This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 33: Lubang dalam Rahasia

Lanjutan dari PROMISE Part 32: Sebuah Penghalang. Baca juga Promise Part 1: Awal untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.

NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)

.

PROMISE - Part 33: Lubang dalam Rahasia

------------------------------

"pagi..." sapa ify ramah pada seorang teman sekelasnya yang sedang menyapu, menjalankan tugas piketnya pagi itu. Anak itu tampak sedikit kaget disapa ify, orang yang selama ini dikenal sebagai orang yang agak jarang berinteraksi dengan teman-teman yang lain diluar gank gaul.

"eh.. pagi juga fy... Pagi banget datangnya fy?" jawab anak itu agak kikuk sambil membalas senyum ify. Ify tak menjawabnya dan hanya membalasnya dengan seulas senyum tipis di bibirnya, lalu melangkah memasuki kelasnya.

Ify memang datang sangat pagi hari itu. Kelas masih tampak begitu lenggang dan sepi. Hanya terdengar suara 2-3 orang teman sekelasnya yang kebetulan sedang piket, sibuk merapikan dan membereskan kelas mereka. Ify mengedarkan pandangannya ke arah bagian belakang kelas. Tak ada satupun tas tergeletak di meja-kursi yang ada di deretan belakang kelas itu, menandakan belum datangnya sang penghuni meja-meja itu. Ia menghela nafasnya. Orang yang diharapkannya telah hadir pagi itu, sepertinya belum datang. Tampaknya dia benar-benar datang terlalu pagi sepertinya. Tapi tak apalah. Karena sebuah janjilah, yang membuatnya begitu bersemangat datang sangat pagi di hari itu. Sebuah janji, yang tak lain adalah janjinya dengan iel untuk menuntaskan perjanjian mereka yang malam tadi sempat tertunda karena keabsenan iel. Dan jika diminta menunggu sebentar, itu tak akan mengurangi semangatnya itu sedikit pun.

Setelah meletakkan tasnya, dia lalu melangkahkan kakinya menuju perpustakaan sekolah. Tadi malam dia sudah SMS iel agar datang lebih pagi. Dan tempat yang dia janjikan ke iel untuk bertemu adalah tempat mangkal mereka selama ini, bagian terpojok ruang perpustakaan. Sesampainya dia di perpus, perpus juga masih tampak sepi. Syukurlah bu jihan, pustakawan di perpus itu sudah datang dan sudah memulai aktivitasnya. Setelah menyapa ramah kepada bu jihan, ify lalu mengambil sebuah buku di sebuah rak untuk dijadikan sekedar teman pengisi waktunya, kemudian ia segera menuju bagian pojok perpus itu dan duduk menunggu disana.

Waktu terus bergulir, detik demi detik, menit demi menit. Sudah lumayan lama dia menunggu. Di perpus kini sudah lumayan banyak anak-anak lain yang berkunjung, tapi tak ada satupun dari mereka adalah orang yang diharapkan ify memunculkan wajahnya di perpus itu sekarang. Iel belum juga menampakan batang hidungnya. Ify sudah berkali-kali melirik jam tangan yang melingkar ditangannya itu. Dia sudah mulai gelisah, sambil sesekali menengok ke arah pintu perpus. Jam masuk sudah akan berbunyi beberapa menit lagi. Dan ify sepertinya mulai kehabisan kesabarannya.

'Kemana ya iel??' benak ify sambil terus melirik ke arah pintu perpus. Lalu ify mencoba mengontak HP iel.

Tuttt... Tuttt... Tuttt...

Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar area.... Ify benar-benar bingung. 'Aduh... Kemana lagi tuh anak, mana gue ga tau no telepon rumah dia lagi... Jangan-jangan mau ngerjain gue lagi nih!'

Tettt... Tett... Bel tanda masuk sudah berbunyi nyaring. Langsung saja terdengar suara ramai anak-anak yang berjalan menelusuri koridor menuju kelas masing-masing untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Begitu juga anak-anak yang ada di perpus sekolah saat itu, tanpa di komandoi, satu per satu keluar dari perpus. Ify pun akhirnya mau tak mau harus turut keluar perpus, dan segera menuju ke kelasnya. Di tengah perjalanannya ke kelas, tiba-tiba ada seorang adik kelasnya yang menegurnya.

"kak ify, kakak kelas 9A kan?" tanya anak itu sopan.

"iya olivia... Kenapa?" tanya ify

"ini tadi ada yang nitip surat izin..." kata anak yang dipanggil oliv itu sambil menyerahkan sepucuk surat kepada ify.

"oh... Makasih ya..." sahut ify. Lalu ify memeriksa surat itu, dan membaca isi surat izin tersebut. Disana tertulis...

Memberitahukan bahwa anak kami, Gabriel Stevent Damanik, Kelas 9 A, tidak bisa mengikuti pelajaran pada hari ini dikerenakan...........

---------------misst3ri----------------

"sayang... Cepet dong obatnya diminum... Susah banget kamu..."

Saat itu iel sedang terbaring lemes di kamar tidurnya. Selimut tebal menyelimuti sebagian tubuhnya. Disampingnya mamanya tengah membereskan mangkok bubur bekas sarapan paginya iel. Iel sekarang ternyata sedang terkena efek hujan-hujanan malam sebelumnya. Penyakit rutin iel setiap sehabis hujan-hujanan di tengah hujan deras. Flu, demam, pusing, dkk langsung bertamu di badan iel tanpa permisi, tanpa peke ketok pintu, apalagi pake bawa oleh-oleh martabak segala. Jangan harap.. Hehe...

"iya ma ntar..." sahut iel kepada mamanya yang menyodorkan setablet obat dan segelas air putih ke arahnya.

"kamu itu nanti nanti.. Ntar ujung-ujungnya ga diminum... Ayo di minum sekarang...." desak mamanya lagi.

"iya.. Iya mamaku yang cantik...." sahut iel lagi, lalu menyambut obat yang di sodorkan mamanya itu, lalu dengan sekali tegukkan bersama air putih yang di minumnya, obat itu langsung meluncur melewati tenggorokan iel, dan siap untuk bertempur mengusir virus-virus pengganggu itu.

"ma... Iel ke sekolah aja ya..." kata iel kemudian setelah selesai meminum obatnya itu. Mama iel mendengar permintaan anaknya itu, hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"kamu itu lagi sakit, badan masih panas gitu juga, mama tadi sudah nyuruh pak asdi ngantar surat izin ke sekolah kamu. Emang ada apa sih maksa mau ke sekolah?" sahut mamanya iel.

"adalah pokoknya, iel udah ada janji sama temen..." sahut iel seadanya sambil membuka selimutnya dan bersiap mau bangun. Walau kepalanya masih pusing, tapi dia tetap memaksa untuk bangun.

"eh.. Nggak... Nggak.. Mama gak izinin kamu.... Muka masih pucet gitu juga... Lagian nanti kan bisa... Temen kamu pasti bisa ngerti... Sekarang kamu istirahat aja dulu..." sahut mama iel sambil menyuruh anaknya itu kembali berbaring lagi di atas tempat tidurnya. Ditahan seperti itu, iel akhirnya kembali duduk di tempat tidurnya itu.

"yah.. Iel kan udah ngingkarin janji dari tadi malem, mama sih nyuruh iel ikut makan malam bersama segala, iel jadi telatkan tadi malem..." protes iel.

"emang ada janji apaan sih? Penting banget kayaknya?" tanya mama iel.

"iya mah... Penting banget! Iel ga enak sama dia kalau di undur-undur kaya gini mulu..." sahut iel lagi. Mama iel kembali tersenyum simpul dan memandang lekat anaknya yang terlihat tampak kekeh banget pengen masuk sekolah.

"janji sama ify ya?" tembak mama iel langsung. Mendengar nama ify di sebut, iel langsung tersontak kaget, lalu menatap mamanya dengan wajah heran.

"kok tau?"

"ya tau lah.... Mama kan udah denger banyak cerita dari bi asri... Akhir-akhir ini kamu deket sama diakan? Sampai-sampai dulu katanya waktu kamu sakit kaya gini, ify yang ngerawat kamu... Hayo ngaku... Ada apaan kamu sama ify??" goda mama iel.

"eh.. Oh.. Itu anu..." iel jadi agak gelabakan juga langsung di serang gitu, "Ah, mama apaan sih?! Iel sama ify itukan cuma temen sekelas biasa ma..." sambung iel lagi. Melihat tingkah anaknya itu, mama iel kembali tersenyum simpul, lalu mengusap kepala lembut kepala putranya itu.

"iya... Iya... Mama percaya... Udah.. Kamu hubungi dia aja, dia pasti ngerti kok kalau tau keadaan kamu sekarang... Sekarang kamu istirahat ya... Biar cepet sehat!" kata mama iel kemudian bangkit berdiri sambil membawa mangkok dan gelas bekas sarapan iel. Iel langsung menghela nafas lega, mamanya ga meneruskan pertanyaan-pertanyaan menggoda yang bisa menyudutkan dan membuat dirinya salah tingkah itu. Lalu dia hanya diam ketika mamanya mulai meninggalkan kamarnya itu. Tapi dia jadi teringat sesuatu hal.

"eh, ma..! Liat HP iel ga?" teriak iel memanggil mamanya. Mama iel yang baru saja mau menutup pintu kamar iel, kembali berbalik menoleh.

"oh HP kamu, itu di ruang tamu. Kamu itu ngeletakin Hp kok sembarangan! Masa diletakin di sela-sela sofa? Syukur bi asri ngeliat tadi pagi" jawab mama iel.

"oh, pantes ga ada di cariin malem tadi... Iel ga sembarangan kali ma ngeletakinnya, ga sengaja jatoh aja ma..." sahut iel sambil membela diri. Lalu dia segera bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan menuju keluar kamar.

"eh, kamu mau kemana? Ga mau pergi sekolah kan? Udah jam 7 lewat lho sekarang..." tegur mamanya khawatir iel beneran mau pergi sekolah.

"enggaklah ma... Iel cuma mau ngambil HP kok..."

"ohh.. Kirain... Itu HPnya tadi diletakin bi asti di samping TV..." kata mama iel, lalu kembali melangkah ke arah dapur. Iel sendiri kemudian langsung menuju ruang keluarga untuk mengambil HPnya.

Setelah memperoleh kembali HP nya dan mengeceknya, ternyata HPnya itu sudah tak aktif lagi, alias mati. Tampaknya battery HPnya habis. Iel pun segera kembali ke kamarnya dan segera menyambung HPnya ke listrik untuk mengisi kembali battery yang membuat HPnya 'mati suri' itu. Setelah energi listrik telah mengalir ke battery Hpnya, iel lalu menekan tombol on pada HPnya untuk mengaktifkannya. Ternyata sudah ada beberapa SMS masuk yang belum dibuka dan beberapa panggilan yang tak terjawab. 5 panggilan tak terjawab plus 9 SMS, dan semuanya dari ify. Iel langsung menepuk jidatnya.

"ya ampun... Dasar bego banget loe yel! Pasti ify marah nih sama gue..." omel iel pada dirinya sendiri. Iel membaca satu per satu isi SMS ify itu.

============

08:05 PM

From ify:

Yel... Udah belom?? Masih lama ya??

=============

08:08 PM

From ify:

Iyel!! Udah jam 8 lewat nih... Tamunya belum pulang ya??

=============

08:15 PM

From ify:

Mau hujan nih yel.... Buruan....

===============

08:19 pm

From ify:

Gabriel stevent damanik!!! Jadi ga sih??!!

==========

08:23 pm

From ify:

Ga bisa ditinggalin ya yel acaranya?? Gw pulang ya...

===============

08:31 pm

From ify:

Gw udah pulang.. Loe lama bgt sih.. Mau hujan pula.. Besok aja ya... :)

=============

08:42 pm

From ify:

Busyed dah ni anak... Ga di bales2... Pulsanya abis ya??

Ya udah... Besok pagi2 gw tunggu di perpus, tempat biasa.. Inget, pagi2! Jgn molor... Oke boy??

============

06:33 am

From ify:

Yel... Kl udah sampe sklh, lgsg ke perpus! Gw udah nunggu di perpus nih...

==============

06:49 am

From ify:

Gabriel!! Udah berangkat sekolah blm sih loe? Udah lumutan nih gw.. :(

=================

Membaca rentetan SMS dari ify itu, iel jadi melongo dan garuk-garu kepala sendiri tanpa sadar. Dia jadi ga bisa membayangkan betapa kesalnya ify malam sebelumnya menunggunya. Mana SMSnya gak dibalas-balas lagi. Dan ternyata ify meminta dia untuk menemuinya pagi itu di perpus, dan dia kembali tak bisa memenuhinya lagi. Lengkap sudah semuanya. Ify pasti bakal kesel luar biasa dengannya. Dan akhirnya, dengan hati yang sudah dipenuhi rasa bersalahnya itu, lalu dia segera nulis SMS ke ify.

=============

07:13 am

To: Ify

Fy... Sorrrrriiii bgt... Telpon dan SMS lo ga djwb malem td..

HP gw tadi malem ga sengaja nyelip trus mati keabisan batrai. Baru ketemu pagi ini. Malem tadi gw ke taman jg, tp lo udah pulang, mau gw susul ke rmh loe, tiba2 ujan.. Trus hari ini gw ga bisa msk sklh lg.. :(

Sori bgt ya.. Siang nanti deh gue janji.. :DD

===============

07.15 am

From: Ify

Gak papa kok.. Tp, Siang ini gue ada les... Bsk aja gak papa kok... Lo skrg istirahat aja, cepet sembuh ya... :)

==============

07.17 am

To: ify

Oke kl gitu... Thx bgt ya fy... See u tomorrow... :)

============

Setelah saling kirim SMS dengan ify dan ify tampak edem ayem tanpa omel-omelan, iel jadi bisa bernafas lega. Dia berjanji, dia bakal secepatnya kelarin semuanya! Semoga ga akan ada lagi penghalang... Semoga...

-------------misst3ri--------------

Bel istirahat baru saja berbunyi beberapa saat yang lalu. Kelas tampak sedikit lengang karena ditinggal penghuninya kerena memilih menikmati waktu istirahatnya di luar kelas. Tetapi tampaknya obiet tak berniat meninggalkan bangkunya. Pikirannya yang masih di bebani masalah rahasia sang bunda, membuatnya malas untuk mengikuti ajakan debo dan irsyad untuk pergi ke kantin tadi, dan ia lebih memilih untuk duduk menyendiri di kelasnya itu. Di tengah kesendiriannya itu, tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya.

"obiet!"

Obiet langsung menoleh ke sumber suara panggilan itu. Tampak di depan pintu kelasnya ada rahmi dan angel. Obiet tersenyum tipis saat angel melambaikan tangannya ke arahnya, lalu ia segera menjumpai keduanya.

"kenapa gel? Mi?" tanya obiet sat telah berada di dekat rahmi angel.

"sekarang loe ikut gue!" sahut angel cepat sambil narik lengan obiet dan membawanya menjauh meninggalakan kelas.

"mau kemana sih gel?" tanya obiet. Tapi angel tak menjawab. Rahmi yang kemudian ditanya obiet pun, hanya menggeleng, tak mengerti. Lalu mereka hanya diam, mengikuti Angel yang membawa mereka menuju taman sekolah. Sesampainya di taman yang agak sepi, angel lalu berhenti dan menatap mereka berdua tajam.

"kenapa kalian ga pernah bilang kalau bunda sakit sekarang?!" serobot angel langsung. Obiet dan rahmi tampak kaget karena angel tiba-tiba bisa tau masalah yang mereka rahasiankan itu.

"kita..." belum sempat obiet dan rahmi menyahut, angel sudah menyambung kalimatnya lagi.

"gue kan juga nganggep bunda sebagai bunda gue biet, mi.. Gue juga ga mau bunda kenapa-napa..." kata angel lagi. Mendengar itu semua, obiet dan rahmi hanya bisa saling pandang dan menatap angel dengan pandangan sendu.

"dan kalian itu saudara gue... Dan apa yang jadi masalah kalian, itu juga jadi masalah gue..." lirih angel kemudian.

"sori gel... Kita cuma ga mau bikin loe ikut panik juga..." sahut rahmi akhirnya.

"lagipula, kita juga ga tau mau ngapain gel... bunda selalu nunjukin kalau dia baik-baik aja... Bahkan akhir-akhir ini bunda itu seperti menghindar dari kita... Gimana kita bisa bantu kalau ga tau apa yang sebenarnya dialamin sama bunda..." terang obiet kemudian. Angel diam memandang keduanya. Begitu pula dengan obiet dan rahmi, yang hanya mampu menunduk, tak tau lagi harus berbuat apa. Angel terliat sedang memutar otaknya. Dia merasa, dia harus bisa berbuat sesuatu demi sang bunda dan teman-temannya. Dia tak bisa tinggal diam begitu saja. Tapi tak lama kemudian terpancar sinar keyakinan dari mata Angel.

"kalau bunda ga mau ngasih tau langsung sama kita, berarti kita harus cari tau sendiri..." katanya kemudian. Obiet dan rahmi mengernyitkan keningnya dan kembali saling pandang. Lalu mereka kembali memandang angel dengan pandangan bingung.

"gimana caranya gel??" tanya rahmi. Angel hanya tersenyum penuh misteri.

-------------misst3ri-----------

Di tempat lain... Jam istirahat itu, cakka, riko, sion, dayat, dan irsyad kumpul di kantin. Bisa dilihat dari paras wajah mereka, mereka tampak serius membicarakan sesuatu.

"kalau kita ikut lomba itu, kita mau nampilin apa?" kata irsyad sambil nyerumput es teh dari gelas yang ada di depannya.

"apa ya? Anggota sanggar kan ga banyak yang bener-bener nguasai alat musik. Mana om tio lagi tugas di luar kota... Ga ada yang bisa koordinir kita sekarang..." sahut dayat lemah. Dia masih agak ragu juga dengan kepercayaan yang diberikan om tio ke dia.

"tapi cuma ini jalan satu-satunya biar kita bisa dapet duit banyak. Hadiah utamanya 10 juta lho. Kita bisa bantu dava buat bikinin dia kaki palsu" sahut irsyad lagi.

"tapi gimana?? Loe punya ide ga cakk??" tanya dayat ke cakka yang dari tadi diam aja sambil ngemil sebungkus snack ditangannya.

"hmm.... Gimana ya?" gumam cakka. Dia tampak mikir sambil ngelus-ngelus dagunya laga seperti orang dewasa yang udah berjanggut, padahal sehelaipun belum ada yang tumbuh di dagunya. Matanya terus menerawang lurus kedepan, mencoba meraba-raba alam pikirannya, mencari sebuah ilham yang cemerlang.

"gimana kalau paduan suara?" usul riko.

"nggak... Suara anak-anak ga terlalu bisa diandelin.." sanggah dayat.

"kalau ngeband?" usul sion.

"nggak ah... Udah biasa..." kali ini cakka yang menyanggah. Irsyad langsung melenguh, putus asa.

"yah.. Kalo gitu apaan donk..." protes irsyad. Semua putar otak lagi. Semua tampak benar-benar serius memutar otak mereka sampai batas maksimum. Dan sepertinya, otak salah satu dari mereka menemukan ide yang di cari-cari itu.

"gimana kalau nyuguhin kalaborasi musik" usul dayat kemudian.

"maksudnya? Jelasin yat..." sahut cakka.

"kita perpaduin antara musik modern, sama tradisional... Ntar kalo ditambah ada yang nyanyi-nyanyi gitu bagus tuh..." terang dayat.

"modern kaya gitar, bass, drum semua ada di sanggar. Tradisionalnya kita pake alat musik perkusi..." sambungnya lagi.

"gue doank dong yang ngehendel perkusi? Palingan si ray yang bisa nemenin gue..." sahut irsyad.

"bener juga tuh... Ditambah lagi, masa cuma gendang? Tradisionalnya masih kurang banyak" kritik riko juga.

"aha!! Kita ajak obiet sama debo aja! Mereka bisa main angklung sama suling sunda kan?" celetuk irsyad tiba-tiba.

"eh, betul tuh... Oiya, debo obiet bukannya tadi kamu ajakin ke kantin juga syad?" tanya dayat.

"obiet ga mau... Kalo debo, pas gue ajakin ke kantin, malah ngacir ikutan main bola pas liat anak-anak seru main bola di lapangan..." sahut irsyad.

"gitu ya? Ntar deh kalau gitu di kelas..."

"trus aransemen musiknya gimana? Masa mau main asal gitu aja... Ga bakal dapet harmonisasinya.. Bakal ditimpukin pake sendal ntar kalian..." argument sion yang sukses bikin anak-anak bengong, pada nguras otak lagi buat mikir.

"eee....." semua langsung mikir.

"wah susah tuh... Om tio emang lama ya baru balik?" ucap irsyad pada akhirnya. Otaknya udah nyerah, mentok, ga bisa ngeluarin ide lagi.

"iya, bulan depan baru balik..." sahut dayat.

"lombanya kapan?" tanya sion.

"1 bulan lagi kan..." sahut cakka.

"yah, keburu lomba donk kalau gitu..."

"eh tuh ada obiet... OBIET!!" panggil irsyad. Obiet yang baru aja balik dari taman dan melewati kantin, langsung menoleh ke arah irsyad dkk saat dipanggil. Obiet lalu mendekati mereka semua.

"kenapa?" tanya obiet.

"duduk dulu sini biet..." ajak cakka sambil mempersilakan obiet duduk di sampingnya.

"jadi gini, kita mau ada rencana, loe tau kan masalah dava?" dayat mulai menjelaskan permasalahan mereka.

"oh iya, temen kalian yang kecelakaan kemaren kan? Gimana keadaannya sekarang?"

"dia udah baikan dan sudah di bawa pulang minggu lalu. Emm... Kita mau nyari uang buat bantu dia biar dia bisa punya kaki palsu, loe mau bantu kita kan?" kata dayat lagi.

"pasti gue bantu, tapi bantu apa? gue juga ga punya uang..."

"enggak kok... Kita ga mau minta sumbangan sama loe kok..." sanggah cakka cepat. "Kita cuma mau loe bantu kita dengan bakat musik loe..." sambung cakka lagi.

"maksudnya? gue masih ga ngerti..."

"jadi gini, kita mau ikut lomba ini..." kata dayat sambil nunjukin brosur lomba itu. Obiet pun membaca brosur itu sekilas.

"kita punya rencana buat nunjukin pergelaran musik dengan nuansa nusantara. Kita paduin antara musik modern dan tradisional Indonesia. Sekarang kita lagi butuhin orang yang bisa mainin alat musik tradisional, dan loe kalau ga salah pinter main angklung kan? Debo juga bisa main suling sunda gitu kan? Dan di panti kalian punya alat musiknya kan? Nah, sekarang loe mau bantu kita ga?" tawar dayat lagi.

"ee... Gimana ya?? Gue juga ga jago-jago amat..."

"kita masih bisa latihan sama-sama, ayo biet bantu kita, please..." rayu cakka lagi.

"ayolah biet... Buat apa bakat musik loe di pendam terus..." rayu irsyad juga.

"oke deh, gue bantu kalian... ntar gue bicarain sama debo juga..." akhirnya obiet luluh juga.

"makasih banget biet..."

"oke kalau gitu, ntar besok kita kumpul di sanggar, dan kita bicarain konsepnya lebih matang sama-sama, oke?" kata dayat kemudian mengkoordinir teman-temannya.

"oke.. setuju..." sahut anak-anak yang lainnya.

--------------misst3ri--------------

Suara ribut anak-anak yang mulai berberes dan kemudian berhamburan keluar kelas, memenuhi ruang kelas. Tampak seorang gadis buru-buru memberekan tasnya, lalu segera bangkit dari kursinya.

"eh, gue pulang duluan ya... Gue ga mau kuping gue panas diomelin nyokap gue gara-gara gue kelamaan baru keluar... dahh..." kata sila ke tian, via dan ify yang nampak masih asyik ngobrol sambil membereskan buku-buku dan alat tulis mereka.

"oh iya sil, dahh sila..." sahut via, dkk.

Sila bergegas keluar kelasnya, menusuri lorong-lorong sekolah. Di depannya, dia melihat banyak anak-anak yang menggerumbungi mading sekolah. Tapi nyokapnya yang bakal cerewetin dia lebih penting di kepalanya di banding buat mengetahui info yang belum tentu penting buatnya itu. Tapi sila sontak berhenti ketika seorang anak cowo yang melintas di depannya menegurnya.

"wah, ada kemajuan nih gank gaul, kalian udah bisa damai sil sama iel dkk?? Bisa keliatan mesra banget lagi..." tegur anak itu. Sila reflek stop, dan melotot ke arah anak itu.

"eh!! Apa maksud loe??" bentak sila

"liat aja sendiri tuh di mading..." sahut anak itu. Karena penasaran dengan ucapan anak tadi, Sila akhirnya mau menerobos kerumunan itu untuk melihat apa sebenarnya isi mading itu. Anak-anak disekitarnya banyak yang bisik-bisik. Betapa terkejutnya dia, melihat apa yang sudah terpampang jelas di sana. Sebuah karton menempel disana, telah ditempeli beberapa foto dengan wajah yang sudah tak asing lagi. Dibagian atas karton itu ada sebuah tulisan besar.

GOOD NEWS: GANK GAUL TERNYATA GA SE-EKSLUSIVE SEPERTI YANG SERING DIKOAR-KOAR KAN MEREKA LAGI

Dibawahnya ada tulisan lagi.

Kalau selama ini kita tau sila dan teman-temannya selalu koar-koar Kalau anak-anak gank gaul ga mau bergaul dengan anak-anak yang sering dibilang anak rendahan seperti dayat dan zahra, serta ga pernah akur dengan iel dkk, sebagai musuh abadi mereka, sekarang mereka sudah mau menurunkan level mereka untuk bisa bergaul dengan mereka semua. Foto-foto di bawah ini sebagai bukti itu semua!!!

Sila bagai terserang petir di siang bolong saat melihat itu semua. Dia tampak sangat kaget dan tak percaya dengan kenyataan yang sedang dia liat saat itu. Tapi, kesadarannya segera saja kembali. Dengan cepat, sila langsung mencopot semua foto-foto itu dari mading. Saat dia berbalik, dia telah di serbu tatapan-tatapan aneh dari anak-anak lain sedang berada di sekitar sana. Beberapa tampak berbisik-bisik sambil melirik ke arah sila dengan agak meremehkan.

"sudah semua bubar!! Ini semua rekayasa!! Genk gaul ga mungkin akan sudi sepertt ini!! Apalagi sama mau damai sama iel dkk? Ga bakal!!" teriak sila ke anak-anak yang ada disana.

"foto udah jelas gitu juga, masih nyangkal loe..." sahut seorang anak.

"diam loe!!!" bentak sila lagi.

"awas kalau ada yang berani bilang gitu lagi!" ancamnya.

HUUU.... Sorak anak-anak lainnya. Sila lalu pergi dengan muka yang sudah penuh amarah, kembali berbalik menuju kelasnya, mendatangi orang yang sudah membuat coreng besar di wajahnya kini. Sesampai di kelas, sila membuka pintu kelas dengan kasar. Disana masih tampak beberapa anak lain selain via, ify dan tian.

"keluar kalian! Cepet!" perintah sila ke beberapa anak yang masih tersisa itu. Anak-anak itu lalu segera mengikuti perintah sila. Lalu sila menatap dengan penuh amarah ke arah teman-temannya yang masih ada di kelas itu.

"ada apa sih sil?? Kok balik lagi???" tanya via

"loe kenapa sil?? Datang-datang langsung mencak-mencak gitu??" tanya tian juga

"kenapa sil?? loe gak papa kan sil??" tanya ify kemudian. Alih-alih menyahuti perkataan temen-temennya, Sila langsung mendekati ify, lalu...

PLAKK!!

Bukanlah sebuah jawaban yang didapat oleh ify, tapi tamparan yang mendarat sangat keras di pipinya. Via dan tian tampak kaget melihat perlakuan sila itu. Ify yang kaget, memandang sila nanar, tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"loe yang harusnya gue tanya kenapa!!! Dasar penghianat!!" teriak sila ke ify.

Sila melemparkan foto-foto yang terpampang di mading tadi tepat ke wajah ify, kemudian langsung berhamburan di atas pangkuan ify dan jatuh ke lantai. Via yang duduk disamping ify, mengambil salah satu foto tersebut. Begitu pula ify. Betapa terperjerat ify ketika melihat foto-foto itu. Itu adalah foto-foto dirinya saat minta maaf dengan dayat dulu dan foto-fotonya bersama iel.

"sejak kapan loe bergaul sama orang pecundang kaya mereka?!!" bentak sila ke ify.

"dan ngapain loe sama iel mesra-mesraan gitu??! Pacaran loe?!!" sila terus meneriakkan kata-kata menyudutkannya itu.

"Gue bisa jelasin semuanya sil!!" sanggah ify.

"ga ada yang perlu loe jelasin, itu semua udah lebih dari jelas!!" bentak sila lagi.

"tapi ini semua ga kaya yang loe pikirin, gue ga ada apa-apa sama iel, dayat dan zahra..." bela ify

"alahh... Bullshit loe!!" bentak sila lagi. Ify mengalihkan pandangannya ke via yang ada di sampingnya.

"via, loe percaya gue kan?? gue ga ada apa-apa sama iel..." lirih ify ke via yang dari tadi hanya menunduk diam memandangi foto-foto ify bersama iel tersebut.

"via..." tegur ify lagi. Via memandang ke arah ify dengan sorot mata yang begitu tajam. Sekarang mukanya sudah merah, menahan emosi.

PLAKK!!

Sebuah tamparan keras kembali mendarat di pipi ify.

"Tega loe fy, nusuk gue dari belakang!! ga usah ngomong lagi sama gue!! Gue ga mau ngomong lagi sama orang bermuka dua kaya loe!!" bentak via.

"percaya sama gue vi, please... please..." lirih ify sambil memegang pipinya yang memerah akibat tamparan kedua temannya. Mata ify sudah mulai berkaca-kaca.

"udah lah, vi, kita ga usah ngeladenin penghianat dan pembohong besar kaya dia!" kata sila sambil menarik via untuk segera pergi keluar kelas.

"Via... Sila... dengerin gue dulu..." kata ify sambil ngejar via dan sila. Dia berhasil menggapai tangan sila. Tapi dengan kasar sila langsung mendorong ify. Ify terjerembab jatuh ke lantai dan menghantam meja yanga ada di dekatnya. Dia langsung mengaduh kesakitan, sambil memegangi tangannya yang tadi menghantam keras meja itu. Apalagi itu tangan yang sempat cedera beberapa waktu lalu. Nyiri seketika menyengat di sekujur lengannya. Via hanya diam menatap dingin ify, sedangkan sila sudah tertawa meremehkan sambil terus menatap ify sinis.

"kenapa?? Sakit??? Itu pantes buat orang penghianat kaya loe!!!" kata sila lagi dengan sinis. Lalu mereka meninggalkan ify. Ify hanya menatap sedih kepergian via dan sila itu. Tak lama seseorang memegangi tangan ify, dan membantunya berdiri. Ify menoleh, melihat kebelakang. Ada tian yang masih ada disana. Tapi mukanya sudah terlihat sangat dingin.

"tian... Loe percaya gue kan??? Gue terpaksa ngikutin kemauan iel buat jadi suruhan dia, biar dia ga bocorin foto gue dengan dayat waktu gue minta maaf ke dayat. Dan gue beneran ga ada apa-apa dengan iel. Gue rahasiain ini cuma karena ga mau hal kayak gini terjadi... Tian loe percaya gue kan?" tanya ify penuh harap sambil memegang tangan tian. Tian hanya menatap dingin ify.

"gue percaya sama loe.." sahut tian datar, seulas senyum terukir tipis di bibir ify. Tapi senyum itu kembali hilang setelah mendengar ucapan tian selanjutnya. "..tapi gue kecewa sama loe... Kenapa loe ga pernah bicara jujur sama gue tentang hal ini? Kenapa loe harus bohong sama gue?" lanjut tian lagi. Matanya menatap tajam, seakan mau menembus dalam mata ify, mengoyak tabir yang menutupi kejujuran yang sebenarnya. Ify kemudian hanya menunduk lemah.

"maaf yan.. Gue cuma ga mau semuanya jadi runyam kaya gini..." lirih ify. Tian membuang mukanya sambil melepas paksa pegangan ify dari tangannya.

"apa loe masih ga percaya sama temen loe dari kecil ini??" kata tian lagi agak sinis, lalu dia kembali menatap gadis itu. "Loe pasti bohong juga kan tentang Lei? Lei itu gabriel kan?! Gue kecewa banget sama tingkah bodoh loe ini fy..." kata tian tajam, lalu tanpa memandang ify lagi, dia berlalu meninggalkan ify sendirian di kelas itu.

Ify hanya sanggup memandang hampa kepergian teman-temannya itu. Diam tak bergerak, meratapi kepergiaan sahabat-sahabatnya itu dengan hati yang sudah teriris-iris, tercabik-cabik, terkoyak begitu dalam. Sakit... Pedih... Begitu perih.... bahkan nyeri di pergelangan tangannya tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya yang tengah ia rasakan sekarang. Segala kepedihan itu, membuatnya perlahan tersungkur lemah, terduduk di dalam kesendiriannya di kelas itu. Tubuhnya bergetar keras, menahan segala gejolak jiwanya. Bayangan kejadian yang baru lewat, bergantian berkelebat menggerogoti pikiran ify. Bayangan wajah marah sila, wajah terkhianati via, wajah tian yang sangat kecewa...

Tega ya loe fy, nusuk gue dari belakang!!

Gue ga mau lagi ngomong sama orang bermuka dua kaya loe!!

Dasar penghianat loe!!

Gue kecewa banget sama tingkah bodoh loe ini fy...

Perkataan mereka semua terus bergaung ditelinganya. Semakin teriris pedih, menggoyak dan menggores begitu dalam hatinya.

Kenapa mereka semua jadi ninggalin gue??

Apa yang gue lakukan salah?? Apa gue sudah sangat menyakiti kalian? Tapi, kenapa?

Apa minta maaf itu salah?? Bergaul dengan siapapun salah?? Menyembunyikan sesuatu hal yang benar itu salah??

Maaf kalau itu semua salah... Maaf kalau itu nyakitin kalian, ngecewain kalian...

Gue emang salah, gue bodoh, gue emang penghianat, gue memang bukan temen yang baik buat kalian....

Kini dia tak sanggup lagi menahan kepedihan itu sendiri. Air mata yang benar-benar memenuhi kelopak matanya pun tak sanggup lagi ia bendung. Tak terasa, air mata itu jatuh, meleleh perlahan mengalir pelan di pipinya, kemudian mengalir dengan begitu derasnya tanpa bisa terbendung lagi. Sebuah tangis yang datang dari sebuah kepedihan hati yang begitu dalam. Sebuah kepedihan hati yang benar-benar telah membuatnya merasa begitu lemah, begitu kecil, begitu tersisihkan, begitu tersudutkan, terasa terabaikan. Bagaikan sekuntum bunga yang tumbuh liar dipinggir jalan, yang mulai melayu, kemudian jatuh tersia-siakan ke atas bumi dan terlindas tanpa belas kasian, tanpa kesempatan satu pun untuk mekar kembali.

------------- BERSAMBUNG (3am) ----------

0 komentar: