This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 32: Sebuah Penghalang

Lanjutan dari PROMISE Part 31: Pemecah Kegundahan. Baca juga Promise Part 1: Awal untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.

NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)

PROMISE - Part 32: Sebuah Penghalang

--------------misst3ri---------------

Malam itu dayat duduk sendirian di ruang tamu sanggar sambil sesekali memetik gitar di pangkuannya. Dia emang menunggu om tio yang sedari tadi belum juga pulang dari tempat kerjanya. Istri om tio ga ada dirumah karena kerja di luar kota. Biasanya dia tak menunggu om tio seperti ini. Tapi karena ada sesuatu yang ingin di bicarakan, dia jadi menunggu. Dayat sesekali melirik jam dinding yang tergantung di depannya itu. Hampir pukul 10 malam. Om tio belum juga datang. Oik yang sebelumnya tadi menemaninya, sudah pulas tertidur di kamar tamu sanggar itu. Tapi dayat masih setia menunggu om tio di ruang tamu sanggar itu. Dan penantiannya sepertinya memang tak sia-sia. Tak lama berselang, om tio akhirnya datang.

"eh, yat... Kok masih disini? Mau nginep disini ya?" sapa Om Tio ketika menjumpai dayat di ruang tamu.

"iya om...." sahut Dayat.

"kok belum tidur?"

"ee... Anu om... Eee...." dayat jadi sedikit ragu mau bicara dengan om Tio karena Om Tio tampak letih. Om Tio tersenyum ke arahnya.

"kenapa? Mau ada yang di bicarain sama om?" tanya om Tio yang seperti mengerti apa yang diinginkan keponakannya itu.

"eh, iya om... Tapi kalo om cape, ntar aja deh..."

"mau ngomongin apa sih? Kayaknya penting banget... Omongin sekarang aja, ntar kalau besok-besok, malah ga sempet lagi.." sahut om Tio sambil duduk di samping dayat.

"jadi gini om... Om tau kan tentang rencana kita buat bantuin dava?"

"iya... Katanya penghasilan kemaren belum cukup ya?"

"iya om... Nah, kita udah punya rencana lain buat menuhin itu... Kita mau ikut lomba ini om..." kata dayat sambil nunjukin selebaran yang di temukan irsyad kemaren. Om tio segera meraih selebaran yang ditunjukkan dayat itu, lalu membacanya.

"tadi siang aku sama cakka sempet nyamperin panitia pelaksanannya buat minta formulir dan nanya-nanya tentang lomba ini. Katanya setiap sanggar boleh menampilkan pertunjukkan musik apa aja. Boleh nyanyi, boleh ngeband, boleh apa aja... Yang penting, anggotanya ga lebih dari 15 orang. Daftar namanya di cantumin di formulir ini, dan dibubuhi tanda tangan pembina sanggar. Kira-kira kita sebaiknya nampilin apa ya om?" terang dayat panjang lebar.

"hmmm.. Apa ya? Terserah kalian sih... Om pasti dukung kalian kok... Tapi... Om kayaknya ga bisa dampingin kalian deh..."

"kenapa om?"

"om besok mau ke kalimantan, om ada tugas di sana selama sebulan, jadi om ga mungkin dampingin kalian... Kalian bisakan ngerjain sendirikan?" jawab om tio

"tapi om... Aku sama temen-temen ga mungkin jalan tanpa bimbingan dari yang lebih pengalaman kayak om..." sahut dayat. Mendengar jawaban dayat, om tio hanya tersenyum. Dia merangkul keponakannya itu.

"selama ini sanggar lebih sering kalian kan yang nanganin? Anak-anak juga kamu kan ngajarin? Jadi, om yakin kalian sanggup nanganin ini juga... Apalagi sekarang om liat, temen-temen sekolah kamu, seperti cakka suka bantuin kalian juga.. Om liat dia punya potensi besar di bidang musik... Om yakin, kalian pasti bisa..." kata om tio. Dayat hanya diam. Tapi dari sorot matanya, keraguan tak bisa di sembunyikan. Sekali lagi om tio menepuk pundak dayat sambil terus tersenyum hangat.

"om percaya sama kamu yat... Kamu pasti bisa mimpin ini semua.. Formulir ini biar om tandatanganin duluan, selebihnya biar kamu yang ngatur... Nanti om bantu ide dan masukan lewat telpon aja.. Oke?" kata om tio lagi. Melihat om tio yang tampak begitu percaya dengannya, dayat pun mengangguk.

"iya om... Kita bakal coba..." kata dayat kemudian sambil tersenyum tipis ke arah om tio.

"nah, itu baru ponakan om... Semangat yat!"

------------misst3ri-------------

Keesokan harinya, dikala matahari mulai menanjak naik, di sebuah tempat di salah satu sudut sekolah itu, turut mengalami penajakan juga, yaitu menanjak naik kuantitas mengunjungnya. Itu apalagi kalau bukan, Kantin. Tempat yang selalu di padati di kala jam istirahat menyapa para siswa. Di salah satu sudut kantin...

"yan, pesen makanan gih.. Gue udah laper nih... Gue mie ayam bakso ya.. Via pesenin bakso katanya tadi..." pinta sila. Saat itu Sila dan anak-anak gank gaul, minus via yang lagi ke toilet, sekarang emang sedang berada di kantin. Biasa... Menjalankan titah perut yang mulai berdemo minta diisi. Tian yang emang udah biasa mesen makanan sejak mereka ga nyuruh-nyuruh agni lagi, langsung mengangguk tanpa memprotes.

"loe fy?" tanyanya ke ify kemudian.

"gue... Batagor aja deh..." jawab ify. Tian mengangguk mengerti lalu segera melangkah. Tapi baru selangkah, dia kembali berbalik ke arah teman-temannya.

"eh, masa gue doank yang mesen makanan? Gimana gue bawanya? Ayo sil temenin gue!" pinta tian ke sila. Baru sadar dia kalo sekarang dia mesen makanan sendirian.

"ah, loe tuh nyusahin gue deh..." sungut sila. Dia emang paling males kalo bagian mesen-mesen makanan kaya gini.

"yee.. Via kan lagi di toilet... Jadi gue minta tolong sama siapa lagi coba kalo gak sama loe? Ify? Dia kan lagi sakit tangannya.. Gimana mau bawa pesenan... Ayo sil!" ajak tian lagi sambil narik tangan sila.

"iya.. Iya..! Ga usah pake narik gini donk!" omel sila lagi. Dengan setengah hati, sila akhirnya ngikutin tian mesen makanan. Tertinggal lah ify di meja itu sendirian. Sambil nungguin temen-temennya, ify lalu mengelurkan air mineral yang memang dia bawa dari rumah tadi. Tapi kerena segelnya masih rapat, kayaknya dia perlu usaha ekstra untuk membuka tutup botolnya, apalagi dengan keadaan tangannya yang masih belum sembuh total, jadi belum bisa di pakai untuk kegiatan yang agak menguras tenaga lebih. Lagi asyik dengan botol mineralnya itu, tiba-tiba HP di dalam sakunya bergetar, menandakan ada SMS masuk.

==================

From: Lei_Jail

Woi! Biasa aja kale mukanya... Serius bener... Buka botol gitu doank jg.. Wkwkwk :D

====================

Ify celingukan nyari sosok sang pengirim SMS di kantin itu. Setelah menyapu ke seluruh penjuru kantin, akhirnya di sudut kantin di seberangnya, dia bisa menemukan muka jail iel yang tengah menatapnya dengan senyum jailnya. Ify cuma ngasih pelototan, dan sedikit merengut. Ngeliat ekspresi ify, iel malah tambah lebar aja nyengirnya. Tapi ngeliat tampang jail yang menggoda itu, dia jadi tak bisa juga menahan untuk tidak tersenyum geli. Lalu dia segera membalas SMS itu.

==================

To: Lei_Jail

Ngeledek lagi! Beneran susah nih... :(

====================

SMS di kirim. Dan tak perlu menunggu lama, balasan SMS dari iel masuk.

====================

From: Lei_Jail

Coba lo buka botolnya sambil nyebut 'iel ganteng.. Iel ganteng..' Pasti lgsg kebuka.. wkwkwk..

====================

Baca isi SMS itu, sontak membuat ify tertawa geli. Ify kembali melirik iel yang sekarang tengah sok bertampang serius mendengar obrolan teman-temannya. Tapi sekilas dia kembali melihat iel curi-curi melirik lagi ke arah dia dan langsung ngasih seringai cengiran kocaknya itu. Ify jadi tersenyum geli sambil geleng-geleng kepala. 'Dasar! Udah jail, narsisnya tambah parah lagi...' kata ify dalam hati.

Belum sempat ify membalas SMS iel itu, tiba-tiba, via udah duduk disampingnya dan langsung guncang-guncang badannya. Tau via udah berada di sampingnya, ify jadi mengurungkan niatnya balas SMS iel, dan memilih menyimpan HPnya sekarang sebelum di curigai via.

"fy... Ya ampun fy... Gue salah liat apa gak ya? Iel kok tadi kayaknya ngelirik ke arah kita dan senyum gitu... Manis banget..." lirih via sambil natap lurus ke arah iel berada. Ify ngelirik via, dan langsung geleng-geleng kepala. 'Ini lagi satu, orang kesambet makluk jail...' benak ify. Tapi dalam hatinya ify sedikit bernafas lega. 'Tp syukur deh via ngiranya gitu, kalo dia sampai tau iel lagi senyumin gue, bisa berabe juga nih...' benak ify.

"hah? Emang bener gitu? Kayaknya dia ga senyum juga, tetep aja manis judulnya di kepala loe... hehe...." sahut ify agak menggoda via. Via yang di goda gitu langsung merengut.

"yee.. Ify mah gitu, ngeledek mulu..." rajuk via. Ify tertawa kecil saja liat sahabatnya itu manyun, kemudian dia kembali sibuk dengan tutup botol mineralnya yang sedari tadi belum juga berhasil dia buka dengan usaha sebelah tangannya itu. Lagi asyik-asyik berkutat dengan botolnya, tiba-tiba sebuah tangan mengambil alih botol itu.

"siniin botolnya.. Loe tuh, kalo susah minta tolong kek.... Udah tau tangan lagi error gitu, mau maksa buka botol dengan sebelah tangan!" omel via. Ify cuma nyengir dan akhirnya ngeliatin via yang lagi serius bukain tutup botolnya. Tiba-tiba dia ngerasa sakunya bergetar lagi. Diam-diam dia membuka HPnya dan melihat SMS yang masuk.

======================

From: Lei_Jail

Bilangin temen lo, biasa aja jg mukanya... Coba lo bilangin cara jitu buka tutup botol saran gw td... Hehe... :p

Eh, ketemuan lagi ya di perpus sblm bel, gw tunggu... :)

=======================

'Mau ngapain lagi tuh anak ngajak ketemuan' benak ify.

"nih fy, udah kebuka..." tiba-tiba lamunan ify terbuyarkan oleh via yang telah selesai dengan pergulatannya dengan tutup botol minumannya itu. Ify yang tersadar, segera menyimpan HPnya, lalu menoleh ke arah via.

"eh, thx ya via..." ucap ify sambil menyambut botol air mineralnya dengan suka cita. "sama-sama..."

----------------misst3ri-----------------

Selepas makan di kantin, dengan berdalih mau minjem buku ke perpus, ify melepaskan diri dari anak-anak gank gaul. Setelah itu dia segera menuju perpus. Sesampainya di perpus, dia segera menuju bagian pojok perpus, tempat strategis mereka bertemu biasanya. Di sana sudah ada iel rebahan dengan santainya sambil membolak-balik sebuah buku. Sadar ify sudah datang, iel bangkit dan tersenyum kepada ify. Setelah ify mendekat, iel segera memastikan di sekitar mereka tak ada orang lain.

"udah.. Perpus sepi kok... Mau ngomongin apaan loe?" bisik ify. Iel yang juga merasa keadaan aman terkendali, sekarang menatap ify yang sudah duduk di sampingnya.

"fy... Inget kan loe, kontrak loe sama gue udah abis besok..." kata iel langsung to the point.

"ya ingat lah.. Masa gue lupa dengan hari terindah dalam hidup gue, hari yang udah gue tunggu-tunggu dari zaman prasejarah, hari dimana gue terbebas dari penjajahan kompeni macam loe tuh... hehe..." sahut ify agak lebay.

"hehe.. Bisa aja loe fy..." sahut iel. Ify hanya menanggapinya dengan tertawa kecil.

"kalo gitu, kita akhiri perjanjian kita malam ini.. Malam ini jam 7 kita ketemuan di taman kaya dulu, oke?" sambung iel lagi.

"sip..." sahut ify sambil ngancungin jempolnya. Kemudian Iel hanya terdiam dan terus menatap lekat ify. Merasa di pandangin iel sedemikian lekatnya itu, ify jadi mulai salting.

"ngapain sih loe ngeliatin gue segitunya?" tanya ify yang agak ngerasa ga enak juga di liatin iel kaya gitu.

"gue cuma lagi nikmatin kebersamaan gue sama loe kok fy.... Karena habis ini kayaknya gue ga bakal lagi bisa deket sama loe kayak sekarang... Mulai besok keadaan udah kembali seperti dulu lagi... Mungkin gue harus mulai membiasakan diri gue lagi berantem sama loe dan anak-anak gaul kayak dulu...hehe...." sahut iel. Mendengar penuturan iel itu, ify sedikit terperangah, tapi kemudian dia tersenyum simpul.

"gak kok yel... Sebulan terakhir ini udah cukup buat gue buat mengenal loe, dan bodoh kalo gue balik lagi kaya dulu.. Gue ga akan tega musuhin orang sebaik loe yel... " lirih ify tulus.

"dan gue juga ga mau musuhin orang yang udah jadi guru gue, orang yang udah bikin gue berubah kaya sekarang...." sahut iel juga.

"Gue ga mau kita berantem lagi... Gue harap setelah ini kita tetap damai kaya sekarang, bukan damai karena status loe sebagai majikan gue, tapi loe sebagai temen gue, tetangga gue, dan sahabat gue...." ucap ify tulus. Iel sesaat terdiam mendengar harapan ify itu.

"yah... Semoga kita bisa terus damai... Sebagai.... sahabat..." lirih iel mengulang harapan ify. Matanya terus menatap mata ify yang balas memandangnya dengan sorot mata yang tak sedikitpun memancarkan kebencian, seperti sorot mata yang sebulan lalu selalu di tangkap di mata itu. Sekarang baginya, pancaran mata itu merasuk ke dalam hatinya penuh kedamaian dan ketenangan yang begitu membuat hatinya terasa begitu nyaman. Setelah sekian detik saling pandang seperti itu, iel seketika sadar, kalau pikirannya mulai mikir kemana-mana. Lalu segera mengalihkan pandangannya.

"ah udah! Apa-apaan sih.. Kenapa jadi melow banget gini sih omongan kita!" kata iel sambil buru-buru bangkit dari duduknya, "Dah anak buah... Met ketemu ntar malam ya..." sambungnya lagi, lalu kemudian dengan cepat dia berlalu pergi.

Ify hanya tersenyum simpul sambil memandang kepergian iel itu. Entah perasaan seperti apa yang ada di hatinya sekarang. Mungkin yang dia rasakan tak lama lagi adalah perasaan sebuah kerinduan akan kedekatannya dengan sosok jail nan usil, tetapi juga penuh kehangatan dan kedewasaan itu. Kebersamaan yang memberinya berbagai cerita yang tak pernah dia sangka, sekaligus tak dapat dilupakannya begitu saja. Sebuah kebersamaan dengan sejuta warna, sejuta perasaan, dari seseorang bernama Gabriel.

-----------------misst3ri------------------

Matahari sore sudah menggantung rendah di langit saat itu. Sinarnya menerobos masuk ke sebuah jendela kamar yang masih terbuka itu, menyorot gabriel yang tengah santai tidur-tiduran di kamarnya. Dia tampak asyik mengutak-atik HPnya, sekedar mengisi kesuntukannya di sore hari itu. Dan kemudian sampailah dia di file-file berisi foto-foto. Senyumnya tiba-tiba mengembang dari sudut bibirnya. Matanya menangkap beberapa foto yang kini tengah tersaji di depan matanya itu. Foto-foto ify. Foto ify yang sedang meminta maaf dengan dayat zahra, foto-foto ify dengan dia hasil jepretan sion. Angan-angan iel segera menari ke masa-masa itu.

Siapa yang mengira, gara-gara foto-foto itu, banyak perubahan yang terjadi dengan dirinya. Merubah sikap keras kepalanya. Merubah ketidaksukaannya terhadap pelajaran berbau hitungan. Merubah hubungannya dengan orang tuanya. Dan satu yang pasti, merubah pandangannya terhadap seorang gadis yang dulu dia anggap musuh, tetapi sekarang malah sudah membuatnya berubah seperti sekarang...

Tapi, sebentar lagi dia harus ngapus semua file-file itu. Apa ini juga berarti dia harus menghapus segala memori akan kenangan itu? Hati kecilnya merasa tak nyaman akan kenyataan itu. 'gue ga ingin kehilangan memori akan hal ini.. Tapi apa yang bisa gue perbuat? Time is over...' benak iel.

Tapi, sebuah ide terbersit di kepala iel sekarang. Dia segera mendekati komputernya, dan menyambung HPnya dengan komputer menggunakan kabel data. Memprint sebuah foto buat kenang-kenangan, ga ada salahnya kan?

Tak lama berselang, iel memandang hasil printnya. Walau cuma di selembar kertas biasa, bukan di kertas foto, dia puas bisa melihat itu. Setidaknya dia tetap bisa menyimpan kenangan itu dalam bentuk nyata. Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintunya.

"yel...."

Iel segera menyembunyikan foto ify itu di balik tumpukan buku. Lalu segera meraih majalah yang ada di meja belajarnya, merebahkan diri di atas kasur, lalu pura-pura asyik membaca. Mama iel yang sudah membuka kamar anaknya itu, kemudian masuk dan mendekati putra tunggalnya itu.

"sayang... Mandi gih..." suruh mama iel.

"ntar dulu ma, tanggung nih" sahut iel kemudian. Matanya tak lepas dari majalah yang dia baca itu.

"ayo, buruan... Ntar habis magrib bakal ada tamu datang..." kata mamanya lagi sambil duduk di dekat iel.

"kan tamu mama papa, kenapa iel harus ikut jadi ribet juga??" sahut iel masih dengan santainya.

"eh, mama ngadain jamuan makan malam, kamu harus ikut juga!!" ucap mamanya lagi. "males ah, ntar iel makan malam bareng bi asri di dapur aja kalau gitu" sahut iel agak cuek

"kok anak mama yang ganteng ini ngomong gitu sih?? Ayo donk sayang, ntar ada anaknya temennya papa juga, itu bagian kamu buat nemenin ntar!! Ayo cepet mandi, bau asem kamu!!" kata mamanya iel sambil ngerebut majalah yang iel baca. Iel sontak kaget majalah yang lagi dia baca sudah raib dari tangannya. Lalu menatap mamanya dengan wajah memelas.

"ah mama, ntar aja, belum kelar tuh aku bacanya..." kata iel lagi sambil mencoba merebut majalahnya kembali dari tangan mamanya. Tapi mama iel lebih sigap nyembunyiin majalah iel itu, lalu beliau menarik tangan iel agar mau berdiri.

"ayo... Masa ganteng-ganteng males mandi.... Ayo buruan sana, udah mau magrib gini juga.." kata mama iel sambil dorong anaknya itu agar segera bangkit dan pergi mandi. Akhirnya dengan setengah hati, iel mengikuti suruhan mamanya itu.

-----------------misst3ri-----------------

Sang penguasa siang telah kembali ke peraduannya beberapa waktu yang lalu. Berganti dengan bintang mulai bermunculan dengan gemerlap indahnya, mengawal sang rembulan untuk menerangi kepekatan malam yang telah menjemput. Mama papa iel sudah bersiap dan menunggu kedatangan tamunya. Bebarapa saat kemudian, terdengar suara mobil yang memasuki halaman rumah besar itu. Mengetahui itu kedatangan tamu yang memang sudah mereka tunggu dari tadi, papa mama iel bergegas menuju pintu depan dan bersiap menyambut tamu mereka.

"ayo yel ke depan..." ajak mamanya

"ogah ah ma.. Itu kan tamu papa mama.. Iel nunggu disini aja ga papa kan?" sahut iel. Mama iel hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"ya udah... Mama ke depan dulu.." kata mamanya, lalu menyusul papa iel yang sudah lebih dulu ke pintu depan.

Iel semakin menghenyakkan tubuhnya di sofa ruang tamu itu. Dia mengehela nafasnya. Kenapa sih dia harus ikut terlibat juga.. Padahal jelas-jelas yang punya acara dan kepentingan itu orang tuanya.. Mana dia punya janji sama ify malam itu. Iel melirik jam tangannya. Pukul 7 kurang 14 menit. Dia merogoh kantong celananya dan mengeluarkan HPnya. Lalu mulai mengetikkan SMS.

======================

To: Ify

Fy, di undur ya... Gue di suruh ikutan nyambut tamu papa nih...

Tunggu gw sekitar 1 jam lagi.. Ntar gw nyusul...

=======================

From: Ify

Oh gitu ya? Ya udah.. Gw tunggu satu jam lagi di taman.. Tp ntar jgn kelamaan loe...

=========================

Setelah mendapat balasan SMS dari ify itu, iel menoleh ke arah pintu depan. Sudah terdengar obrolan dari papa mamanya dengan tamu mereka.

"oh.. Jadi ini anak pak darma sekolah di SMP Bakti Setia juga? Berarti kenal sama anak om dong..."

"siapa om?"

"itu dia.... Gabriel! ayo kemari..." panggil papanya iel. Iel menoleh, dan sontak kaget siapa yang menjadi tamu keluarganya malam ini. Keluarga pak darma, dan tentu saja berikut anak angkatnya, Angel...

--------------misst3ri---------------

Dari ruang tamu depan terdengar obrolan hangat yang sesekali diselangi canda tawa. Selesai makan malam tadi, para orang tua ngobrol di ruang tamu. Sedangkan itu, di ruang keluarga, tempat anak-anak diminta berkumpul, tampak berkebalikan dengan suasana hangat di luar.

Iel di suruh menemani angel dan bastian di ruang keluarga, tampak bersikap dingin. Bastian sedari tadi hanya asyik memindah-mindah channel TV, mencari tontonan yang menarik. Di sampingnya duduk angel. Dia hanya diam duduk disana, sambil sesekali melirik acara tv yang di tonton bastian. Sedangkan Iel, dia sedari tadi tampak asyik sendiri memainkan HPnya. Angel masih memandang iel dengan pandangan sedikit heran, ga nyangka, tapi sekarang dengan sedikit agak kesal.

"eh yel, bosen banget sih diem-dieman gini..." kata angel membuka pembicaraan. Iel ga menyahut.

"ga nyangka gue mau diajakin ke rumah loe..." kata angel lagi.

"hmm..." gumam iel sekenanya, masih dengan kecuekan tinggat tingginya.

"jadi loe anak temen papa gue??"

"gak.. Anak pembokat! Basa-basi banget sih loe..." jawab iel asal dan agak jutek. Angel mengehala nafasnya. Tapi dia masih berusaha sabar menghadapi kecuekan tingkat tinggi iel itu.

"beda banget loe yel di rumah sama di sekolah..."

"gak ah..." jawab iel singkat.

"di sekolah kayaknya loe banyak omong banget.. Kenapa sekarang jadi pendiem banget?"

"biasa aja..." jawab iel masih tanpa memandang angel sediktpun.

"kenapa sih loe?! Gue nanya disahutin baik-baik kek... Ga peduli banget loe jadi orang... Ga salah kalau Debo dulu kesel banget sama loe semua..." omel angel akhirnya keluar juga uneg-uneg kekesalannya akan kecuekan iel itu. Iel melirik angel sekilas lalu tertawa agak meremehkan.

"nasehatin gue loe?! Ga usah sok nasehatin orang, liat diri loe sendiri loe, baru nasehatin orang! Apa loe juga selalu peduli gak sama orang?" ucap iel. Angel di serang balik seperti itu langsung mengernyitkan keningnya, tanda tak mengerti.

"loe emang dari tadi nanggepin gue asal-asalan kan? Gue bukannya mau sok nasehatin, gue bicara kenyataan... Eh, sekarang kenapa loe jadi nyerang gue balik? Punya salah gue sama loe?" omel angel balik.

"gak... Tapi gue juga bicara kenyataan..." sahut iel enteng.

"jadi kenapa loe bilang gue yang ga peduli? Kenyataan apaan? Jelas-jelas loe yang dari tadi ga peduli, nyuekin gue sama bastian.. Ya kan bas?"

"eee... Ga tau ah... Bas ga mau ikut-ikutan.. Hehe...." sahut bastian.

"eh, loe setelah diangkat anak sama om darma, masih peduli sama saudara-saudara panti loe?"

"kenapa loe ngomongnya jadi melenceng kesini sih? Ga usah ngalihin pembicaraan deh loe!"

"gue ga ngalihin pembicaraan.. Udah loe jawab gue.. Kalo loe tadi bilang loe peduli sama orang, sekarang loe masih peduli sama mereka?"

"gue udah nganggep mereka kaya saudara gue sendiri, gue masih temenan sama mereka... Gak mungkin gue ga peduli sama mereka..."

"gimana mereka sekarang? Tau loe keadaan mereka?"

"kayanya mereka baik-baik aja.. Kenapa sih loe, tiba-tiba nanya tentang mereka? Aneh loe!"

"loe bilang mereka baik-baik aja?" kata iel, lalu dia kembali tertawa meremehkan, "kalo loe bilang mereka baik-baik aja sekarang, berarti loe ga peduli sepenuhnya dengan mereka... Loe tau mereka punya masalah sama ibu pantinya sekarang?" kata iel lagi. Mendengar ucapan iel itu, seketika angel jadi tercekat, kaget. Dia hanya bisa memandang nanar, tak percaya pada ucapan iel barusan. Melihat ekspresi angel itu, iel jadi tersenyum tipis.

"Dari tampang loe gue yakin loe pasti gak tau masalah ini... Saudara apaan loe?" kata iel agak meremehkan angel.

"Emang ada apaan sama bunda? tau dari mana loe?" tanya angel.

"bunda loe tuh lagi sakit keras sekarang.. Gue denger obiet ngomong ini dengan debo kemaren... kayanya bunda loe itu menutupi sakitnya, karena sesuatu... Mungkin karena gak mau buat kalian khawatir... Mungkin karena beliau punya masalah dengan pengobatan beliau, sehingga gak mau ngerepotin kalian untuk ikut mikirin masalah ini..." sahut iel. Ternyata orang yang mendengar pembicaraan obiet debo di toilet dulu adalah iel. Sesaat iel melirik angel yang menatapnya sebelum kembali melanjutkan perkataannya.

"loe ga nyadar? Obiet tampak rada aneh akhir-akhir ini? Gue pikir, itu karena dia mikirin hal ini..." sambung iel. Tampak wajah angel menunjukkan kekhawatiran.

"Dan kalo loe emang masih peduli sama mereka, loe seharusnya dengan keadaan loe sekarang, loe bisa bantu mereka...." ucap iel lagi.

Setelah merasa gak ada lagi yang perlu dia katakan lagi, iel kembali asyik dengan HPnya. Sedangkan angel, mendengar penuturan iel tadi, dia hanya dapat terhenyak dan terdiam dengan pikirannya. 'Kenapa bunda ya? kenapa ga ada yang ngasih tau gue? Padahal kalo gue tau, setidaknya gue bisa coba bantu ngeringanin beban mereka...' benak angel. Hati angel benar-benar mulai dipenuhi kekhawatiran akan sang bundanya sekarang. Ditengah keheningan itu, tiba-tiba bastian nyolek iel.

"kak... Temenin bas ke toilet yok, bas mau pipis..." bisik bastian. Iel melirik bastian sambil mengernyitkan keningnya.

"sendiri aja kenapa bas?? Manja banget loe..." kata iel.

"takut... Temenin kak ya..." lirih bastian dengan tampang memelasnya.

"minta temenin sama kaka loe aja sana!"

"nggak ah, ka angel kan cewe, bas malu..."

"kan ga liat juga..."

"nggak mau... Bas mau sama ka iel aja" pinta bastian lagi.

"ayo kak..." desak bastian lagi. Lalu dia ngerebut HP yang sedari tadi iel mainin.

"ah, balikin ga!"

"gak, temenin bas dulu!" sahut bastian sambil ngumpetin HP iel dibalik punggungnya. Iel mencoba kembali merebutnya, tapi bastian malah lari menghindar. Iel jadi gak bisa berkutik lagi menghadapi kerewelan bastian.

"rewel banget sih loe!! Ayo buruan!!" kata iel akhirnya menyerah dengan rengekan bastian. Bastian tersenyum senang, dengan cepat langsung menarik iel menuju toilet setelah sebelumnya ngelempar asal HP iel itu ke atas sofa. Iel yang di tarik kuat, nurut aja akhirnya.

"manja amat sih loe!! Ngerepotin gue aja..." kata iel sambil nyubit pipi bastian dengan gemas. Bastian cuma ketawa.

"kamar kak iel dimana sih?" tanya bastian iseng

"di atas.. Emang kenapa?"

"enggak.. Cuma nanya..."

"yee... udah sana buruan... Tuh toiletnya..." kata iel sambil dorong bastian masuk ke dalam toilet. Iel berdiri dengan gelisah di depan pintu toilet. Lama menunggu, iel berniat meninggalkan bastian. Tapi baru melangkah, terdengar teriakan bastian dari dalam.

"KAK... Jangan tinggalin bas ya...!!"

"iya!! Ini masih disini!!" sahut iel. Iel jadi garuk-garuk kepala sendiri. Heran juga dia, baru niat ninggalin, kok bastian bisa langsung tau. Punya indra ke-6 kali ni anak pikir iel.

"hei, kok lama banget??? Pipis atau Boker loe??" tanya iel penasaran.

"dua-duanya kak... Hehe" celetuk bastian. Iel menepuk jidatnya. Pantes lama banget. Ga lama kemudian, bastian kelar juga dengan urusannya itu. Mereka pun segera balik menuju ruang keluarga. Tapi saat melewati tanggga, bastian malah belok, naik ke atas.

"eh, mau kemana loe bas?"

"mau liat kamar kak iel.. Bas mau tau kamar cowo gimana sih?" sahut bastian

"eh, ngapain loe mau ke kamar gue? Sini turun loe.." iel langsung ngejar bastian yang udah melesat lebih dulu. Bastian lari lebih cepat dari pada iel, dan akhirnya iel ga bisa mencegah dia mulai menggerecokin kamarnya.

"ihh.. Waw... Kak mainannya keren deh..." kata bastian saat baru memasuki kamar iel dan melihat mainan action figure koleksi iel. Dia mulai mengambil mainan itu dan melihat-lihat dengan seksama. Sedangkan iel hanya bisa menghela nafas. Ga ada gunanya marahin bastian, udah terlanjur masuk gini. Kalo anak orang sampe nangis bahaya juga, pikir iel. Iel lalu duduk aja di atas tempat tidurnya sambil sesekali memperhatikan bastian yang asyik ngerecokin barang-barangnya. Tiba-tiba bastian berseru...

"Ini pacar kak iel ya?! Cieee..." seru bastian. Sontak iel kaget. Dia langsung mendekati bastian dan merebut foto yang ada di tangan bastian itu. Itu foto dia dan ify yang baru aja di print sore tadi.

"eh, anak kecil udah ngomong pacaran!" omel iel sambil ngeletakin foto itu di dalam lemarinya. Liat foto ify, dia jadi kembali teringat dengan janji dia sama ify malam itu. 'ya ampun, udah jam berapa nih?' benak iel. Dia melirik jam tangannya. Jam 8 lewat 21 menit. 'mampus gue, pasti ify udah nungguin gue lama nih sekarang'. Iel langsung narik bastian keluar kamarnya.

"ayo bas, Keluar..! Udahan ngerecokin barang-barang kakak..." kata iel sambil narik bastian.

"iya kakak...." ujar bastian sambil ngikutin iel.

"eh, ajakin papa mama loe pulang gih...."

"yee.. Kok kak iel ngusir...." sahut bastian. Iel cuma nyengir. Bukan maksud ngusir sih sebenarnya, tapi kalau keluarga bastian belum pulang, dia bakal susah kabur buat nemuin ify. Tapi sepertinya harapan iel itu, gak perlu nunggu bastian ngajak papa mamanya pulang, karena begitu mereka sampai di ruang keluarga, di saat bersamaan juga papa mama bastian masuk ruang keluarga dan mengajak anak-anaknya pulang.

"eh, bastian habis dari mana? Ayo kita pulang..." ajak mamanya. Bastian mengangguk. Lalu mereka semua keluar menuju pintu depan. Iel kali ini dengan semangat mengantar keluarga pak darma pulang, gak seperti menyambut kedatangan tadi yang tampak ogah-ogahan.

"kami pamit dulu ya.... Assallamu’alaikum...." pamit pak darma dari mobilnya.

"wa’alakum salam..." jawab papanya iel sambil melambaikan tangannya ke arah mobil pak darma. Setelah mobil sudah keluar dan tak tampak lagi, papa mama iel berbalik masuk.

"ayo yel masuk... Udah malam...." ajak mamanya. Tapi saat dia berbalik, iel sudah tidak ada lagi di belakangnya. Mama iel mengernyitkan keningnya. Perasaan iel tadi berdiri di belakangnya, tapi kemana anak itu. Beliau tak mengambil pusing hal itu. Mungkin anaknya sudah melesat ke kamarnya, pikir mama iel sambil masuk ke dalam rumah.

--------------misst3ri---------------

Tapi, pikiran mamanya itu salah, iel bukan menghilang melesat ke kamarnya, tapi dia kini tengah melesat menuju taman komplek. Apa lagi kalau bukan untuk menemui ify. Iel berlari sekencang mungkin menuju taman depan kompleknya. Sesampainya di sana, iel segera mengitari taman, mencari keberadaan ify.

"IFY!!" teriak iel sambili terus mencari keberadaan ify. Tapi sosok ify tak dapat dia temukan dimana pun. 'Ah, sial... Telat gue, pasti ify udah pulang' Omel iel dalam hati. Dia lalu merogoh kantongnya, mencari HPnya. 'Mana HP gue ya??' Benak Iel bingung. 'Perasaan dari tadi gue bawa dehh..'

STCAARR...!! GDEBUMM..!!

Terdengar suara petir menggelegar. Pelan-pelan, titik-titik tetesan air hujan turun membasahi bumi. Iel kaget, lalu dia bergegas lari mencari tempat berteduh terdekat. Syukur di pinggir taman itu ada pendopo kecil. Dia berteduh disana.

"aduh... Hujan lagi... HP ga ada, apa gue datengin rumah ify sekarang ya?" guman iel sendiri. Iel melihat jam tangannya. Sudah jam hampir jam sembilan. Iel jadi mikir ulang. 'Ah, ga enak malam-malam gini bertamu ke rumah orang... Ntar besok aja deh di sekolah' benak iel.

Cukup lama iel berteduh disana, tapi hujan tampak tak menunjukan tanda-tanda ingin berhenti. Malah hujan semakin deras saja tampaknya. Iel mulai kedingin. Beberapa kali dia sudah mulai bersin-bersin. Dia melirik arlojinya lagi. Jam 9 malam lewat. Malam sudah semakin larut. 'Dari pada nunggu hujan yang ga teduh-teduh, dingin-dingin di luar, mending terobos aja deh' pikir iel. Lalu dia lari secepat mungkin menuju rumahnya. Hujan yang deras langsung menerpa tubuh iel. Baru keluar taman saja dia sudah basah kuyup. Tapi iel terus berlari. Jarak taman depan komplek lumayan jauh juga dari rumah iel. Tak heran, ketika sudah menginjakan kakinya di teras rumah, dia sudah luar biasa basah kuyup. Giginya menggeletuk kedinginan.

"ya ampun, iel... Mama pikir kamu udah tidur... Dari mana kamu?? Hujan-hujanan gini lagi..." tegur mamanya saat menyambut kedatangan iel.

"ada urusan bentar ma..." sahut iel.

"udah sana, cepet masuk dan ganti baju. Ntar sakit lagi.." nasehat mamanya. Iel mengangguk dan segera menuju kamarnya untuk mengeringkan badannya yang udah benar-benar menggigil kedinginan itu.

----------------------BERSAMBUNG (3am)----------------------

0 komentar: