ah, banyak bacot loe! gue ingetin sekali lagi ya, jangan sebut nama dia di sekolah! Tempat umum nih! Inget janji loe kemaren!" bisik iel.

"iya.. Iya..." sahut sion setelah dia bebas dari bekapan iel. "gue ga nyebut nama dia lagi... tapi, gue sebut apaan? Babu? Anak buah? Asisten loe? Atau Pacar loe? wkwk...." sambung sion lagi sambil buru-buru ngacir dari samping iel yang udah tampak melotot dan mau jitak dia lagi.

"awas loe yon! gue jadiin perkedel loe!" teriak iel sambil ngejar sion.

-------------misst3ri-------------

Siang itu di kawasan rumah-rumah padat penduduk, di salah satu petak rumah, tampak segerombolan orang baru saja memasuki rumah itu.

"nah, udah sampai dav..." kata olin sambil ngedudukin dava di salah satu kursi. Siang itu, dava yang sudah di izinkan untuk keluar dari RS, baru saja sampai di rumahnya. Dan dayat bersama cakka dan irsyad turut menjemput dan mengantar dava sampai ke rumahnya.

"alhamdulillah... Akhirnya sampai juga di rumah.. dava kangen deh sama rumah, bosen di RS mulu..." kata dava dengan wajah polosnya.

"bukannya enak dav di RS, ngecengin suster yang cantik-cantik.." kata irsyad rada jail

"huss! Loe tuh ya, anak kecil nih! jangan dijarin yang nggak-nggak!" timpal cakka. Irsyad cuma cengar-cengir di tegor gitu.

"ga ah, cape dava, kemaren beberapa kali ga jadi mulu pulang, tapi akhirnya pulang juga hari ini.." sahut dava.

"oiya, harusnya kemaren ya bu? kok gitu bu?" tanya dayat yang buka suara sekarang.

"ya mau gimana lagi, kondisi dava belum stabil, dokter takut masih ada infeksi dengan luka dava, makanya dokter baru berani mulangin hari ini. Ini juga dava harus kontrol lagi ntar.." jawab ibunya dava.

Tak lama berselang, beberapa ibu-ibu, tetangga dava, datang menjenguk. Obrolan2 terus bergulir di dalam rumah yang sempit itu. Cakka dan dayat memilih duduk di luar agar di dalam rumah bisa agak lebih lapang. Sesekali mereka ikut nguping apa yang diobrolin ibu-ibu di dalam. banyak yang ngasih kata-kata penghiburan kepada dava. banyak juga yang bertanya-tanya tentang kejadian kecelakaan dava yang sebenarnya.

"Dasar tuh ibu-ibu, ga mikir apa kalau ntar didengar dava? Diakan masih anak kecil..!" sewot irsyad saat dia baru balik dari WC di belakang rumah dava. "kenapa syad?"

"masa di belakang gue denger ada ibu-ibu bisik-bisik, dava bakal nyusahin gara-gara kaki dia kutung sekarang.. Ga mikir apa kalau ntar dava dengar?!" sewot irsyad yang menceritakan ibu-ibu yang berkomentar agak miring dengan keadaan dava sekarang. Cakka dan dayat mendengar itu hanya bisa terdiam. mereka kembali ke pikiran masing-masing.

"kita emang benar-benar harus lakuin sesuatu sama dava... Oiya, yat... gimana tentang obrolan kita kemaren?" kata cakka sambil memandang lekat dayat. Dayat agak terkejut mendengar pertanyaan cakka itu. Dia sudah agak melupakan tentang masalah itu.

"eee... belum gue bicarain sama anak-anak sih..." sahut dayat. Mata cakka sontak memancarkan sinar kekecewaan.

"sori cakk.. gue beneran lupa.. beberapa hari inikan agak sibuk di sekolah, banyak tugas, ulangan..." lirih dayat agak merasa bersalah karena melupakan janjinya ke cakka.

"ngomongin apaan sih?" tanya irsyad yang sedari tadi bingung mendengar obrolan cakka dan dayat yang tak dia mengerti.

"oh, ee... Ntar deh syad, gue ceritain di sanggar, sama zahra dan oik juga..." sahut dayat. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke cakka lagi.

"oke.. Ntar, besok sore gue kumpulin anak-anak deh di sanggar..., kita bicarain masalah ini... loe ajak teman-teman loe juga, gimana? oke?" kata dayat kemudian ke cakka. Cakka hanya melirik, lalu menghela nafasnya sesaat.

"ya udah kalau gitu..." sahut cakka kemudian.

"tenang aja cakk, gue bakal dukung rencana loe kok..." kata dayat sambil nepuk-nepuk pundak cakka.

--------misst3ri----------

"assalamu'alaikum..." salam via dan tian. Sepulang sekolah, seperti rencana mereka tadi, mereka akan berkunjung ke rumah ify. Dan saat itu mereka baru saja sampai di rumah ify. Kebetulan ada mamanya ify, tante sonia di depan rumah.

"wa'alaikum salam... Eh, ada tian sama via.. Masuk.. masuk..." sahut tante sonia

"iya tente..." sahut via dan tian sopan. Lalu mereka masuk ke dalam rumah bareng tante sonia.

"mau jenguk ify ya?"

"iya tante..."

"ya udah, ayo tante antar ke kamar ify..." kata tante sonia sambil terus berjalan mengantar mereka menuju kamar ify.

"emang ify sakit apa tan?" tanya via lagi. tapi tante sonia hanya tersenyum, tak menjawab. Via dan tian hanya bisa saling pandang dengan hati bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan ify ya? Mungkin itu benak mereka berdua sekarang.

Sesampainya di kamar ify, tante membukakan pintu kamar ify, dan tian dan via langsung terpejerat kaget melihat keadaan ify. Ify tampak terlelap dengan tenang di atas tempat tidurnya. Tapi, tangannya sudah tampak diperban rapat dengan gendongan agar tak terjadi banyak gerakan. Selain itu, hanya luka-luka kecil di beberapa bagian yang di plester, hasil karya pengobatan iel tadi malam.

"waduh, ifynya masih tidur... tadi habis dari RS dan minum obat, ify nya langsung tertidur..." kata tante sonia.

"gak papa tante, biarin aja ifynya istirahat..." kata via sambil menatap ify dengan penuh rasa iba.

"kasian banget ify.. emang kenapa bisa sampai kaya gini sih tante? Kemaren kayanya ify sehat-sehat aja..." kata tian.

"ify kemaren malam jatuh... Awalnya sih kayanya baik-baik aja. Cuma kaya keseleo dikit aja. Tapi pagi tadi, pas baru bangun tidur, ify sudah mengerang kesakitan sekali. Tangan kirinya itu tadi kelihatan bengkak dan biru banget. Ga bisa digerakin, kalau di paksa digerakin sedikit aja, katanya sakit banget. Terus dia juga agak demam. Mungkin efek dari infeksi luka dia itu juga. Jadi, pagi tadi om dan tante langsung dibawa ify ke RS, dan setelah di periksa, kata dokter persendian di tangannya aja agak geser... tapi sekarang udah gak papa kok, cuma untuk sementara tangannya harus diperban dan pake gendongan seperti itu..." terang tante sonia.

"jatuh dari mana sih tan?"

"dari atap rumah..."

"ya ampun.. Ngapain sih si ify di atas atap, benerin genteng ya?" sahut tian agak asal

"hehe.. Ya nggak lah... Katanya sih abis liat bintang... Itu.. di rum..." ucapan tante sonia terhenti seketika karena tiba-tiba mendengar suara rintihan ify yang rupanya tlah terbangun dari tidurnya. Sontak saja perhatian mereka semua tertuju ke ify. Tante sonia langsung mendekati ify.

"ify... Udah bangun sayang? gimana rasanya? masih sakit?" tanya tante sonia sambil mengusap kepala anaknya itu penuh perhatian.

"udah mendingan kok ma..." ucap ify. Saat dia sudah benar-benar membuka matanya, dia bisa melihat kedua temannya yang tersenyum ke arahnya.

"Via.. Tian..." lirih ify saat melihat via dan tian. Ify mencoba bangun untuk menegakkan badannya. Tapi dia langsung di tahan via yang segera mendekatinya.

"udah fy.. Loe baringan aja... jangan banyak gerak dulu..." tahan via lembut sambil kemudian duduk di samping ranjang ify itu.

"gak papa kok via..." lirih ify lemah sambil tetap menegakkan tubuhnya. Via pun membantunya untuk duduk dan sanderan dengan bantal di tempat tidurnya itu.

"kalau gitu tante ke dapur dulu ya... Kalian ngobrol-ngobrol aja dulu..." ucap tante sonia kemudian.

"iya tante..." sahut via tian ramah. Setelah tante sonia berlalu, via tian kembali menatap ify.

"loe kenapa sih fy? Ngapain pake manjat atap segala?! Jatoh kan jadinya..." omel via.

"iya nih ify... Syukur cuma persendian loe yang geser, coba kalau kepala loe yang bocor, berabe kan?!" omel tian juga. Ify hanya tersenyum kecut mendengar omelan kedua temannya itu.

"iya.. Iya... gue salah... Omelin aja terus..." sahut ify. Via dan tian jadi terdiam mendengar sahutan ify itu, lalu balik menatap ify lembut sekarang.

"kita kan cuma khawatir sama loe fy..." kata via sambil ngerangkul ify penuh kehangatan.

"iya fy, asal loe tau, kita kaget banget pas liat keadaan loe tadi..." sahut tian juga. Ify hanya tersenyum tipis mendengar ucapan kedua temannya itu.

"sori ya.. kalau gue bikin kalian khawatir..." lirih ify. Via dan tian langsung tersenyum manis ke arah ify.

"oiya, sila ga ikut?" tanya ify kemudian, baru tersadar kalau salah satu sahabatnya lagi itu tak ada di sana.

"ee... Iya, Sila ga bisa ikut... Dia di hukum nyokapnya, gara-gara kemaren fy..." sahut via.

"kemaren?" ify mengernyitkan keningnya, tak mengerti.

"iya fy... Loe tau sendirikan? beberapa minggu ini sila ga akur sama nyokapnya? Dan kemaren sila ketemu mamanya di mall, dan mamanya sila langsung marah karena sila ga izin dulu... Dan sekarang dia dihukum ga boleh kemana-mana selain ke sekolah..." jelas via lagi.

"gue jadi ga enak fy sama mamanya sila..." ucap via lagi. "gue sebagai sahabatnya, bukannya ngelarang dia, tapi malah ngedukung dia jalan-jalan tanpa izin... kalau gue tau, nyokap dia bakal marah-marah gitu, gue ga bakal biarin sila jalan-jalan bareng gue..." sambung via lagi dengan mimik sedih.

"udah.. Loe kan juga ga tau... Semua kan udah terjadi, mau gimana lagi sekarang? Loe jangan ngenyalahin diri loe gitu lagi ya... " kata ify sambil menggenggam hangat tangan via. Via mengangguk, lalu menyunggingkan senyum manisnya.

Lalu obrolan ringan pun terus bergulir di antara mereka bertiga. Sampai akhirnya, tante sonia datang sambil membawa minuman buat via tian, serta makan siang ify.

"nah, makan siang dulu ya sayang... Abis itu minum obat..." kata tante sonia sambil meletakkan secangkir air putih dan mangkok berisi bubur di meja dekat tempat tidur ify.

"yah, mah.. Kok bubur sih? emang orang sakit harus selalu makan bubur ya? Ify kan ga suka bubur..." protes ify.

"udah ga usah banyak protes.. Bubur itu gampang di cerna perut... Ayo aa...." sahut tante sonia sambil mulai nyodorin sesendok bubur. Ify menggeleng.

"ayo fy... kaya anak kecil aja loe! Ntar ga sembuh-sembuh lho..." rayu via juga. Akhirnya ify mau juga makan bubur buat makan siangnya itu. Setelah menghabiskan makan siangnya, ify lalu meminum obatnya.

"Ee... kayanya kita pamit sekarang aja deh..." ucap via kemudian.

"lho, udah mau pulang ya?"

"iya tante.. Biar ify nya bisa istirahat lagi juga..." jawab via.

"Ya udah kalau gitu.. Ayo tante antar sampai pintu depan..." kata tante sonia.

"fy... Istirahat yang bener ya... Cepet sembuh..." kata via sambil mengecup kening ify.

"cepet sembuh ya fy... Biar bisa cepet masuk sekolah lagi..." ucap tian juga sambil ngusap pelan kepala ify.

"iya, makasih juga ya udah jengukin gue..." ucap ify sambil tersenyum tulus ke arah via tian.

Lalu via menuju keluar kamar di ikuti tante sonia serta tian di belakangnya. Tapi sampai di ambang pintu, tian tiba-tiba berbalik. Dia memandang dalam ify. Memang sedari tadi, tian tak banyak bicara. Pikirannya agak terbelah karena ingat akan hal-hal yang ingin dia tanyakan ke ify. Tapi, melihat keadaan lemah ify sekarang, tian merasa tak tega harus merenteti ify dengan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang mungkin hanya perkiraan konyol dia yang mungkin nanti bakal membebani pikiran ify, bahkan bisa menyakiti hati ify karena tuduhannya yang mengada-ada. Padahal ify perlu ketenangan sekarang.

"tian? kenapa?" tegur ify yang heran melihat tian masih tak beranjak. Tian tersadar akan lamunannya. Lalu dia tersenyum tipis ke ify.

"gak papa kok fy, sekarang istirahat aja ya fy... Ntar besok gue kesini lagi..." kata tian sambil tersenyum tipis ke ify. Kemudian dia pun juga segera berlalu.

Beberapa saat setelah tian keluar dari kamar ify, datang iel yang datang dengan mengendap-ngendap sambil celingukan. Dan saat dia sudah masuk ke kamar ify, segera saja dia mengintip ke luar jendela. Beberapa saat kemudian, setelah terdengar suara mobil yang dijalankan dan berlalu dari depan rumah itu, iel langsung menutup gorden kamar ify, lalu dengan wajah lega dia duduk selonjoran, sanderan di samping tempat tidur ify.

"aduh... Hampir aja..." lirih iel sambil ngelus-ngelus dadanya. Ify yang masih heran dengan cara aneh iel masuk tadi, langsung mencolek bahu iel.

"kenapa yel?"

"hampir kepergok via tian gue kesini, syukur sempet ngumpet di dapur..." kata iel. Tapi tak lama kemudian, dia berbalik melihat ke arah ify. Dan ia sedikit tertengun begitu melihat tangan ify yang sudah di perban rapat dan menggunakan gendongan itu.

"tangan loe tambah parah ya? Kok bisa sampai kaya gini sih fy? Padahal malam tadi, kayanya cuma luka biasa aja kan? Jatoh lagi ya loe?" iel merenteti ify dengan pertanyaan-pertanyaan.

"ini efek jatoh yang kemaren.. Sakitnya baru kerasa pas gue bangun tidur pagi tadi... Sakit banget kalau digerakin... Kata dokter sih, persendiaanya rada geser... terus sempet agak demam juga tadi pagi. Tapi sekarang udah mendingan kok" terang ify.

“demam juga?” sontak Iel langsung menyentuh kening ify sesaat untuk memeriksa apa emang benar ify sudah tidak demam lagi. Tapi dengan cepat di tepis ify.

“udah gak panas lagi kok” kata ify. Iel mengangguk mengerti. Saat dia menyentuh kening ify tadi tampaknya memang sudah cukup normal. Lalu ia menatap ify dengan wajah sendunya.

"gue jadi makin merasa bersalah sama loe..." ucap iel kemudian.

"gak papa kok yel... beneran deh, sekarang udah mendingan kok..." sahut ify sambil tersenyum tipis pada iel.

"sori ya fy..." ucap iel lagi masih dengan wajah sendunya. Ify hanya kembali tersenyum melihat itu.

"udah lah yel... Loe dari malam tadi udah puluhan kali minta maaf... masih banyak ya punya stok maafnya?" ucap ify. Iel disahutin gitu jadi senyum gaje.

"hehe... tapi loe beneran udah gak papa kan?" tanya iel lagi.

"iya..." sahut ify lemah sambil membenarkan posisi rebahannya.

"ya syukur deh..." ucap iel sambil kembali menyadarkan dirinya di samping tempat tidur ify.

"asal loe tau fy... Si sion udah negative-negatif aja pikirannya... Hehe..." cerita iel sambil iseng-iseng buka-buka majalah-majalah ify yang di tumpuk tak jauh dari sana.

"masa dia bilang gue nyiksa loe, makanya loe ga masuk sekolah hari ini gara-gara sakit abis gue gebukin... Dia pikir gue yang kaya majikan-majikan TKI di luar negeri apa?!" sambung iel lagi

"dasar asal banget dah tuh anak... tapi udah gue jetok pake bola basket tadi! semoga aja rada bener otak tuh anak sekarang... Hehe... Kali aja bisa kaya loe fy, sering gue getok, malah makin pinter.. Hehe... Iya kan fy?" kata iel lagi. Tak ada terdengar suara sahutan ify.

"fy??" iel berbalik ke arah ify.

"yah... Dia malah tidur.. gue udah cape-cape cerita juga!" omel iel ketika dia mendapati ify sudah terlelap.

"kalau gitu gue pulang aja deh..." Iel lalu berdiri, mau pulang.

Sebelum melangkah ke luar kamar, iel kembali menatap wajah terlelap ify itu. Perlahan dia mendekati ify, dan menyelimuti ify dengan selimutnya. Tak sadar tangannya bergerak, mengusap kening dan merapikan rambut ify yang berantakan itu dengan lembut. Dia tersenyum simpul menatap wajah yang terlelap penuh kedamaian itu, kedamaian yang bahkan membuat hatinya sekarang jadi ikut merasakan angin kesejukan itu.

"cepet sembuh ya fy..." bisik iel tepat di samping telinga ify, sebelum dirinya kemudian melangkah berlalu untuk pulang.

-------------misst3ri---------------

Sabtu sore itu, seperti janji dayat, anak-anak sanggar serta cakka dkk sudah berkumpul di sanggar angkasa...

"gue dukung ide loe coy, 1000%...!!" kata patton penuh semangat setelah mendengar rencana cakka.

"kalau perlu hasil ngamen gue, semua buat dava, gue rela..." kata patton lagi.

"hasil nyemir gue juga.." sambung emil juga.

"kita juga bakal ngamen..." ujar riko juga. Disambung dukungan anak-anak lainnya.

"eh, tapi kalau cuma gitu, sampai kapan baru nyampe?" celetuk sion yang sontak membuat anak-anak terdiam.

"iya ya.. kalau cuma dari hasil ngamen, nyemir, jual koran... Itu sih ga seberapa.. Kita harus cari lebih ekstra lagi..." kata abner. anak-anak kemudian jadi kembali berpikir, memutar otak. tiba-tiba, dayat berteriak....

"gue ada ide!" teriak dayat

"apaan yat?"

"sini! Kumpul semua... gue kasih tau...." ujar dayat. anak-anak segera mendekati dayat dan bergerumbul membuat lingkaran kecil. Dayat segera memaparkan rencananya. setelah beberapa saat kemudian...

"wah.. Sip.. gue setuju!" kata cakka

"iya, semoga dengan cara ini kita bisa lebih maksimal ngedapetin uangnya...." ujar zahra juga yang kemudian di amini anak-anak lainnya.

"oke hari minggu besok, kita mulai misi kita... besok jam 7 pagi, kita ngumpul disini.. Oke?" kata dayat kemudian. anak-anak mengangguk setuju.

-----------misst3ri-------------

Malam itu obiet terbangun dari tidurnya. Suasana malam terasa begitu sunyi. Hanya dengkuran pelan dari debo yang tertidur pulas di ranjang atas yang terdengar mengisi keheningan malam itu. Obiet bangkit dari pembaringannya dan menatap jam dinding yang tergantung tepat di hadapan tempat tidurnya itu. Jam 2 pagi. Dia tiba-tiba merasa kebelakang. Lalu dengan perlahan obiet berdiri dan berjalan ke luar kamar. Dia membuka pintu kamar dengan perlahan agar tak mengganggu teman-temannya yang terlelap.

Saat obiet telah kembali dari toilet dan menuju kembali ke kamarnya. Samar-samar dia mendengar suara dari kamar depan. Itu kamar bu panti. pelan-pelan obiet mendekat, mencoba mengetahui apa yang terjadi di dalam. Dari dalam terdengar suara yang sarat kekhawatiran.

"bunda gak papa?" kata mbak. Tak ada sahutan. yang terdengar hanya rintihan kecil.

"seharusnya ibu nurutin kata dokter" kata mbak dengan nada sangat khawatir.

"nggak... Ibu udah gak papa kok..." lirih bu panti lemah.

"ibu terlalu menyepelekan penyakit sih... Ibu seharusnya menyetujui saja anjuran dokter kemaren buat operasi... kalau soal biaya kan, saya juga bisa mengusahakannya..."

"ibu ga mau nyusahin kalian.. Ibu juga ga mau bikin anak-anak khawatir..."

"kalau ibu tetap begini malah membuat orang khawatir bu..."

Obiet mendengarkan pembicaraan itu dengan hati yang berdegup kencang. Pikirannya berkecamuk tak karuan. Tiba-tiba di tengah ketegangannya, seseorang menepuk pundaknya.

"hei biet! Ngapain kamu?" tegur seseorang tiba-tiba. Obiet terkejut dan seketika langsung menoleh. Segera saja dia menarik orang itu menjauh dan membawanya ke dapur.

"kenapa sih biet?" tanya orang itu. Obiet menyandarkan dirinya di dinding dapur itu. Matanya bergerak kemana-mana, tak fokus.

"yang gue perkirain kayanya bener mi... gue tau, perasaan khawatir gue ga salah.." lirih obiet. Orang itu adalah rahmi. Rahmi menatap penuh rasa heran ke obiet.

"apanya yang bener sih biet? gue ga ngerti..." tanya rahmi.

"bunda mi... Bunda beneran sedang sakit parah..."

--------------BERSAMBUNG (3am)----------------

0 komentar: