This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 30: Street Mission

Lanjutan dari PROMISE Part 29: Keresahan. Baca juga Promise Part 1: Awal untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.

NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)

.

.

PROMISE - Part 30: Street Mission

--------------misst3ri--------------

Seperti rencana mereka kemaren, anak-anak sanggar sepakat bersatu, guna melakukan suatu misi simpatik buat dava. Sebuah misi untuk mewujudkan mimpi dava untuk memperoleh kakinya kembali, walau dalam bentuk kaki palsu. Walau mungkin itu sebuah mimpi yang cukup berat tuk digapai anak-anak biasa seperti mereka, tapi mereka yakin. Selama ada kemauan, Tuhan pasti kasih jalan buat mereka.

Berdasarkan hasil rapat kemaren, mereka sudah siap dengan beberapa rencana untuk hari itu. Dan pagi itu, mereka semua sudah berada di taman kota yang terlihat sudah banyak dipenuhi masyarakat kota.

"wahh... Ladang duit banget nih coy...." komentar patton saat melihat keramaian itu. Bazar. Itulah alasan kenapa taman kota terlihat jauh lebih dipadati pengunjung. Alasan itu juga yang menjadi dasar ide dayat untuk memanfaatkan keramaian itu untuk berjualan di sana. Itulah misi pertama mereka. Menjual barang-barang. Dan dayat, zahra, irsyad, cakka dkk telah sepakat merelakan barang-barang pribadi mereka, yang masih bagus tentunya, untuk di obral di sana.

"bagus kan ide gue..." sahut dayat sambil terus menurunkan beberapa kardus barang dari mobil iel. anak-anak lainnya juga terlihat sibuk membantu menurunkan barang dan mempersiapkan segalanya. mereka berencana tak menjual barang-barang mereka di dalam area bazar karena memang tak memungkinkan. Tapi mereka masih bisa cari rezeki di area luar yang juga tampak begitu banyak di penuhi pedagang-pedagang kaki lima lainnya yang tak mau kalah mengais rezeki di lahan basah itu. mereka menggelar dagangan di dekat parkiran mobil iel itu.

"waduh... Yakin loe yel mau jualin barang-barang ini.. Barang-barang bagus nih yel... gue aja deh yang beli kalau di jual..." komentar sion saat melihat barang-barang bawaan iel di bagasi mobilnya.

"buat loe gue jual 500 ribu.." sahut iel enteng tanpa menghentikan aktivitasnya membereskan barang-barang jualan mereka.

"jiah mahal banget..." kata sion sambil ngutak-atik barang incerannya.

"lagian inikan buat amal... Dosa loe yang segungung atas kejailan loe tuh, harus diimbangin yon, jadi loe kudu banyak-banyak beramal... kalau ga mau, ya udah... Sana! Ga usah ngerecokin!" sahut iel lagi sambil ngerampas barang yang ada ditangan sion

"Ah loe yel, sama temen gitu..! Pake ngeledekin gue lagi!" sewot sion. 'kalau gue tuker sama rahasia loe boleh?' bisik sion ke iel. Iel yang di bisikin gitu langsung melotot. 'awas aja kalau loe berani ngingkarin perjanjian kita! Loe pernah ngerasain gimana enaknya dimasukin karung, trus di bejek-bejek, trus di masukin mesin cuci, di puter-puter... trus di pulas, di pelintir-pelintir sampe kering?!' bisik iel tajam ke sion. Sion langsung nelen ludah, lalu nyengir ke arah iel. 'kaya cucian donk yel...' lirih sion. Iel mengangguk mantab dengan tatapan mengancamnya itu. 'mau loe? kalau mau ayo sini, sama gue!' bisik iel lagi. Sion langsung menggeleng-geleng. 'Hehe.. Peace yel...', bisik sion lalu segera kabur menjauh dari sana. Iel cuma tersenyum geli liat tingkah sion itu, lalu kembali sibuk berbenah. Ditengah mereka menyiapkan barang-barang itu, iel memperhatikan teman-teman yang lainnya itu. Lalu ia mendekati cakka.

"cakk.. Apa ga lebih gampang gue minta bantuan papa gue buat bantu dava...." bisik iel. Cakka langsung menggeleng lalu menatap tajam ke arah iel.

"sori yel... Bukannya ga mau ngehargai niat baik loe... tapi, gue pikir mereka semua pasti bakal jauh lebih ingin membantu dava dengan hasil kerja keras mereka sendiri... jadi, beri kesempatan mereka semua ngasih sesuatu buat saudaranya... Loe ga mau matahin rasa berbagi mereka kan?" ucap cakka. Iel melirik ke arah teman-teman lainnya yang tampak begitu bersemangat mengerjakan rencana mereka itu. Sesaat ia terdiam, meresapi maksud kata-kata cakka itu. Lalu cakka menepuk pundak sahabatnya itu, dan sambil tersenyum dia kembali berucap.

"mending kita bantuin mereka, pake jerih payah sendiri, keringat sendiri, pasti rasanya jauh lebih bermakna dan berharga... Bantuan loe ini aja, udah lebih dari cukup yel... Kita usaha sendiri dulu ya yel... Oke?" kata cakka. Iel balas tersenyum, lalu mengangguk dengan mantab.

--------------misst3ri----------------

Tak lama berselang, mereka semua sudah beres berbenah tempat jualan itu. barang-barang sudah siap untuk di jajakan.

"ini udah beres semua kan?" tanya dayat ke cakka. Cakka mengangguk.

"oke kalau gitu, saatnya kita bubar, ngambil posisi masing-masing buat jalanin misi 2 dan 3... Pembagian orangnya udah jelas kan?" tanya dayat kepada semuanya

"jelas banget! Bagian gue, patton, ray, sama si kunyuk satu nih, sion... Eh, ketinggalan satu lagi, agni, si master gitaris kita buat nemenin patton ngejreng gitar...." sahut irsyad semangat. 'si agni bukannya buat pemanis mata loe syad?' bisik cakka jail ke irsyad, yang langsung di balas irsyad dengan cubitan cabe rawit, super pedes di pinggang cakka. Cakka langsung nyengir sambil meringis, ngelus-ngelus pinggangnya yang serasa abis di gigitin semut merah 1000 ekor.

"yap, itu baguan loe syad... yang tinggal disini cakka, iel, sama oik. Sisanya, zahra, emil, goldi, riko, ikut gue... Ada yang mau ditanyakan sebelum kita mencar?" sahut dayat

"yat.. Ga bisa apa gue tinggal disini aja? masa ganteng-ganteng gini ngamen?" protes sion agak narsis

"ah loe yon, protes mulu! Sebenarnya, gue mau aja sih ngajak loe masuk kelompok gue, biar bisa jadi mascot selamat datang… bergaya kaya yang dipancoran… pasti ntar langsung banyak yang nyamperin dagangan kita gara-gara mau liat kembaran patung pancoran… kali aja ada yang berniat beli… hehe…” canda cakka yang langsung disambut getokan sion, telak di kepala cakka.

"enak aja! gue tuh not for sale! Disamain sama patung pancoran lagi..." sewot sion, "gue disini aja ya... Tuker sama iel deh..." rayu sion lagi

"kaga.. Kaga... Keputusan udah final! Barang iel kan banyak disini, ga kaya loe, cuma nyumbang kaset PS loe yang kaga mutu ini!" sahut cakka. Iel yang berdiri tak juah dari sana melengos saat melirik barang-barang yang di sumbangin sion. 'yaelah, ga modal banget ni anak.. Itu kan kaset PS punya gue semua...' dumel iel dalam hati, agak kesel melihat kaset2 PS itu, yang sebenarnya masih punya dia beberapa hari yang lalu, tapi terpaksa harus di korbanin buat nyelamatin rahasia dia dan ify.

"Lagian kalau gue pikir-pikir, loe lebih cocok ikut irsyad ngamen, kali aja mereka mau sekalian bikin topeng monyet, kan bisa make loe… hehe…” canda cakka lagi yang kali ini langsung ngumpet di belakang dayat gara-gara sion udah niat ngelemparin cakka pake salah satu barang jualan mereka. Dayat langsung ngehalat mereka berdua.

"Eh, eh, turunin kaga tuh barang! kalau sampai rusak, gue suruh telen bulat2 tuh, mau loe?!! Letakin!” sela dayat sambil nahan lemparan sion yang ngarah ke cakka. Sion ditegasin dayat gitu langsung mingkem. Sementara cakka cengar-cengir dibelakang dayat. Sion cuma bisa melototin cakka.

“cakk... jugan pada perang dulu donk.. gimana sih?” tegur dayat ke cakka, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke sion, “yon, loe ikut irsyad aja ya... Mau kan loe?" Tanya dayat baik-baik. Sion tampak berpikir sesaat.

“ah loe yon, mikirnya lama banget sih.. kan lumayan yon kalau loe ikut kita, bisa jadi penari latar kita.. Haha...." kata irsyad. Sion yang ga terima reflek ngedorong bahu irsyad, lalu mengalihkan pandangannya ke dayat.

"iya deh, iya... kalau cuma ngamen sih, kecil... Siapa sih ga demen denger suara emas gue... yang nyanyi ganteng lagi... Hoho...." kata sion dengan gaya super narsisnya itu. Irsyad udah mau nyeletuk ngeledek lagi, tapi belum sempet buka mulut, dia udah di pelototin sama sion dan di ancungin bogem (kepalan tangan) tepat di depan hidungnya. Irsyad cuma langsung nyengir dan balas ngancungin jarinya telunjuk dan tengahnya dengan bentuk V. Peace... ^.^v

"oke sip… yang lain, ada lagi?" tanya dayat kemudian, memastikan kalau semua sudah jelas dan siap tempur. anak-anak yang lain tak ada yang menyahut.

"oke... kalau udah jelas semua, semua siap-siap jalan... Inget ya, ntar sore jam 5 kita ngumpul lagi disini buat ngumpulin sampah-sampah di sini buat di jual... " komando dayat ke anak-anak lainnya. Lalu anak-anak berkumpul membentuk lingkaran dan menumpuk telapak tangan mereka di tengah.

“sanggar angkasa..!!”

“SUKSES!!”

"ayo semua... sekarang, bubar jalan! Kerja.. Kerja... SEMANGAT!!" teriak dayat lagi. anak-anak pun semua mulai bubar bersiap melakukan bagiannya misi masing-masing. Sebelum dayat berangkat, dia sesaat mendekati cakka.

"cakk.. Ntar abner sama ozy kesini abis mereka nganterin koran2 pagi ini..” kata dayat. Cakka mengangguk faham. Dayat pun berlalu, tapi dia balik lagi dan kembali berbisik, “Dan... Titip adek gue ya... jugan sampai lecet! gue sengaja nyuruh dia ikut loe kan biar ga cape banget, yang lain kan agak berat kerjaannya..." bisik dayat lagi sebelum dia benar-benar beranjak pergi. Cakka hanya tersenyum dan mengancungkan jempolnya.

---------------misst3ri----------------

Di saat anak-anak sanggar berjuang untuk dava, di tempat lain, tepatnya di rumah ify, tampak ify sedang berjuang juga menahan sakitnya. Dia saat itu sedang diurut oleh seorang mbok tukang urut. Disampingnya, bu sonia yang nemenin anaknya itu cuma tersenyum simpul liat kelakuan anaknya yang kadang2 tiba-tiba jerit gara si tukang urut mijat tangannya agak kerasan.

“tahan dikit donk sayang…. lama-lama mama sama mboknya jantungan nih fy, gara-gara kamu bentar-bentar teriak tiba-tiba gitu… Kan ini udah yang kedua kali kamu dipijit, masa masih sakit?”

“kan sakit mah…” lirih ify. Akhirnya dia cuma bisa meluk gulingnya erat-erat, sambil gigit ujung sarung gulingnya itu buat sekedar nahan sakit dan suara jeritannya itu. tapi, tak lama kemudian, prosesi pijat memijat yang rada menyakitkan itu kelar juga.

“coba sekarang digerakin…” ify pun mencoba. Walau masih pelan-pelan, tapi dia sudah bisa menggerakkan tangannya itu perlahan.

“kayanya agak mendingan sih… kalau kemaren digerakin dikit aja, kaya langsung ketarik gitu uratnya, sakit… sekarang udah ga terlalu… ajaib ihh si mbok.. hehe…” ucap ify. Bu Sonia tersenyum simpul mendengar jawaban anaknya yang tampaknya sudah agak mendingan itu.

“kalau mama nganter mbok ini dulu ya ke depan…” kata mamanya ify sambil bangkit dari duduknya, lalu mengantar mbok tukang urut itu ke depan rumah. Tak selang begitu lama, datang septian.

“abis di urut ya loe fy?” Tanya tian sambil nyelonong aja masuk kamar ify. Ify yang sudah menyadari kedatangan tian, hanya mengangguk pelan.

"sekarang gimana rasanya fy?" tanya tian sambil narik kursi belajar ify dan ngambil posisi duduk di samping tempat tidur ify.

"ya, lumayan sih... Udah bisa di gerakin walau masih terbatas, tapi seenggaknya gue udah ga perlu pake gendongan kaya kemaren lagi..." ujar ify sambil latihan gerak-gerakin tangan kirinya lagi dengan perlahan. Tian terus memperhatikan sahabatnya itu dengan seksama.

"eh, fy... Loe tau agni kan?" tanya tian tiba-tiba. Ify menoleh sebentar ke arah tian dengan sedikit mengerutkan keningnya, lalu kembali konsentrasi dengan tangannya.

"ya tau lah... Kan dia sering bantuin kita... emang kenapa tiba-tiba loe nanya tentang dia??"

"ee... loe tau dia ada hubungan apa sama sila?" tanya tian lagi.

"ade kelas..." jawab ify enteng

"yah, itu juga gue tau... Maksud gue selain sebatas adik kelas, dia apa ada hubungan kerabat atau apa gitu sama sila?" papar tian lagi. Ify menatap penuh tian sekarang dengan tatapan penuh tanya.

"kok bisa kepikiran gitu??" tanya ify

"oiya, gue belum cerita ya... jadi pas kita jalan kemaren, kan ada mama sila yang mergoki kita jalan-jalan.. Nah, si agni tuh ada disana juga... "

"oh ya?"

"iya fy.. Makanya gue curiganya gitu... Kan ga mungkin kalau ga ada hubungan apa-apa, bisa nyantol jalan bareng sama mamanya sila..." argument tian.

"loe udah tanya silanya sendiri?"

"udah... tapi malah marah-marah ga jelas tuh anak! gue kan nanya baik-baik... Si via juga tuh, tau tapi ga mau ngasih tau! Payah tuh mereka semua... katanya dulu mau saling terbuka, jujur satu sama lain… tapi mana buktinya?! emang mereka nganggep gue apa?! Masa sama sahabat sendiri ga percaya? Sekalian aja gue ga usah di anggep!" kata tian agak emosi. Ify cuma tersenyum simpul liat tian ngomel-ngomel.

"sabar yan... Masa baru gitu udah ngomel-ngomel.. Sama gue lagi, kaya gue aja yang jadi terdakwa..."

"sori fy... Kelewat geregetan gue... Eh, loe sendiri ga lagi ngerahasiain sesuatu ke gue juga kan?" Tanya tian dengan nada curiga. Dia sudah tak bisa lagi menahan rasa penasarannya akan kejadian yang lalu itu.

"hah? Ya.. Enggak lah..." jawab ify sedikit agak gelabakan. Lalu dia segera pura-pura membaca majalahnya untuk menyamarkan kegugupannya. Tian memandang ify dalam.

"fy... Loe ga nyembunyiin sesuatu dari gue kan?" tanya tian. Ify di balik majalahnya, sudah pucat. Hatinya sudah dag dig dug ga karuan.

"Loe bohongkan kemaren bilang jalan sama nyokap loe? Loe ga jalan bareng nyokap loe kan kemaren?" tanya tian lagi. Ify masih diam.

"waktu itu gue liat nyokap loe di mall, dan setelah gue tanya, kata nyokap loe, waktu itu ga jalan sama loe... emang loe kemana waktu itu? Jujur sama gue..." desak tian sambil narik majalah ify agar dia bisa langsung memandang wajah ify. Ify kemudian hanya melirik tian lalu menunduk lesu.

"gue... gue emang ga sama nyokap waktu itu... gue..." kata-kata ify menggantung. ‘apa gue mesti jujur? Enggak… nggak… ini ga bakal berujung baik.. nggak…’ benak ify.

“fy… kemana loe kemaren?” Tanya tian lagi. Ify benar-benar memutar otaknya sekarang, lalu sebuah nama muncul di otaknya.

"gue nemenin... Lei..." lanjut ify cepat. Lei, nama iel di phone book HPnya. Mendengar nama lei, roman wajah tian seketika berubah.

"Lei yang tetangga baru loe itu?" tanya tian.

"iya.. Dia kemeren maksa gue, loe tau sendiri gue orangnya paling ga tegaan nolak .. Apalagi si lei mukanya melas banget waktu itu..."

"pada ngapain sih?"

"anu.. Itu bantuin dia beres-beres rumah sekalian nemenin dia... Nyokap bokapnya kan ga ada... jadi gue temenin dia di rumah sampai malam..."

"jangan-jangan loe jatuh di rumah dia ya?"

"eh.. Iy... iya..."

"ohh.. Gitu... Wah, gue tonjok juga tuh lei, udah bikin sahabat gue tepar gini... yang mana sih orangnya? rumahnya yang mana?"

"hah?! jugan deh.. Loe ga usah nyariin si lei... Lagian orangnya narsis bin ember banget, bisa habis gue diledekin ntar gara-gara dikira gue ngadu sama loe..."

"kalau gitu kenalin aja deh fy..."

"eh, ntar-ntar aja ya yan... Rumahnya di blok sebelah, gue cape kalau cuma nganter loe liat rumah dia... Lagian orangnya lagi ga ada di rumah hari ini..." elak ify lagi.

"oh gitu ya? ya udah deh kalau gitu..." sahut tian agak sedikit menunduk kecewa. Ify di depannya diam-diam menghembuskan nafas lega, dan menatap tian dengan tatapan tak enak. 'sori ya yan.. gue bohong lagi sama loe...' bisik ify dalam hatinya.

"Eh, Lo tau ga? Di mall kemaren gue kaya ngeliat orang yang mirip banget sama loe.." kata tian tiba-tiba. Ify sontak kaget.

"masa sih?!"

"yaa... Ga terlalu yakin juga sih... Sekilas sih mirip.. tapi kayanya masih manisan loe... Orang itu kayanya lebih berisi dari loe, loe sih kurus...."

"eh, tuh muji apa ngeledek tuh?!"

"Hehe... Becanda fy... tapi, emang beneran lagi error mata gue waktu itu deh, cuma salah liat doank gara-gara kelaperan ngeladenin via sila jalan-jalan... Lagian, loe kan waktu itu lagi di rumah lei, mana mungkin ada di mall… mana orang itu jalan bareng si iel lagi.. Ga mungkin banget kan loe jalan bareng iel?" papar tian. Ify kaget luar biasa.

"hah? Loe liat iel?!"

"iya.. Jalan bareng cewenya kali tuh... mana mungkin loe.. iya kan? Hehe…" sahut tian. Mendengar cerita tian, ify langsung menelan ludahnya. Jujur, hatinya berdegup begitu kencang sekarang. Tapi dia berusaha menunjukan sikap yang biasa-biasa saja.

"Ee... Iya.. Iya.. Ga mungkin banget..! Mana mungkin tuh anak iseng berubah jadi baik ngajak gue jalan... kalau diajak juga, belum tentu gue mau... Hehe..." sahut ify sebiasa mungkin. Tian hanya ikut tersenyum mendengar jawaban ify. 'ah, emang cuma pikiran gue aja yang berlebihan... emang ga seharusnya gue curiga sama sobat gue sendiri... Sori fy...' benak tian sambil mandang lekat ify yang kini sudah menenggelamkan wajahnya dengan majalah yang dibacanya.

----------------misst3ri-----------------

Di pinggir jalan yang bersandingan dengan bantaran sungai itu, terlihat sekelompok anak mangkal di pos ronda. Di dekat mereka ada papan karton bertuliskan…

CUCI MOTOR + SEMIR SEPATU GRATIS

MURAH, CUMA Rp 5.OOO

KAMI PASTIKAN MOTOR DAN SEPATU ANDA KINCLONG!

Itulah poster promosi yang tertera disana. Dan pemprakrsa itu semua adalah Dayat dkk. Kemaren sore, sehabis mereka pulang rapat, hari begitu suram dengan awan hitam yang menggantung tebal di atas. Dan akhirnya langit hitam itu menumpahkan seluruh airnya ke bumi. Dan seketika itu pula ide ini muncul di benak dayat dkk waktu itu. Hujan berarti becek. Becek berarti jalanan kotor. Jalanan kotor berarti motor penuh lumpur dan ga bersih. Dan kalau mau bersih harus rajin nyuci. kalau pada males semua, itulah peluang mereka..!

Dan akhirnya, dayat, oik dan zahra yang kemaren pulang bareng itu, langsung terbersit ide ini. Dan berkerja sama dengan emil, mereka sepakat bikin usaha ini dengan bonus semir sepatu emil plus harga miring, mereka yakin orang-orang banyak yang meminta jasa mereka. Dan harapan mereka itu ternyata ga sekedar angan belaka. Selang beberapa menit setelah mereka masang ikalauan itu, beberapa pengguna jalan dan masyarakat disana cukup banyak yang meminta jasa mereka. Dan bermodalkan air dari sungai di dekat mereka, beberapa ember dan lap yang di bawa dari sanggar serta sabun hasil patungan mereka, dan tentu saja terakhir modal tenaga mereka, mereka siap mengumpulkan dana dari cara ini.

“kok murah banget dek? Pasti bersih kan?” Tanya seorang bapak-bapak yang tertarik mencuci motornya, agak meragukan keprofesionalan mereka.

“dijamin kinclong deh pak… kalau nggak, sama balikin lagi deh ntar keasalnya…” sahut dayat meyakinkan.

“yah… jugan juga dek, masa ntar di balikin kotor lagi.. tapi bener ya.. kalau nggak saya ga mau bayar..”

“beres pak… percaya deh… sepatu bapak juga nih.. dibikin mengkilat deh pak…” sahut emil juga yang lagi nyemirin sepat bapak-bapak itu. bapak-bapak itu manggut-manggut. Riko yang lagi nyikatin ban motor, Cuma senyum-senyum sendiri dengerin bapak-bapak cerewet ini. ‘kumis bapak saya bikin mengkilat juga bisa pak..’ bisik riko pelan yang hanya bisa di dengar zahra yang ada disampingnya. Zahra cuma tertawa kecil mendengar itu.

“pokoknya bapak dijamin puas deh, pak…” sahut zahra juga. Bapak itu tersenyum. sepertinya dia sudah percaya.

“wahh… kalau banyak yang kaya gini, enak nih… sekarang serba mahal… jarang2 nemu yang murah yang gini… kenapa baru sekarang dek?” kata bapak-bapak itu lagi

“ah, ini buat amal kok pak… Cuma buat hari ini…”

“wah buat amal ya? Wah, bapak jadi salut sama kalian…” puji bapak-bapak itu.

Dan begitulah kegiatan mereka sepanjang hari itu. Emil ngurusin semir-menyemir. Dayat, riko dan goldi bagian pembersihan. zahra bagian ngumpulin duit sambil bantu-bantu ngelap sepeda motor yang selesai di cuci.

Nah.. kalau dayat dkk terlihat damai tentram ga ada halangan, gimana yang lain ya??

----------------misst3ri----------------

Matahari sekarang tepat di atas ubun-ubun. tapi teriknya matahari itu, tak menyusuntukan semangat ke 5 orang anak yang kini tengah berdiri tegap di depan pintu gerbang sebuah Komplek perumahan. Kini, mereka tengah memandang palang nama di pintu gerbang komplek tersebut, dengan sinaran mata penuh ambisi.

"KOMPLEK DARMAWAN PERMAI"

“semoga pada dermawan nih makhluk-makhluk sini… Biar kita ngamennya dapet duit lebih banyak lagi...” kata irsyad. Irsyad dkk memang dapat bagian misi buat ngamen di beberapa tempat. Mulai di terminal, tempat-tempat warung-warung dan rumah makan, stasiun, dan perumahan-perumahan. Dan saat itu mereka telah ada di sebuah perumahan, setelah sebelumnya telah ngamen di terminal dan beberapa Rumah Makan.

“yoi coy... harus pada ngasih duit ke kita… kebangetan banget kalau nyuekin penyanyi professional kaya gue… ya ga coy?” sahut patton.

“yang jelas kupingnya pada ga beres kalau ga ngehargai suara emas kaya gue… apalagi ganteng kaya gini…” sahut sion juga.

“dan itu ga bakal sempurna tanpa iringan perkusi gue… gue jamin bakal goyang semua… minimal jempolnya, hehe…” si irsyad ikutan narsis.

“yoi..yoi… sama calon drummer nasional kaya gue lagi… kucing juga pasti langsung ikutan joget dangdut…” sahut ray juga, yang ketularan ke narsisan ke-3 patnernya itu.

“iye… langsung goyang ngebor bin patah-patah, sambil angguk-angguk lagi kaya orang dugem... eh, ternyata tu orang kesurupan gara-gara denger gebukan gendang loe berdua… tapi langsung sembuh begitu denger suara merdu gue.... hehe....” sahut sion asal. Ray sama irsyad langsung kompak jitakin sion.

Sedangkan agni yang sedari tadi cuma diam, langsung ikut tertawa kecil mendengar celotehan-celotehan dari patner tim nya itu. 'yaelah.. Ternyata gue terkurung bareng orang-orang narsis dan pelawak semua nih...hehe...' benak agni geli sambil garuk-garuk kepala sendiri.

"yok... masuk ke dalam.. Kita cari mangsa..." ajak irsyad ngajakin mereka semua memasuki komplek itu. karena itu bukan perumahan elit, tak ada satapiam yang berjaga disana. Ini membuat mereka lebih mudah dengan seenaknya memasuki komplek itu tanpa tatapan mencurigakan. Lalu mereka memulai mencoba mencari-cari rumah yang kira-kira ada orangnnya. Kan sia-sia cape-cape nyanyi kalau ga orangnya. Tak lama kemudian mereka melihat sebuah rumah dengan pintu depannya terbuka. mereka pun sepakat menjadikan rumah itu target pertama mereka, dan segera melangkah mendekat.

"assalamu'alaikum...!! Permisi....!! Spada....!! Sampurasun...!! Boleh numpang ngamen pak ya..." teriak cempreng anak-anak secara bergantian. Tak ada sahutan dari dalam, tapi mereka tau, ada bapak-bapak yang duduk di dalam lagi baca koran.

"main coy... Diem berarti boleh..." patton narik kesimpulan. Lalu dia mulai ngejreng gitarnya, di ikuti agni, irsyad dan ray. Sion pun mulai goyang gerencengannya.

Hari ini ku dendangkan...

Lagu yang ingin ku nyanyikan...

Terkenang sebuah kenangan.. yang tlah ku alami... (dst)

Setelah sekian panjang mereka ngasih pertunjukan, tiba-tiba bapak-bapak itu keluar rumah. anak-anak udah sumringah, dengan harapan bakal di kasih duit. tapi ternyata...

"huss!!! Sana... Pergi..!! Pergi..!! Ganggu orang aja... Berisik!!" usir bapak-bapak itu.

“yah.. pak… kita kan udah cape ngamen buat bapak…” protes sion

“siapa yang minta?! Sana pergi! Ganggu orang aja!”

"yah.. Tuh bapak, lagunya udah mau abis baru ngusir! Dasar! Yuk ah, cabut!" ajak irsyad.

"Ada orang pelit... Orang pelit sekali... Beranak-anak, tujuh turunan...." patton sambil melangkah pergi, nyanyi asal dengan lirik buat nyindir tuh bapak-bapak. Ternyata bapak-bapak galak tadi denger nyanyian patton dan ga terima.

"eh kamu ngeledek ya..! bleki.. Kejar mereka...!!" teriak bapak-bapak itu sambil ngelepas anjingnya.

Gukk.. Gukk.. Gukkk..!!!

Anjing milik bapak-bapak tadi ngejar mereka. Sontak aja irsyad dkk kaget, dan tanpa komando semua kompak teriak, "KABUR...!!!" dan ambil langkah seribu. mereka ber-5 langsung lari pontang panting ngindarin kejaran anjing itu. Udah lari cepet-cepet dan jauh-jauh, masih saja anjing itu nafsu ngejar mereka. mereka terpaksa makin tancap gas buat kabur.

"eh, kita sembunyi di rumah itu tuh..!! Cepet.." ajak ray pas liat sebuah rumah yang kandangnya cuma dari tanaman dan rendah. karena kejaran anjing itu makin deket, dan mereka udah ngos-ngosan, mereka langsung ngikutin saran ray, dan mereka langsung loncat ke balik pagar rumah itu.

PRAKK!! KRASAKK!! KRUSUKK!!

Saking buru-burunya, irsyad sampe nyungsep pas ngelompatin pagar tanaman itu.

“sini kak, sembunyi..” ajak agni sambil bantu irsyad berdiri. Irsyad ngikut aja sama tarikan agni kebalik semak-semak. Akhirnya mereka ngumpet disana, sembunyi. Selang beberapa detik, terdengar suara anjing yang ngejar mereka tadi nyalak-nyalak dengan galaknya. Agni yang jongkok di samping irsyad, tampak sedikit pucat ketakutan. Tanpa sadar, irsyad menggenggam tangan agni buat nenangin. Agni balas mencengkram tangan itu kuat, buat ngalihin ketakutannya. Selang beberapa saat kemudian, sudah tak terdengar lagi suara anjing itu.

"kayanya udah aman-aman coy..." bisik patton sambil ngintip ke luar. yang lain ikut ngintip ke jalan lewat balik pagar tanaman itu.

"ah, gila tuh anjing, ngejar ga kira-kira... Sampe ngos-ngosan gue...” keluh ray.

“iya tuh… kalau ngefans sama gue, ga usah sampai segitunya kali ngejarnya..." omel sion yang masih sempet narsis. anak-anak lainnya sepakat langsung neloyor kepala sion.

"Pas saat-saat genting kaya gini, masih sempet narsis juga loe! Dasar!" omel irsyad. Sion cuma nyengir dengan wajah tak berdosanya itu. tapi tatapannya berhenti di satu titik.

“eh, syad… tangan loe kena lem ya? Nempel banget…”

“hah?” irsyad ga ngerti, tapi pas dia liat tangannya masih megang erat tangan agni, sontak dia lepas dan menunduk malu sambil garuk-garuk kepala.

“alahh.. loe syad.. bisa aja cari-cari kesempatan dalam kesempitan… hehe…” ledek sion lagi. yang lain jadi ikut godain irsyad sama agni yang nampak sudah blushing itu. Lagi asyik-asyik godain irsyad, tiba-tiba ada yang nepok pundak mereka.

"eh, pada ngapain kalian??" tegur orang yang nepuk mereka. mereka reflek balik badan, dan saat sudah noleh ke belakang...

"kayaaa!! monster...!!" teriak anak-anak sontak kaget karena liat sesosok berwajah putih agak rata. anak-anak udah mau kabur, tapi ditahan orang itu.

"yee... asal aja... Masa cakep gini dibilang monster sih??" protes orang itu. Dan setelah anak-anak benar memperhatikan, ternyata mereka salah sangka. Mbak-mbak itu ternyata lagi pake masker.

"eh, maaf mbak, hehe..." jawab agni. anak-anak yang lain cuma senyum-senyum malu. Liat mbak-mbak yang tampak ramah itu, irsyad memberanikan diri untuk bicara.

"eh, boleh ngamen disini mbak?? Buat amal nih mbak...." tawar irsyad kemudian

"oh ya? tapi, kalau gitu boleh request lagu donk...." kata mbak-mbak itu dengan manisnya.

"boleh.. Boleh... Boleh mbak.. Mau lagu apa? Pop? Jazz? Melayu? Dangdut?" tawar irsyad semangat.

"kita dangdutan aja yukkk..." pinta mbak-mbak itu. Tanpa diminta dua kali, irsyad dkk, langsung ngerespon.

"tarik mangg..." kata irsyad sebelum dia menggebuk gendangnya bersama ray, dan patton dan agni menggjreng gitar mereka. Sion dkk pun mulai nyanyi.

Anggur merah... yang tlah memabukkan engkau..

Belum seberapa.... (serr… )Dahsyatnya...

Bila dibandingkan dengan senyumanmu..

Membuat aku... Jatuh bangun.... (asekk…) …dst…

Sion, dkk terus nyanyi sambil joget dangdutan dengan asyiknya. Mbak-mbak itu juga ikut goyang. setelah nyanyi beberapa lagu request an mbak-mbak tadi, lalu mbak-mbak tadi permisi masuk ke dalam rumahnya.

"ihh.. Dahsyat-dahsyat deh semua goyangannya..." puji mbak-mbak itu.

"mbak juga... Berat-erat gimana gitu suaranya... Ngebass banget, khas banget deh..." sion ikutan muji. Si mbak-mbak tadi cuma tersenyum.

"eh, mbak kedalam dulu yaa anak manis... Mau cuci muka dulu... adek-adek Duduk aja di sini dulu..." kata mbak-mbak itu agak genit. Patton dkk lalu duduk di teras rumah itu.

"eh, baik juga tuh mbak-mbak.. Moga di kasih banyak nih kita.. ya ga coy.." kata patton.

"iya.. Iya.. Kebangetan banget kalau kita nyanyi banyak banget tapi di kasih cuma dikit..." kata irsyad juga.

"harus tuh... Mbak-mbak tadi kayanya cakep lagi... Orang cakep biasanya baek, kaya gue..." celetuk sion juga. lumayan lama juga nungguin mbak-mbak tadi. Ngerasa bosan, lalu sion nyerobot gitar agni, lalu mulai mengejreng.

Malu aku malu... Pada semut merah...

yang berbaris di dinding menatapku curiga...

Seakan dia bertanya.... Sedang apa disana?

Menunggu duit jawabku...

"eh, ssttt... Asal banget loe nyanyi! Malu-maluin tau!" tegur irsyad ke sion. Sion cuma nyengir.

"Iya deh, gue ganti nih lagunya..." kata sion kemudian, lalu dia kembali ngejreng gitar.

Jujurlah padaku.. Jujurlah padaku...

Kau menyimpan rasa.. Kau menyimpan rasa cinta...

Nyatakan padaku.. Nyatakan padaku...

Perasaan itu.. Perasaan itu.. Cinta....

Semua pada tepok tangan, denger sion yang suaranya rada ngerock gitu, bisa juga nyanyiin lagu yang rada manisan gitu. tapi selanjutnya, lagu yang manis itu, seketika berubah....

Dengarkan curhatku...

Tentang dirinya....

Betapa asemnya... Bau keteknya....

Jujurlah padaku.. Jujurlah padaku...

Kau belum mandi sore... Belum pake deodorant...

Jangan suka bohong.. jugan kau bohongiku lagi...

kalau belum mandi... jangan lah sok ngaku wangi...

(buat kevin vierra, sorry lagunya di ubek2, hehe..)

Yang lain langsung pada ngakak denger sion yang ngubek-ngubek lagu seenak udelnya itu. Sedangkan Sion, dengan pada dan santainya, makin nafsu aja ngubek-ngubek lagu orang. Tapi, tiba-tiba patton dkk berhenti ketawa, dan langsung cengar-cengir dan segera bangkit berdiri. Sion yang duduk di kursi paling dekat pintu, bingung.

"eh, pada kenapa sih? Biasa aja donk mukanya abis liat gue nyanyi.. gue tau kok suara gue terlalu memukau buat didenger..." kata sion. tapi irsyad di depan cuma diem sambil ngasih isyarat nunjuk-nunjuk belakang sion pake dagu. Sion yang sadar, lalu berbalik. Dan saat dia berbalik, maka tau lah dia apa yang sudah ada di depan mereka. Di belakangnya udah ada mbak-mbak tadi tersenyum manis ke mereka. Dan, ternyata setelah mbak-mbak itu buka maskernya dan nyuci mukanya, dan terlihatlah tampang aslinya.

"ihh, pada cu cok banget sih suaranya... Ikut eke ke dalam yukk...." kata mbak itu dengan genitnya sambil narik tangan sion. Ternyata mbak-mbak tadi adalah, tak lain dan tak bukan... mas-mas cantik alias mbak-mbak jadi-jadian!! KYAAKKKk!! Sion langsung bergidik, merinding liat siapa yang udah narik-narik tangannya itu. Sedangkan irsyad, agni, ray dan patton sambil senyum-senyum, udah mundur dengan tertip dan perlahan, siap-siap kabur.

"eh, ga deh bang.. Eh, mbak.. Hehe...." kata sion cengar-cengir sambil berusaha melepas pegangan tangan mbak-mbak itu.

"kok nggak mau sih?? Uang eke banyak lho, peke dollar nee.... yuukkk..." rayu mbak-mbak itu. Sion masih ttapi berusaha melepaskan diri, lalu dengan sekuat tenaga dia menarik tangannya dan setelah terbebas, dia langsung teriak.

"LARI...!!!" teriak sion sambil ngambil langkah seribu bersama teman-temannya.

----------------misst3ri------------------

Yah, banyak ga jelasnya ya kelompok sion dkk, hehe.... sekarang kita intip kelompoknya cakka di taman kota... semoga yang ini kisahnya ga seapes sion dkk. Di taman kota, sekarang tampak iel sedang ngelayanin seorang anak yang tanya-tanya barang-barang mereka. Sedangkan cakka sama oik duduk di belakang lagi beresin sesuatu.

“yang ini berapa kak?” tanya anak itu sambil nunjuk sebuah ransel milik iel.

“itu 130 ribu…” jawab iel ramah

“kalau yang itu?” Tanya anak itu lagi

“itu Cuma 70 ribu dek..” jawab iel masih dengan ramah

“kalau yang itu?” Tanya anak itu masih dengan santainya

“40 ribu… sebenarnya niat beli ga sih dek?” iel mulai kesel ditanyain mulu

“niat kok kak…”

“sekarang mau beli yang mana adek manis?” tanya iel dengan senyum sangat dipaksakan.

“yang cukup pake uang segini ada ga kak?” kata anak itu sambil nunjukin uangnya yang cuma 2000 perak. Iel langsung nepok jidatnya sendiri.

“yah… dek, itu sih buat beli permen doank…ga ada uang lagi?” sahut iel lesu.

“ada sih… aku kan punya banyak uang… tapi buat beli cokalauat aja deh.. barang-barangnya ga ada yang bagus!” ucap anak itu sambil langsung ngelonyor pergi. Iel yang udah kesel, rasanya pengen banget ngejitak tuh anak.

“eh, songong banget tuh anak! Arghh! pengen gue jitak! gue tusuk2 jadi sate! gue injek2.. gue sikut!” iel ngomel-ngomel sambil mukul-mukul angin (gimana tuh?), bergulat sendiri. Saking emosinya, dia jadi ga sadar udah kesikut oik yang duduk di belakangnya.

“aduh..!!” pekik oik. Cakka yang reflek sadar begitu denger suara oik, langsung deketin oik.

“ah loe yel… kesel sih kesel aja.. ga usah pake nyikut oik gitu donk…” omel cakka sambil bantuin ngusap-ngusap jidat oik yang kepentok sikut iel tadi. Oik jadi sedikit kagok dengan perlakuan cakka itu.

“eh, sori ik, kelepasan… hehe… Gak papa kan ik?” kata iel tulus minta maaf. Oik ga nyahut.

"ik... Gak papa kan? Gak papa aja deh ya... Si cakka kayanya udah mau nonjok gue nih, kalau loe bilang udah geger otak..." kata iel lagi sambil ngelirik cakka yang tampaknya masih ga sangar mandang dia.

“hah? Eh... Iya... gak papa kok kak…” sahut oik.

"nah, gak papa kan cakk oiknya... Udah donk loe melototin gue, ga usah sampai segitunya, dalem banget kayanya... Ga naksir gue kan loe?" kata iel sambil nyengir ke cakka yang masih melototin dia. Cakka diledekin gitu, reflek langsung nimpuk iel pake sendal. Syukur iel sigap, segera kabur, kalau ga benjol tuh kepala. Kemudian dia mendekati abner dan ozy yang udah datang bergabung, dan sekarang lagi sibuk teriak-teriak promosi tak jauh dari sana.

"murah.. Murah... Harga kaki lima.. Kualitas bintang lima..." promosi mereka. Iel jadi ikut-ikutan promosi juga. Tak lama kemudian, tampaknya seorang bapak-bapak tertarik dengan dagangan mereka.

"eh, dek... yang ini harganya berapa?" Tanya bapak itu sambil nunjuk sebuah kaos bola. Iel kembali dengan semangat ngeladenin pembelinya.

"murah pak... Cuma 150 ribu doank..." jawab iel

"mahal banget!! 20 rebu dah ya..." tawar si bapak.

"jiah, si bapak.. jauh banget nawarnya.... asli nih pak kaos bolanya… Cepe’ deh pak...."

"masih kemahalan tuh... saya ngalah deh... 25 ribu..."

"yah, masih jauh itu pak.... 80 deh pak.. Ga kurang lagi...."

"40 ribu deh, bukan barang baru juga kan nih?"

"tapi kan masih baru, masih bagus.. Baru dipake sekali, itu pun pas nyoba doank.... ga sempet dipake tuh pak, gara-gara MU batal tanding di Indonesia kemaren tuh..." kata iel lagi

"mau asli atau kaga, tetep aja barang bekas....” sahut si bapak ga mau kalah. Cakka yang ngeliat iel berdebat sama bapak-bapak itu lalu mendekat.

“kenapa yel?”

“ini.. masa kaos MU gue yang asli gini di tawar 40 ribu? Jauh banget..”

“yah.. kan di obral dek… 50 rebu deh kalau mau..." kata bapak-bapak itu lagi. Cakka sesaat berpikir.

"ya udah deh pak... Bungkus...." sahut cakka cepat. Iel langsung melotot ke cakka. tapi cakka dengan cueknya bungkusin tuh kaos, lalu menyerahkan barangnya ke bapak-bapak itu dan menyambut uang yang di sodorin bapak-bapak itu.

“makasih pak…” kata cakka ramah. Iel menatap lemah kepergian bapak-bapak yang membawa barangnya itu.

"busyet dah.. gue beli dua ratus lebih tuh...." lirih iel lesu. Cakka cuma nepok2 pundak iel.

"udah.. Relain.. Buat amal yel..." sahut cakka. Iel masih memandang lesu ke arah menghilangnya bapak itu dengan pandangan tak rela. ‘good bye kaos ku..’

----------misst3ri------------

Setelah transaksi dengan bapak-bapak tadi, tak ada lagi pembeli yang datang.

"hwadohh... Udah siang gini juga, baru laku dikit banget..." keluh iel.

“iya nih.. gue udah cape tereak-tereak dari tadi, tapi ga banyak yang mau ngelirik.. mana laper lagi…” keluh ozy.

“iya ya.. kita belom makan dari tadi.. gue suruh pak asdi beliin kita makan deh..” kata iel, lalu dia bangkit mendatangi pak asdi yang sedari tadi menunggu iel di parkiran, untuk meminta pak asdi membelikan mereka makan. Cakka tampak termenung memikirkan keluhan-keluhan iel dan ozy tadi. Otaknya berpikir keras sekarang. Kalau tetap seperti ini, barang-barang mereka ga bakal di lirik orang. mereka harus punya strategi baru. Tak lama berselang, cakka menjetikkan jarinya..

"gue tau, gimana caranya biar cepet laku...!" kata cakka tiba-tiba.

“gimana cakk?” tanya iel yang baru aja balik dari parkiran.

“yel.. loe relakan sama barang-barang loe? yang penting bisa laku dan ngasih kita banyak penghasilan kan yel?”

“iya… terserah loe deh, yang penting laris gimana… tapi gimana caranya?” jawab iel. Cakka hanya tersenyum. Lalu cakka mulai memilah-milah barang jajaan mereka, lalu membaginya menjadi beberapa bagian. Lalu di atas sebuah karton gede, cakka menuliskan sesuatu.

OBRAL MURAH!!

HARGA KAKI LIMA, KUALITAS BINTANG LIMA

dengan HARGA 10.000 - 80.000, silahkan bawa pulang barang berkualitas ini!!

"what?! 10 ribu s.d 80 ribu?? barang-barang gue kan harganya di atas seratus ribu semua cakk??!" protes iel seketika ketika liat tulisan cakka itu.

"loe mau laku ga? kalau lo ga rela dijual semurah ini, ya udah... Terserah loe..." sahut cakka. Iel memandangi barang-barang jualannya dengan wajah sendu, lalu kembali menatap cakka.

"ya udah deh... Buat dava..." ratap iel sambil memandang lesu kertas promosi yang ditulis cakka itu.

“nah, sekarang.. biar orang tertarik, kita sambil ngamen..” kata cakka lagi sambil ngeletakin kursi di depan dagangan mereka dan mulai ngejreng gitarnya.

“bapak-bapak.. ibu-ibu…. Terimalah persembahan kami…” lalu cakka mulai menggejreng gitarnya dan bernyanyi.

Kau ku dambakan..

tapi tak mungkin ku dapatkan..

Harus ku sadari itu.. harus ku sadari itu…

Oik yang asyik memandangi cakka, tanpa sadar jadi ikut bernyanyi juga...

Ku takkan bisa buatku menjauh…

Dan kau hancurkan aku..

jika kau pergi dariku membuang hidupku…

Mendengar oik ikut bernyanyi, cakka sempat terdiam, agak terpesona. Cakka hanya tersenyum melihat oik yang ikut bernyanyi itu, tapi kemudian dia tersadar, lalu dia mulai menggejreng gitarnya lebih semangat lagi, dan mulai ikut bernyanyi juga.

Ku tak akan bisa… ku tak akan bisa…

Menjauh darimu.. sepanjang hidupku…

Ku tak akan bisa… ku tak akan bisa…

Melihat dirimu.. bersama dirinya....

oo… oo.. ooo.. oo.. o…

begitu lagu itu habis, tanpa mereka sadari penuh, sekitar sana sudah di penuh di kelilingi orang-orang, dan memberikan mereka berdua tepukan tangan yang begitu keras. Ternyata, pertunjukkan cakka itu berhasil menarik perhatian banyak orang. Iel yang menyadari itu, langsung inisiatif ngambil kantong kresek, dan mulai mengedarkannya ke seluruh mengunjung.

Ozy dan abner pun mulai semangat promosi lagi. Di sela pertunjukkannya itu, cakka sesaat berpromosi.

“bapak-bapak.. ibu-ibu… mbak.. om.. tante… kakak-kakak… di sela hiburan music dari kami, ayo silakan di pilih barang-barang kami, di jamin dengan harga kaki lima, Cuma berkisar 10 ribu-80 ribu, silakan bawa pulang barang dengan kualitas bintang lima!! Barang terbatas..!! ayo!!” promosi cakka.

“selain bisa menikmati pertunjukkan kami, ayo pak .. bu… di pilih barangnya… dijamin oke!” promosi iel juga sambil ngedarin kantong buat sumbangan ngamen mereka.

“iya bu.. pak… barang murah… kualitas terjamin…” promosi abner dan ozy. Dan, dasar berjiwa konsumtif semua, apalagi ibu-ibu, ga bisa denger barang murah kualittas jempolan, Seketika saja barang-barang mereka langsung di serbu pengunjung. Dan mulailah anak-anak sibuk ngeladenin para pembeli itu sampai sore menjelang. Yeah! Cakka dkk sukses!

------------misst3ri--------------

"dua puluh lima ribu... Tambah ini tujuh belas... jadi empat dua... Trus ini...." tampak saat itu dayat, zahra dan cakka sedang serius menghitung penghasilan mereka hari itu.

Saat itu mereka semua udah ngumpul di sanggar. Sebelumnya, mereka ngumpul di taman kota jadi pemulung dadakan, ngmpulin sampah-sampah buangan pengunjung, yang kira-kira masih bisa di jual. setelah aksi semut mereka selesai, mereka semua, minus iel yang udah pulang duluan bareng pak asdi, ngumpul di sanggar untuk sama-sama melepas lelah dan mengumpulkan hasil kerjaan mereka seharian itu. Tak jauh dari sana, anak-anak yang lain sedang asyik bercanda, sambil makan minum seadanya, sekedar melepas lelah mereka setelah seharian keliling-keliling kota.

"eh, tadi gila banget kita pas ngamen di komplek darmawan... Tebak kita ketemu apaan?"

"ketemu apaan?"

"mas-mas cantik...." kata sion kemudian. anak-anak lainnya masih rada ga ngerti. Sion geleng-geleng kepala. Lalu dia mengambil taplak meja, dan memakainya di kepala. Lalu dia memulai banyolannya dengan nyontohin gaya waria yang mereka temui tadi.

"sini adek manis.. Nyanyi bareng sama eke aja, yukkk...." kata sion sambil melemah gemulaikan badannya, plus tangannya yang dibuat selentik mungkin. Anak-anak yang udah paham, sontak langsung ngakak liat gaya kocak sion yang dengan pesis banget bergaya bak waria.

"masa eke yang cakep kaya luna maya gini di panggil mas... Ga cuco nee...."

------------misst3ri-------------

Tak lama kemudian, dayat memanggil mereka semua untuk berkumpul.

"temen-temen... Kumpul disini semua..." panggil dayat. Lalu mereka semua berkumpul di ruang belajar sanggar itu dan duduk melingkar.

"yah.. Uangnya cuma segini...." ucap dayat sambil memangku kaleng berisi semua penghasilan mereka seharian hari itu.

"berapa tuh yat??"

"ini cuma satu juta delapan ratus dua puluh tujuh ribu tiga ratus perak..." kata dayat sambil meletakkan kaleng itu di hadapan mereka semua.

"apa?! Satu juta delapan ratus lebih coy??!! Duit semua tuh isinya??" komentar patton sambil melirik ke dalam kaleng.

"Wah... Uang jajan gue satu tahun tuh..!!" kata irsyad.

"gue nabung dari SD aja ga nyampe segitu..." kata riko juga.

"tapi ini belum cukup... kalau di tambah sampah-sampah kertas dan plastik yang kita kumpulin tadi, paling cuma nyampe 2 jutaan..." kata dayat. Cakka yang duduk disampingnya mengangguk lemah.

"yap, ini masih kurangnya banyak.... Kita perlu 3 kali lipat dari ini lagi..." jelas cakka dengan lesu. mereka semua jadi terdiam mendengar itu semua. Ternyata usaha mereka itu belum cukup.

"gimana ya?? Apa kita ngerjain kaya hari ini lagi besok??" usul irsyad. tapi, cakka langsung menggeleng.

"penghasilan terbesar kita dari barang-barang yang dijual.. Dan barang yang di jual tadi, sebagian besar barang punya iel..." sahut cakka.

"kalau mau masih..." iel buka suara, tapi langsung di tahan cakka. Dia menggeleng keras.

"nggak yel... kalau loe jualin barang-barang loe lagi kaya tadi, gue ga enak sama loe... Nyokap bokap lo ga marah apa loe ngejualin barang-barang loe sebanyak tadi?" kata cakka ke iel.

"gak papa kok..."

"enggak... Ini belum cukup, dan kita ga bisa pake jalan ini doank.. Kita harus cari jalan keluar lain...." lirih cakka

"tapi apa???" tanya yang lain.

"entah lah... gue cape.. Kalian semua juga pasti pada cape kan? Kita pulang aja dulu sekarang ya.. Ntar besok kita pikirin bareng-bareng lagi..." ucap cakka lagi.

Setelah itu anak-anak akhirnya memutuskan pulang ke rumah masing-masing dengan masalah yang masih tak terselesaikan itu. Yah, semoga ini bisa segera terselesaikan. Itu harapan mereka semua. Semoga...!

------------BERSAMBUNG (3am)------------

0 komentar: