This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 31: Pemecah Kegundahan

Lanjutan dari PROMISE Part 30: Street Mission. Baca juga Promise Part 1: Awal untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.

NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)

.

.

PROMISE - Part 31: Pemecah Kegundahan

-------------------misst3ri--------------------

Sore itu iel setelah dari sanggar, iel langsung pulang ke rumahnya. Dia ngerasa sangat cape, lelah, dan sangat butuh istirahat. Lagipula badannya sudah lengket sekali, penuh keringat. Maka sesampainya, di teras rumahnya, dia membuka pintu rumahnya dengan semangat 45. Dia udah ga tahan buat langsung nyemplung ke dalam air dingin buat ngilangin kegerahanya. Tapi saat dia baru saja membuka pintu rumah, matanya langsung membelalak kaget.

"gabriel? Baru datang kamu?"

"mama?!! Papa?!!" teriak iel. Di ruang tamu sudah ada mama papanya duduk bersantai disana. Iel langsung berlari dan memeluk keduanya. Rasa kangen yang membumbung di hatinya seketika itu juga terbayarkan sudah.

"baru datang dari mana nih jagoan papa?" tanya papanya iel sambil nepuk-nepuk pundak anaknya itu.

"Kapan pulangnya?? Kok tiba-tiba udah ada di sini sih?? Kenapa ga bilang-bilang sama iel sih?? Bukannya kemaren katanya gak bisa pulang dalam waktu dekat ini?? Kok Papa gak jadi ngurusin bisnis papa?? Kalau bisnis papa rugi gimana?? Ntar klien papa pada kabur lho... Gimana kalau... " serobot iel dengan setumpuk pertanyaannya.

"Iel... Kalau direntetin pertanyaan terus kaya gitu, kapan mama papa jawabnya??" potong mamanya sambil tersenyum geli. Iel langsung diem dan nyengir, lalu dia duduk di samping mamanya. Papa iel yang duduk tak jauh dari sana sambil tertawa kecil.

"pekerjaan papa di luar negeri masih bisa menunggu kok... Lagipula Papa masih punya pekerjaan lebih penting di Indonesia ini... Jauh lebih berharga dari pada bisnis papa di Luar negeri itu..." jawab papanya iel sambil mandang anaknya itu lekat.

Tampak gurat kekecewaan di wajah iel. Kalau papanya pulang untu kurusan bisnis, maka mereka ga bakal punya waktu lebih untuk dihabiskan bersama-sama, pemikiran itu yang ditangkap otak iel yang membuatnya agak sedikit kecewa. Tapi iel segera berusaha menepis pikiran itu. 'bisa ketemu sama papa mama aja udah syukur kok.. Loe ga boleh ngeluh yel...'

"jadi papa pulang ke Indonesia gara-gara ada bisnis yang penting banget ya pa? Yah.. Papa otak bisnis banget sih... hehe..." sahut iel agak bercanda untuk menyembunyikan kekecewaannya. Mama papanya tersenyum mendengar sahutan iel itu.

"hehe.... Dasar kamu nih ya... Tapi iya sih... Papa di Indonesia emang buat urusan maha penting papa..." sahut papa iel sambil mandang lekat anaknya itu. "yaitu urusan.... ngurusin jagoan papa yang katanya udah kelewat kangen buat ngelawan papanya main bola lagi..." sahut papanya iel lagi. Senyum iel langsung kembali mengembang mendengar jawaban anaknya itu. Mamanya iel juga turut tersenyum dan terus menatap lekat putra tunggalnya itu.

"mama papa tau, kamu pasti mengharapkan sekali kepulangan kami beberapa hari yang lalu... Maaf ya mama ngecewain kamu kemaren, padahal waktu itu katanya kamu udah nnyiapin kejutan buat mama..." ucap mamanya iel sambil mengusap rambut anak satu-satunya itu dengan penuh kasih sayang. Iel balas menatap mata yang sekarang menatapnya penuh sinar kehangatan itu.

"gak papa kok ma... Iel ngerti kok..." sahut iel.

"tapi, waktu itu, mama papa jadi begitu merasa bersalah sama kamu, padahal kami udah janji dengan kamu lebih dulu... Mama dan papa ingin sekali mengibur kamu, ngasih sesuatu buat kamu agar bisa ngobatin kekecewaan kamu... tapi kami tersadarkan akan sesuatu..." ucap mamanya iel. Beliau terdiam sesaat sambil terus menatap hangat anaknya itu.

"...kami tersadar akan sesuatu, bahwa ga ada satu hadiah pun yang bisa kami berikan dapat membahagiakan kamu seutuhnya, selain ini... Kepulangan mama papa... Mama gak mau kecewain anak mama satu-satunya ini..." kata mama iel lagi.

"makasih ma... Iel seneng banget... Makasih..." kata iel sambil terus meluk mamanya erat. Mama iel tersenyum bahagia dan balas memeluk erat anaknya itu.

"seharusnya kamu berterima kasih dengan temen kamu, dia yang udah nyadarin mama apa yang sebenarnya kamu harapkan.." kata mama iel kemudian. Iel melepas pelukannya, lalu menatap mamanya dengan agak heran.

"temen? Maksud mama??"

"itu temen kamu yang cewe, yang ngangkat telepon kemaren. Namanya... Afi, ifa, eh bukan, siapa ya?" mama iel masih berusaha mengingat-ingat nama temen iel itu. Tapi disampingnya, iel sudah tersenyum simpul. Dia tau siapa yang mamanya maksud. Kemudian iel langsung bangkit berdiri.

"Ee.. Iel pergi bentar ya ma, penting!!" pamit iel sambil buru-buru melangkah ke luar rumah.

"mau kemana lagi yel?? Baru juga mama papa datang, masa udah ditinggal pergi..." tanya mama iel

"bentar ma... mau ke rumah dewi penyelamat!!" sahut iel keras sambil berlari menuju luar rumah.

------------misst3ri-------------

Ting tong... Ting tong... Ting tong... Bel rumah ify berbunyi berkali-kali.

"iya sebentar... Ga sabar banget sih!!" sungut ify. Saat ify baru membuka pintu rumahnya, dia sudah mendapati iel. Sedangkan iel, ketika mendengar pintu di buka, dia langsung berbalik dan setelah mengetahui siapa yang membukakan pintu untuknya adalah ify dia reflek mendekat.

"IFY!!!" teriak iel sambil langsung nyosor mendekat, pengen meluk ify. Ify yang baru bukain pintu sontak kaget melihat dia bakal di serbu begitu dan tanpa sadar, dia reflek langsung mundur dan ngebanting pintu dengan keras.

BRAKK!!

ADOWWHH!!

Mendengar teriakan itu, Ify langsung kembali membukakan pintu dan mendapati iel di depan pintu rumahnya sudah di lantai sambil ngelus-ngelus jidatnya.

"ah, loe fy.. Pake banting-banting pintu di depan muka gue.. Kejeduk nih..!" sungut iel sambil bangkit berdiri. Ify cuma langsung terkekeh geli.

"eh, udah bikin gue kejeduk, malah ngetawain gue lagi loe! Sakit nih! Tanggung jawab loe!" omel iel

"yee... Kok nyalahin gue... Lagian siapa suruh, datang-datang, tiba-tiba udah main nyosor aja..!! Enak aja loe, ga ada basa-basi langsung mau meluk-meluk gue.. Emang gue apaan, apa main diseruduk2 aja??! Mana tangan gue masih sakit, sensitif nih..." sewot ify juga. Diomelin balik sama ify kaya gitu, Iel jadi langsung cengengesan sambil garuk-garuk kepalanya.

"sori fy, kelewat seneng gue... Hehe..." kata iel.

"yee.. Kalo lagi seneng gitu, bagi-bagi duit kek... Ini malah mau main seruduk orang aja... Hehe... Ayo ngaku, mau ngapain loe kesini??!" sahut ify.

"gue.. gue cuma mau bilang makasih sama loe fy..." kata iel kemudian, masih garuk-garuk kepala, agak salting. Ify mengernyitkan keningnya.

"makasih buat??" tanya ify yang tampak masih ga ngerti, sembari duduk di kursi teras itu. Iel pun mengikutinya duduk di sana.

"makasih karena loe udah bikin mama papa gue pulang..." sahut iel sambil menatap lekat ify dengan senyumannya yang terus mengembang itu.

"maksud loe??" tanya ify lagi, masih ga ngerti kemana arah pembicaraan iel.

"loe kan yang udah ngomong sama mama gue di telpon kemaren??" jwb iel lagi

"iya sih..., tapi seingat gue, gue ga ngomong buat nyuruh mama papa loe buat pulang deh..." sahut ify. Iel mulai geregetan dengan sikap biasa ify itu.

"tapi kata-kata loe bikin mereka sadar, kalau yang gue butuhin sekarang adalah kepulangan mereka, kehadiran mereka!! Dan sekarang mama papa gue udah balik!!" sahut iel lagi. Ify setelah mendengar itu, hanya tersenyum simpul mendengar itu semua.

"cuma kebetulan kok yel, semua ini kan udah Tuhan yang ngatur... Itu juga berkat doa loe juga kok..." kata ify sambil nepuk-nepuk pundak iel.

"tapi.. Tetap aja, gue berterima kasih banget sama loe..." ucap iel lagi dengan tulus

"yah... Itu kan gunanya teman.. Eh, bukan deng, gunanya gue sebagai anak buah loe.. Haha..." sahut ify enteng. Iel jadi ikut ketawa denger guyonan ify itu.

"hehe... Thx ya fy, udah jadi asisten gue yang paling the best! Tapi.. Kayaknya gue bakal kehilangan hak perintah beberapa hari lagi nih, hehe...." kata iel

"oiya ya... Besok lusa udah nyampe hari terakhir kontrak gue jadi pesuruh loe! Alhamdulillah.. Terima kasih ya Allah.... Akhirnya bisa terbebas juga hamba-Mu ini dari tukang perintah yang super jail ini!" kata ify. Iel jadi langsung ketawa denger ucapan ify.

"haha... sebenarnya sih, sekarang juga secara ga langsung, loe udah bebas dari suruhan gue... Abis, gimana gue bisa tega nyuruh-nyuruh loe? Secara loe, dengan tangan kaya gitu, gimana mau ngelayanin gue, ngambil minum sendiri aja susah... Haha..." kata iel di tengah tawanya. Ify hanya tersenyum simpul mendengar itu.

"eh, tangan loe udah ga di perban lagi ya?" tanya iel baru nyadar ify ga pake perban dan gendongan lagi tangannya.

"oh iya... Abis minum obat dari dokter trus dipijet sama, udah agak mendingan, jadi udah bisa di copot..." terang ify. Iel segera mendekati ify untuk memeriksa bekas luka di tangan ify itu. Terlihat masih agak biru, tapi udah ga separah kemaren.

"wahh... Udah mendingan yak... Udah bisa di suruh-suruh lagi donk...." kata iel sambil gerak-gerakin lengan ify itu agak serampangan. Ify yang seketika itu merasa nyeri yang seketika menjalar di pergelangan tangannya, langsung reflek nepis tangan iel dan ngedorong iel agak menjauh darinya.

"ah loe! Pelan-pelan napa megangnya! Biar udah mendingan, tp masih sensitif nih.. Ga boleh banyak gerak! Rese banget ah loe yel.." dumel ify agak kesel.

"ah, baru gitu aja, masa sakit... Cemen ah loe fy... hehe..." kata iel lagi sambil ngacak-ngacak rambut ify. Ify lagi-lagi harus dengan susah payah menepis tangan jail iel.

"ah, loe yel! Jail amat jadi orang!" omel ify sambil benerin rambutnya yang acak-acakan itu. Iel hanya terkekeh sambil terus gangguin ify dengan kembali mengacak-acak rambut ify yang dengan agak susah payah sedang dirapikan ify dengan sebelah tangan.

"hadohhh.. Iyel!! Udah deh.. Terserah mau loe apain rambut gue!" omel ify kesel. Ify akhirnya nyerah menghadapi keusilan iel itu dan membiarkan rambutnya tetap acak-acakan. Iel kembali ketawa liat ify yang tampak gusar itu.

"widiihh.. Gitu aja ngambek... Udah sini gue benerin..." kata iel sambil benerin rambut ify. Ify diam aja karena rada kesel di usilin iel mulu dari tadi, dan membiarkan jemari-jemari iel menelusuri helaian-helaian rambutnya.

"nah tuh.. Udah rapi..." kata iel sambil tersenyum simpul ke arah ify. Ify hanya melirik ke iel sedikit tanpa membalas senyum itu. Ngeliat ify ga bereaksi, sebelum narik tangannya, iel sempet-sempetnya narik rambut ify. Ify langsung mengaduh, dan reflek mukul tangan iel.

"aduhh! IEL..!! Dasar Biang jail loe!!" omel ify. Iel kembali ketawa lepas.

"hehe... abis loe fy.. Bilang makasih kek udah dibenerin rambutnya.. eh, ini gue malah di kasih cemberutan mulu, kan rambutnya udah gue rapiin... Lagian kalo ga jail, bukan gabriel namanya fy.. hehe..." sahut iel sambil terus tertawa. Ngeliat tawa iel itu, entah kenapa selalu membuat kegusaran ify lenyap begitu saja tak berbekas. Yah, tawa renyah iel itu, seperti sebuah rangsangan yang tak bisa ditolak untuk membuatnya ikut tersenyum dan tertawa lepas juga.

"nah.. Gitu donk ketawa, kan enak juga diliatnya... hehe..." ujar iel. Ify hanya membalasnya dengan senyum simpulnya itu.

"eh, loe nyium ga yel? Dari tadi gue nyium bau ga enak... bau apaan ya?" kata ify sambil ngendus-ngendus bau sekitar.

"hah? Ee.. Hehe...." iel langsung nyengir, "sori fy... Kayaknya dari bau badan gue... gue belom mandi, padahal seharian ini gue udah berpanas-panas ria jualan, trus abis itu gelutin profesi dadakan jadi pemulung, enak banget dah aroma badan gue hari ini, keringet campur sari...." jelas iel kemudian sambil tetap dengan nyengir lebarnya.

"jiah..!! Pantes idung gue gatel-gatel mau bersin dari tadi... Hehe... Ngapain loe sampe ngerjain gituan?" tanya ify

"ee... Ntar deh gue cerita.. gue pulang dulu ya.. Udah gatel banget.... Bye ify...." sahut iel kemudian dia bangkit berdiri dari duduknya.

"yee... Iya deh buruan mandi sana... Bau asem loe!" sahut ify yang sudah mendorong-dorong iel sambil tersenyum simpul

"tapi, biar bau gini tetep ganteng toh?? Haha...." kata iel sambil berjalan keluar pagar.

"iyee.. Ganteng... kalau diliat dari atas monas pake sedotan... Hehe...." sahut ify. "nah itu! Dari jauh aja ganteng, apalagi kalau deket, super duper guanteng toh?" balas iel lagi dari balik pagar.

"yaelah.. Makin hari, makin parah aja narsis loe!! haha..." sahut ify juga.

"emang... Ga narsis, ga eksis...!! haha..." teriak iel sambil mengedipkan sebelah matanya ke ify lalu segera berlalu. Ify hanya memandang kepergian iel dengan geleng-geleng kepala dengan senyum manisnya yang tak bisa lepas dari sudut bibirnya.

-------------misst3ri--------------

Suasana kantin saat jam istirahat itu tampak masih seperti biasa. Ramai dan penuh kebisingan. Penuh canda tawa, dan keceriaan. Tapi suasanaya agak berbeda terpeta di sudut kantin itu. Tempat di mana cakka, dkk dan dayat, dkk ngumpul bareng di satu meja. Mereka sedang serius membicarakan masalah yang masih menggantung kemaren. Masalah uang yang masih tak terpenuhi untuk merealisasikan impian mereka untuk dava.

"gimana nih cakk... Apa perlu kita turun ke jalanan lagi?" tanya dayat.

"ee... Gimana ya... Agak susah juga kayanya..."

"iya.. Iya.. Ogah ah gue, trauma gue di kejar-kejar anjing kaya kemaren... Trus masuk kandang kupu-kupu malam abis itu...." kata irsyad.

"yee.. Harusnya gue yang ngomong gitu... Kan gue yang di tarik-tarik mas-mas cantik itu..." sahut sion

"eh, malah pada ngomongin yang kemaren! Sekarang kita lagi ngomongin masalah kita nih! Ada punya ide ga loe pada?" kata cakka ke arah irsyad dan sion. Sion dan irsyad langsung masang tampang serius dan ikut mikir.

"gue punya ide!" seru irsyad tiba-tiba, "gimana kalo kita...." lanjut irsyad, anak-anak pada serius mandang irsyad.

"... Gimana kalo kita minta sumbangan aja ke rumah-rumah..." kata irsyad akhirnya. Tampang anak-anak langsung menunjukkan kekecewaan.

"yahh...!! Dikirain apaan..." sahut zahra

"Gue kira loe punya ide bagus syad.. Ga mutu banget ngasih ide loe syad!" protes riko

"yah.. Gue kan cuma usul...." sahut irsyad.

"tp yang bener donk.. Sampai kapan pun gue ga bakal mau kalo kita harus jadi pengemis kaya gitu! Masih banyak kerjaan yang lebih berkah dibanding yang begituan!" sahut cakka juga.

"tul tuh cakk, ga banget! Tapi kalo irsyad sih tampang mendukung tuh kalo jadi pengemis, hehe..." ledek sion. Irsyad ga terima, langsung getok sion.

"yee... Sepantes-pantesnya gue, lebih pantes loe yon! Tampang loe bikin kasian! Ancur banget sih..." sahut irsyad ga mau kalah.

"ah, sialan loe! Loe tuh..." balas sion.

"udah... ga usah mungkir... hehe...." sahut irsyad lagi.

"eh, woi!! udah donk becandanya... Serius nih.." sewot cakka yang udah mulai kesel sama canda-candaan sion dan irsyad. Sion dan irsyad langsung mingkem diem. Cakka lalu mengalihkan pandangannya ke anak-anak lainnya.

"loe beneran ga ada ide yat?" tanya cakka kemudian ke dayat. Dayat hanya mengangkat bahunya.

"kalo loe yel?" tanya cakka kepada iel sekarang.

"eee... Gue ga tau juga... Apa kita pada kerja part time aja ya? Ada yang mau nerima anak SMP kaya kita ga ya?" sahut iel.

"eee... Ga tau ya... Btw, Emang masih kurang berapa sih?" tanya riko. Mereka semua terus berdiskusi dengan berbagai usulan dan ide. Irsyad yang dari tadi diem, tiba-tiba mukanya langsung cerah kemudian dia ngeluarin sesuatu dari kantong celananya. Dia lalu mencolek cakka.

"oiya cakk, kalo...."

"sttt.. Syad, kalo loe mau ngebanyol lagi, mending tuh di lapangan jangan disini!" sahut cakka tampa mandang irsyad sedikitpun. Dia udah kelewat kesel gara-gara irsyad dari tadi suka ga serius.

"tapi..."

"udah deh syad, loe milih diem atau gue sumpelin pake sepatu?!" omel cakka lagi. Lalu dia kembali serius berdiskusi dengan iel, dayat, dll.

"ah, iyee.. Omongan gue emang ga pernah penting!" dumel irsyad. Zahra yang duduk di sampingnya ketawa kecil. Dia sesaat melirik ke arah kertas yang di pegang irsyad itu. Sekilas dia bisa membaca apa yang tertera di kertas itu. Matanya langsung membulat ketika dia mengetahui isi kertas itu.

"waw!! Manteb nih!" kata zahra sambil ngerebut kertas yang dipegang irsyad itu.

"apaan ra?" tanya dayat penasaran sama yang di baca zahra. Dia lalu mengambil kertas yang di pegang zahra itu. Beberapa saat kemudian, senyum dayat mengembang di bibirnya.

"dapet di mana nih loe?" tanya dayat ke irsyad.

"Kemaren gue nemuin selebaran ini pas kita lagi aksi semut di taman kota kemaren sore...."

"ah loe syad kok baru ngomong sekarang!" kata dayat lagi.

"yee.. Dari tadi gue juga udah mau ngomong! Tapi di suruh diem mulu! Bukan salah gue donk...." sahut irsyad agak sewot, sambil ngelirik cakka sinis.

"eh, pada ngomongin apaan sih? Selebaran apaan sih tuh? Sini liat!" kata cakka penasaran.

Sion, riko dan gabriel seketika langsung nimbrung di sekitar cakka. Begini isi selebaran itu sekilas:

=======================

LOMBA MUSIK ANTAR SANGGAR

Hadiah Utama Rp 10 juta

Contact Person: Ricky (081238994058)

========================

"lomba musik antar sanggar?"

"diadain 1 bulan lagi..."

"hadiah utamanya 10 juta temen-temen...."

"bisa beli mie ayam se truk tuh..." celetuk riko.

"bisa buat traktir makan cewe-cewe satu sekolahan..." ucap sion juga. Tapi langsung di getok cakka.

"yang jelas, ini lebih dari cukup buat wujutin impian kita untuk bantuin dava..." kata cakka kemudian. Mereka semua kembali saling pandang, senyum langsung merekah dari mereka semua... Dan tanpa perlu di komando'i, pikiran mereka semua sekarang sudah dalam satu rel yang sama.

"Kita Harus Ikut Lomba ini!!" teriak mereka.

--------------misst3ri---------------

Tampak seorang siswa berjalan agak gontai menuju toilet siswa. Sesampainya disana, toilet tampak sepi, tak ada orang. Lalu, perlahan dia mulai membuka keran di wastafel dan membasuh mukanya berulang kali, berharap kejernihan air itu mampu turut menjernihkan pikirannya yang sedang berkecamuk, keruh tak karuan.

Anak itu lalu memandang wajahnya yang terpantul di cermin yang tergantung di depannya. Sebuah wajah yang begitu teduh dengan tatapan matanya yang sayu. Dan sekarang wajah yang biasanya ceria itu, tampak sarat dengan kelesuan dan kehampaan di wajahnya. Matanya tampak agak sedikit cekung karena kurang tidur. Dia tau dia sekarang tampak kacau. Karena satu hal. Masalah orang yang dia sangat kasihi. Bundanya.

Yap, Anak itu adalah obiet. Sejak obiet mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan bundanya malam itu, obiet sepakat menerima saran rahmi untuk sementara waktu tak mengungkit hal itu pada siapapun. Bunda pasti punya alasan tersendiri kenapa merahasiakan itu semua kepada mereka semua, dan mereka harus ngasih waktu ke bunda untuk ngasih masalah ini sendiri. Tapi ternyata, itu semua bukanlah hal yang mudah bagi mereka. Mereka tak mungkin bisa tenang, bersikap acuh tak acuh, beranggapan bahwa tak terjadi apa-apa sekarang. Apalagi bagi obiet yang memang begitu dekat dengan bunda. Dia jadi terus kepikiran bunda.

'bunda... Obiet ga bisa tenang kalau bunda begini... Bagaimana obiet bisa bantu bunda...' lirih obiet pelan. Obiet menghela nafas beratnya, lalu menunduk dalam keheningan toilet itu. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.

"loe kenapa sih biet?"

Obiet kaget dan sontak menoleh kebelakang. Di belakangnya udah ada debo yang berdiri dengan sorotan matanya yang tajam memandang lekat tepat ke arah matanya. Obiet segera membuang wajahnya, kembali menatap ke depan.

"gue ga kenapa-kenapa kok de..." lirih obiet sambil kembali membasuh wajahnya.

"ga usah bohong sama gue! Beberapa hari terakhir ini loe berubah biet! Loe ga setenang biasanya... Loe tampak uring-uringan... Sebenarnya loe sedang punya masalah apa?" desak debo. Obiet tetap diam tak bergeming dengan kebisuannya.

"biet..."

"gue ga bohong de... Gue ga punya masalah apa-apa..." jawab obiet. Debo langsung membalik tubuh obiet agar menghadap ke arahnya. Dia memegang kedua pundak obiet dengan kedua tangannya, lalu menatap dalam mata sayu itu.

"biet! Gue tuh udah kenal lama sama loe. Gue gak mungkin gak kenalin bahasa tubuh loe. Loe lagi punya masalah kan? Loe ga usah nganggep gue saudara loe lagi kalo loe ga mau jujur sama gue!" desak debo lagi sambil terus menatap tajam mata obiet. Setelah lama saling pandang, Obiet akhirnya menghela nafas panjangnya. Obiet ngerasa tak sanggup menyembunyikan kegundahannya kepada sorot tajam mata sahabat sekaligus saudaranya itu. Dia tau, debo juga punya hak untuk mengetahui hal ini. Obiet menunduk, lalu mulai membuka suaranya lagi.

"bunda de..." lirih obiet. Debo mengerutkan keningnya.

"bunda kenapa biet?" tanya debo

"sepertinya bunda sedang sakit keras...." lirih obiet kemudian. Debo tampak agak tercekat, tak percaya dengan apa yang baru saja terlontar dari mulut saudara sepantinya itu.

"gue ga tau bunda sakit apa pastinya, tapi gue sempat dengar pembicaraan bunda sama mbak" lanjut obiet lagi. Lalu obiet mulai menceritakan sedetailnya apa yang dia ketahui dan apa yang dia perkirakan. Debo mendengarkan dengan seksama tuturan cerita yang keluar dari mulut obiet itu.

"gue pengen berbuat sesuatu sama bunda, tapi gue ga tau apa.... Bunda aja ga mau terbuka sama kita... Bagaimana kita bisa berbuat sesuatu sama bunda..."

"udah lah biet.. Loe tenang... Segala masalah ga bakal selesai kalau kita berpikir tenang... Lagipula, Bunda pasti tau apa yang terbaik kok..." kata debo. Obiet tersenyum tipis, lalu mengangguk. Samar-samar, dari luar terdengar suara bel masuk berbunyi. Obiet dan debo pun segera berjalan beriringan keluar, meninggalkan ruang toilet itu kembali dalam kesunyiannya. Tapi, beberapa saat kemudian....

KRIEETTT...

Terdengar suara pintu di buka. Selang obiet debo keluar toilet itu, seseorang keluar dengan perlahan dari salah satu unit WC yang ada di toilet itu. Matanya menerawang menatap pintu keluar, pintu dimana obiet dan debo beberapa saat yang lalu itu keluar.

"bundanya obiet sakit keras?"

-------------------BERSAMBUNG (3am)-----------------------

0 komentar: