This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 36: Sebuah Pengakuan

Lanjutan dari PROMISE Part 35: Diantara Kawan dan Lawan. Baca juga Promise Part 1: Awal, untuk mengetahui asal mula cerita fiksi ini diawali dan mulai terbentuk.

NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi belaka (fanfict). Bila ada kesamaan tokoh, kejadian, tempat dsb, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Segala hal yg tertulis di cerita ini hanyalah hayalan dan imajinasi penulis belaka, bukan suatu hal yg terjadi sebenarnya. So, jangan pernah menganggap cerita ini serius, apalagi terhadap anak2 IC yg aku pakai namanya di dalam cerita fiksi ini. Thx dan selamat membaca... :)

PROMISE - Part 36: Sebuah Pengakuan

------------------------3am-----------------------

Niat zahra dan angel yang ingin mencari ify untuk bisa menghiburnya dari kegundahan hatinya, sepertinya benar-benar dimudahkan oleh-Nya. Mereka tak memerlukan waktu yang lama untuk bisa menemukan keberadaan ify. Tampak di sudut taman sekolah, dibalik pohon besar, mereka bisa melihat ify duduk sendirian disana, tengah asyik bermain-main dengan seekor kucing dipangkuannya. Pelan-pelan zahra dan angel mendekatinya dari arah belakang ify. Terdengar sayup suara pelan ify.

"manis... Kenapa gak ada yang mau ngertiin gue? Gue harus ngapain lagi biar temen-temen gue mau percaya lagi sama gue..." lirih ify yang seolah-olah berbicara pada kucing yang ada di pangkuannya itu. Ada nada kegundahan dan keputusasaan yang terdengar disana. Kucing dipangkuannya mengeyong pelan, entah ingin menyahuti perkataan ify, atau hanya sekedar mengeyong sebagai bentuk rasa berterima kasihnya atas perlakuan lembut ify yang tengah membelai tubuhnya dengan kasih sayang itu. Zahra dan angel yang melihat itu dari belakang, hanya bisa saling menatap dalam keheningan, lalu kembali menatap ify dengan pandangan penuh keibaan. Perlahan mereka berdua menghampiri ify dan menegurnya.

“fy…” sapa zahra sembari menyentuh pundak ify pelan. Ify sedikit tersentak kaget dan sontak berpaling untuk melihat siapa yang tlah menyapanya itu. Setelah tahu itu zahra dan angel, ify langsung membuang mukanya, berusaha untuk menutupi kesedihan yang terpancar dari wajahnya.

"fy loe ga papa kan?" tanya zahra lagi. Ify hanya diam, masih membuang wajahnya dari tatapan zahra dan angel, dan menatap hampa ke arah lain. Melihat kebisuan ify itu, Zahra dan angel hanya bisa saling pandang dan menghela nafas. Lalu mereka segera duduk di samping ify.

“fy, maaf ya, mungkin kalau gue ga maksa loe ketemu sama dayat dulu, mungkin ga bakal kejadian hal kaya gini sama loe…” kata zahra. Ify sesaat melirik ke arah zahra, sebelum kemudian ia kembali menundukkan wajahnya. Dari kontak mata yang sesaat itu, Zahra sudah bisa langsung menangkap sorot tatapan mata sayu dan kehampaan ify yang tampak terpuruk dalam kesedihannya yang mendalam. Hati zahra semakin merasa tak enak.

"harusnya gue gak maksa loe waktu itu... ini salah gue… Sori fy..." tutur zahra lagi, masih dengan menatap lekat ify. Sekilas ia bisa melihat seberkas senyum yang terukir tipis di sudut bibir ify walau terkesan begitu teramat pahit. Ia lalu menggeleng pelan.

“bukan salah loe kok ra, emang udah seharusnya gue ngelakuin itu” kata ify akhirnya, walau masih tanpa memandang zahra. Lalu ia kembali terdiam dan kembali membelai-belai kucing dipangkuannya.

Seekor kupu-kupu terbang rendah melintas di depan matanya. Pandangan Ify tanpa sadar, mengekor kupu-kupu yang terbang mengitari bunga-bunga, dengan begitu lepas, begitu bebas. Perlahan ia menghela nafas beratnya. Andai saja hatinya bisa selepas kupu-kupu itu. Ringan tanpa beban… pasti tak akan terasa begitu menyesakkan seperti sekarang… andai saja....

Lamunannya sedikit tersentak saat kucing dipangkuannya tiba-tiba melompat dari pangkuannya, mengejar sang kupu-kupu yang terbang rendah tadi. Setelah kucing itu pergi, ify kembali terdiam, kini ia menatap nanar lambayan dedaunan pepohonan disekitarnya yang bergerak-gerak lemah di tiup hembusan angin. Bergoyang diombang-ambing angin hingga akhirnya terlepas dari tangkainya, tak kuat melawan hembusan angin itu. Lalu ia jatuh ke tanah dengan tak berdaya… Persis seperti dirinya kini… tak berdaya….

Dan di sisi ify, Zahra sudah bisa sedikit bernapas lebih lega. Ia senang ify tak marah dan menyalahkan dirinya. Tapi masih ada sebersit rasa mengganjal di hatinya. Ia ingin gadis ini bisa tersenyum, tapi apa yang harus ia katakan lagi? Apa yang harus ia lakukan? Ia sendiri merasa bingung, dan akhirnya hanya bisa terdiam seperti ify. Sedangkan Angel yang duduk di depan ify, mendengar perkataan zahra tadi, dan sambutan ify atas kehadiran mereka, semakin membuatnya aneh. Ia tampak terlihat duduk semakin gelisah dan tak tenang. Ada yang juga ikut mengganjal di hatinya.

“fy, gue mau jujur sama loe…" kata angel. Dia akhirnya memberanikan diri untuk buka suara. Zahra dan ify menatap angel dengan rasa heran.

"sebenarnya gue…gue…”angel seperti sangat berat melanjutkan perkataannya itu. Ia menggigit bibir bawahnya sambil menatap ify dengan paras wajah menunjukkan keresahan dan kebimbangan. Ify dan Zahra masih menatap angel dengan dahi yang mengerut, heran. Angel menunduk lalu menghela nafasnya sesaat.

“gue… gue yang sebenarnya majang foto-foto itu di mading kemaren…” angel mengakui perbuatannya. Zahra menatap tak percaya dengan pernyataan angel. Ify pun kaget dan langsung menatap tajam angel.

“loe ga lagi becanda kan gel?” Tanya Zahra masih tampak tak percaya dengan ucapan angel.

“gue serius ra…, dan gue bener-bener minta maaf sama loe, fy… tapi kalau mau marah itu hak loe sekarang” ucap angel lagi sambil terus menundukkan pandangannya dari sorot pandang ify yang tampak begitu membara dan menusuk.

Ify terus menatap tajam angel. Tubuhnya bergetar, jantungnya berdetak begitu cepat, aliran darahnya seakan mengalir begitu kencang, sekencang luapan emosi yang mulai keluar dari persemayamannya. Jujur, pengakuan angel tersebut benar-benar mengusik, ketenangan emosi di dalam dirinya. Kini dia tau siapa orang yang ada di balik masalah dirinya. Gara-gara orang di hadapannya itu, rahasia dirinya dengan iel terbongkar. Gara-gara dia, dirinya harus rela memetik kepedihan sebuah kehancuran hubungan persahabatannya dengan via, sila dan tian. Dan gara-gara orang ini, hatinya kini tergores begitu dalam, begitu pedih...

“gimana loe bisa tau dan dapat foto-foto itu!! Dan kenapa loe ngelakuin ini?! Jelasin semuanya sama gue...!” tanya ify keras. Walaupun dia marah, dia emosi, tapi akal sehat ify masih bisa berhasil menerobos pikirannya. Dia masih bisa mendengar bisiskan lembut hati nuraninya di tengah gemuruh hebat emosi yang menghampirinya. Biar semarah apapun ia dengan angel, ia masih sadar kalau dia harus terlebih dulu mendengar semua pengakuan dari angel. Ia harus mendengar kejadian yang sebenarnya terjadi. Segalanya harus tampak jelas di hadapannya sekarang. Dan karena itu, ia sekuat tenaga menahan getaran hebat dirinya itu, dan siap mendengar penjelasan angel lebih lanjut.

Sedangkan angel, hatinya juga tak kalah berdegup kencang sekarang. Dia memang takut akan kemurkaan ify. Dia takut kejujurannya malah berbuntut buruk pada dirinya. Tapi hati kecilnya bilang, kejujuran adalah jalan terbaik bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya sekarang. Walaupun nantinya berujung pahit, tapi ia harus bisa jujur. Ify berhak mengetahui kebenaran ini. Hanya dengan ini, hatinya bisa lebih tenang. Dia. Harus. Bisa. Berani. Jujur. Itu tekad yang kini ia coba tekankan di hatinya yang terdalam. Ia tak mau masalah ini semakin berlarut-larut.

Sesaat angel mengangkat wajahnya, dan melirik kearah ify yang masih menatapnya dengan sorotan tajam itu. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah zahra, berharap menemukan dukungan disana. Zahra tersenyum tipis dan mengangguk pelan kearah angel, lalu menggenggam erat jemari tangan angel. Angel balas tersenyum tipis, berterima kasih akan dukungan itu. Sesaat ia kembali menunduk sembari memejamkan matanya, mencoba lebih menenangkan ketegangan dan ketakutan dalam dirinya. Lalu setelah lebih tenang, Angel memberanikan diri menatap ify, dan mulai menceritakan kejadian yang lalu itu.

“waktu itu….”

--Flash back--

Kejadian tersebut terjadi ketika Angel berkunjung ke rumah iel untuk makan malam bersama orang tua angkatnya. Ketika bastian minta temani iel untuk ke toilet, HP iel direbut bastian dan di lempar ke sofa. Iel yang sudah di seret paksa bastian akhirnya dengan tak sengaja meninggalkan HP nya di atas sofa.

Pada awalnya, angel hanya diam sendirian sambil menonton TV di ruang keluarga itu selama iel dan bastian ke toilet. Tapi tiba-tiba sesuatu telah mengusik kesunyian dalam kesendiriannya itu.

Drrrr.... Drrrr....

Ada sesuatu di dekatnya yang bergetar. Sekilas angel melirik ke arah sumber getar itu. HP iel. Telah ada seseorang yang menelpon Iel. 'Tapi ielnya kan lagi di toilet, udah lah biarin aja' benak angel. Dan memang pada awalnya, ia memilih untuk tak menghiraukannya. Tapi panggilan yang berulang-ulang dan tanpa henti itu, mau tak mau, menimbulkan rasa penasaran juga di hati angel. Tanpa sadar, tangannya sudah meraih HP itu dan melihat siapakah gerangan yang melakukan panggilan berulang kali itu. Dan betapa tersentak kagetnya ia, ketika melihat nama siapa yang tertera di sana.

'ify's calling...'

Angel mengerutkan keningnya. Dia antara percaya tidak percaya dengan apa yang ia lihat kini itu. 'yang nelpon Ify? Apa ini ify teman satu sekolahnya itu? Ify yang anak gank gaul? Ify yang merupakan salah seorang anggota gank yang terkenal sangat sok eksklusif dan menganggap rendah orang, termasuk dirinya? Tapi untuk apa ia berhubungan dengan iel? Bukannya mereka musuhan?' pertanyaan itu muncul berulang kali di benak angel. Tak lama setelah panggilan terhenti, lalu ada sebuah SMS yang kembali masuk. Bermodalkan rasa penasarannya, Angel lalu memberanikan diri untuk membukanya.

=================

From: Ify

Yel... Masih lama ya? Jadi ga sih kita ketemuannya?

==================

Rasa kaget dan penasaran semakin merasuk kedalam diri angel. Angel lalu semakin memberanikan diri untuk membuka HP iel tersebut dan memeriksa file-file di dalamnya. Dan secara ga sengaja ia membuka foto-foto kejadian ify dan dayat yang memang belum dihapus iel dan juga foto ify bersama iel, hasil jepretan sion beberapa waktu yang lalu. Betapa kagetnya Angel melihat foto-foto itu. Dia sedikit tak percaya, bagaimana mungkin seorang anggota gank gaul bisa tampak bersalaman akrab dengan dayat yang suka dianggap remeh mereka. Kadang jangan bersalaman, menyapa saja mereka seperti ga sudi. Dan lalu, kenyataan dalam foto tersebut terlihat iel tampak berinteraksi akrab dengan ify, bahkan cenderung tampak 'mesra'. Ini juga benar-benar tak bisa diterima akalnya, ketika dia ingat bagaimana sila sering ngomong, ga bakal gank gaul damai dengan iel, dkk, mereka musuh selamanya.

Tanpa pikir panjang, ia segera saja mengirim foto-foto tersebut ke HP nya. Bisikan jahat telah menyelimuti hati angel saat itu. Tak ada lagi pikiran lain selain pikiran egoisnya untuk membalas sakit hatinya selama ini. Mungkin kalau anak-anak sekolah tahu hal ini, anak-anak gank gaul akan malu dan mengurangi kesombongan mereka. Mungkin rasa sakit hatinya atas perlakuan gank gaul kepadanya, juga pada saudara-saudara sepantinya bisa terbalaskan karena ini. Walau foto-foto tersebut cuma ada ify, tapi angel merasa, satu orang personil gank gaul, sudah cukup buat mencoreng dan meruntuhkan singgasana keangkuhan gank gaul.

---- flashback kelar ----

“jadi begitu fy ceritanya, gue benar-benar minta maaf... gue tahu gue salah, gue khilaf, gue benar-benar dipenuhi dendam dan rasa sakit hati karena ejekan kalian dulu. Dan gue sekarang benar-benar nyesal udah ngelakuin ini. Gue ga nyangka bakal berimbas sangat parah sama loe. Gue cuma mau buktiin kalau gank gaul itu tidak seperti yang sering di koar-koarkan sila... Gue ga ada maksud apa-apa, apalagi niat sampai bikin loe kaya gini.. Sori fy...” Kata angel. Mukanya benar-benar menunjukkan penyesalan begitu mendalam. Zahra menatap ify yang mukanya sudah merah, menahan segala rasa yang berkecamuk di hatinya. Marah, sedih, kecewa, dongkol, putus asa. Tentu saja segala rasa itu berkecamuk luar biasa di hati ify sekarang.

“fy, loe boleh kok marah-marah sama gue, loe boleh nampar gue kalo loe mau, tapi plis… loe mau maafin gue ya…” kata angel lagi.

Ify tak menyahut. Ia malah menunduk dan memejamkan matanya. Tak ada satu kata pun yang meluncur dari bibirnya. Emosi diri dan hati kecilnya benar-benar sedang bertarung sengit sekarang di dalam dirinya. Wajahnya sedikit memerah, tubuhnya bergetar begitu hebat, akibat harus menahan arus deras gempuran-gempuran emosi jiwa itu. Detak jantung, aliran darah, denyut nadi, semuanya berkerja seakan-akan lebih cepat 100 kali lipat dari kondisi normalnya. Ify terus terdiam, terus memejamkan matanya. Dia meremas dengan sangat kencang tangan zahra yang sedari angel bercerita tadi telah menggenggam jemarinya. Zahra membiarkan jemarinya di remas ify seperti itu. Ada sedikit getaran yang terasa. Ia tau, ify pasti sedang sekuat tenaga melawan gempuran emosinya sekarang. Lalu ia mencoba mententramkan ify dengan membelai lembut punggung tangan yang mengepal itu, dengan harapan sentuhan lembut itu bisa membantu meredamkan emosi di diri ify.

Kesunyian itu terasa berjalan begitu lama. Zahra dan angel terus memandang penuh perhatian ify yang masih terdiam itu. Beberapa saat kemudian zahra merasa genggaman tangan ify mulai mengendur. Tak lama, Zahra bisa mendengar Ify menghembuskan nafasnya dengan berat, kemudian nafasnya sudah tampak jauh lebih tenang. Kemudian dengan perlahan ify membuka matanya dan menatap angel.

"fy.. Kalo loe emang marah sama gue, loe boleh deh marahin gue.. Gue ikhlas kok fy..." lirih angel pelan. Ify masih menatap angel dalam sesaat, lalu menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menunduk dan kembali menghela nafas beratnya.

“gak gel... mungkin ini balasan buat gue dan temen-temen gue yang terlalu angkuh dan sering nyakitin hati kalian semua. Kami yang seharusnya minta maaf ke loe karena udah keterlaluan sama loe...” lirih ify akhirnya. Angel memandang ify dengan tatapan tidak percaya. Semudah itukah dia dimaafkan?

“jadi… loe mau maafin gue??”Tanya angel. Ify melirik angel sesaat, lalu tersenyum tipis.

“gak ada gunanya gue marah sama loe... Semua udah terjadi, dan gue mau maafin loe. Gue juga mau minta maaf sama loe atas kelakuan gue dan temen-temen gue... Loe mau kan gel? Loe jugakan ra?” kata ify dengan sedikit tersenyum tipis di bibirnya sambil menatap lekat Zahra dan angel. Lama angel terkesima menatap ify. Ia masih tak percaya dengan kata-kata yang barusan terlontar di mulut gadis itu. Tapi senyumnya tak lama kemudian segera menghiasi bibirnya.

“makasih fy…” kata angel sambil langsung memeluk ify. Zahra pun tersenyum lega dan ikut merangkul keduanya.

“gue juga berterima kasih, loe mau jujur sama gue.. Gak kaya gue...” bisik ify lirih di tengah pelukan angel. Angel melepas pelukannya, lalu menatap heran ify.

"gak kaya loe? Maksud loe apa fy?" tanya angel yang bingung dengan arti bisikan ify itu.

"iya.. Semua masalah gue, juga kerena salah gue sendiri yang gak pernah berani jujur sama teman-teman gue.." lirih ify. Ia kembali menunduk. Wajah ify kembali murung. Walau ada sedikit kelegaan di hatinya karena pengakuan angel tadi, memang tak bisa di pungkiri, masalahnya gak selesai sampai disini saja.

“gue yang bikin masalah ini runyam, coba gue jujur dari awal, pasti segalanya gak kaya gini…”sambung ify. Angel dan zahra mau tak mau, jadi kembali merasa iba pada ify.

“tapi fy… kalau gue ga nyuri foto-foto loe di HP iel dan majang di sekolah, loe pasti gak dapat masalah kan?”sanggah angel. Ify hanya kembali menggelengkan kepalannya.

“serapat-rapatnya bangkai disembunyikan, suatu saat pasti bakal tercium juga… coba gue dulu ga memulai bikin masalah kaya gini, pasti gak bakal kejadian kaya gini…” sahut ify lagi. Angel dan Zahra saling pandang, lalu kembali menatap ify.

“fy… sori, kalau boleh kita tau… ee…, tentang foto loe sama dayat, kita tau ceritanya, tapi… tentang foto loe sama iel? loe kenapa bisa dekat sama iel? Loe ga beneran pacaran kan?”Tanya Zahra hati-hati. Ify melirik Zahra sesaat, lalu membuang pandangannya kearah lain.

“gue… gue gak pacaran sama dia.. karena satu hal, gue terpaksa harus dekat sama dia…”lirih ify.

“apa karena foto gue dan dayat yang ada di HP iel fy?” Tanya Zahra lagi. Ify hanya tersenyum tipis, tapi tak menjawab.

“kalau loe gak mau cerita lagi, ga papa fy.. kita gak maksa loe kok…” lirih Zahra, seakan mengerti maksud kebisuan ify itu.

Dan itu memang benar. Ify memang tak sanggup lagi untuk bercerita tentang masalahnya itu. Menceritakan kembali semua hal itu, hanya membuat hatinya semakin terkoyak, membuat bathinnya semakin tersiksa. Lagi-lagi, dirinya hanya bisa menunduk sedih. Tenggorokannya kembali terasa tercekak. Dadanya tiba-tiba kembali terasa begitu penuh dan sesak. Ada dorongan kuat, gemuruh berjuta perasaan yang minta di keluarkan. Kelopak matanya, sepertinya sudah mulai dipenuhi bulir-bulir bening itu. Tapi sekuat tenaga ify mencoba menahan kepedihan itu. Dia tak mau terus digerogoti kepedihan itu. Dia juga tak mau melihat orang lain tampak khawatir akan dirinya yang mungkin terlihat begitu lemah, begitu rapuh itu. Dia harus bisa kuat.

”fy, kalau loe butuh temen curhat, gue siap kok” tawar angel. Angel Zahra sadar, ify pasti sangat butuh sokongan sekarang untuk keluar dari kesedihannya.

“dan kalau loe butuh bantuan biar loe akur lagi sama temen-temen loe, kami siap bantu loe” sambung Zahra juga. Ify kembali tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan.

“makasih, tapi… gue mau coba beresin masalah gue sendiri” Kata ify dengan suara yang agak bergetar dan lalu ia dengan cepat berdiri, bangkit dari duduknya. Dia tau, sebentar lagi dirinya tak akan sanggup lagi menahan gemuruh gejolak jiwanya itu.

“mau kemana fy??”

“sorry, tapi gue mau nenangin diri gue sendiri dulu...” kata ify sambil berbalik meninggalkan zahra dan angel. Kemudian ify dengan cepat berlalu dari hadapan zahra dan angel. Begitu cepat, seakan tak mau memberi kesempatan pada keduanya memandang wajahnya yang sudah mulai memerah itu, walau sekilas zahra sempat melihat sedikit kerlingan air mata yang jatuh di sudut mata ify. Sesaat Zahra dan angel hanya bisa terhenyak menatap kepergian ify yang semakin menjauhi mereka itu.

"kasian ify.... pengen rasanya gue bantu dia…" lirih Zahra ditengah keheningan diantara mereka berdua. Angel mengangguk tanda satu pemikiran.

"iya ra, dan kita emang ga boleh diam kaya gini aja... Kita harus ngelakuin sesuatu buat dia... gue harus balas kebaikan dia yang mau maafin gue…" ucap angel sedikit agak menggebu-gebu.

"kamu tenang donk gel, tapi kita bisa ngelakuin apa?" sahut zahra. Angel dan Zahra sesaat menguras otaknya untuk memikirkan jalan keluar. Tak lama zahra tersenyum, dan menarik angel agar mendekat, lalu membisikkan sesuatu padanya.

-----------------misst3ri-----------------

"ah, dasar tuh cowo.. Kasar! Main jotos-jotosan gitu!”

“Yang di belain si penghianat lagi.. Ihh.. Ga banget..." omel sila. Saat itu sila, septian dan sivia sedang berada di kantin. Dan mereka telah melihat perkelahian sesaat antara sion dan iel sebelumnya di kantin itu. Paska perkelahian itu, sila tak henti-hentinya mengomel, meruntuk keduanya yang di anggapnya terlalu bodoh karena mau berkelahi hanya gara-gara seseorang yang dianggapnya penghiatan besar.

Di dekat sila, sivia hanya termangu dengan perasaan yang campur aduk. Ia sedih karena melihat iel tampak emosi tadi. Ia bisa melihat, wajah itu menunjukkan rasa tersakiti. Tampak begitu frustasi menghadapi masalah yang ada. Andai saja ia bisa menenangkan hati pujaannya itu, ia pasti akan melakukannya. Apapun itu. Asalkan wajah itu bisa terlihat ceria seperti biasanya. Penuh dengan tawa, penuh dengan kebahagiaan dan keceriaan, dan tentu ditemani dengan tampang jahilnya itu.

Tapi disaat bersamaan, hatinya juga tersulut kebencian. Kebencian akan kenyataan, bahwa orang yang tengah di bela iel dengan sepenuh jiwa itu, sampai ia mau melakukan tindakan brutal itu, bukanlah dirinya. Bukan dirinya. Tetapi seseorang yang tlah menusuknya dari belakang, seseorang yang mungkin dengan lancang tlah merebut perhatian seseorang yang begitu ia dambakan. Hatinya sungguh tak rela. Ia tak rela kalau emosi yang tak terkendali itu, membuat iel tak bisa berpikir logis lagi dan nekat melakukan hal bodoh lainnya. Dan ia sungguh tak mau itu terjadi. Dan jika itu sampai terjadi, ia bisa memastikan, ketidak relaan dirinya akan semakin memupuk sakit hatinya, dan juga kebencian pada orang yang tengah di bela iel itu.

Di sisi lain, septian tampak melamun. Matanya menatap kosong segelas es jeruk yang berulang kali ia aduk-aduk sehingga bisa terdengar suara dentingan berisik yang ditimbulkan oleh es batu yang saling beradu dengan sendok pengaduk dan dinding gelas itu. Sedangkan pikirannya entah telah terbang kemana. Keributan yang dibuat sion dan iel beberapa waktu lalu karena masalah ify, mau tak mau membuat hatinya terusik. Apakah yang sedang ia lakukan sekarang suatu hal yang pantas di kala seorang yang telah menjadi salah satu pengisi hatinya sedari kecil itu tengah tersakiti? Hatinya memang kecewa pada sahabatnya itu. Tapi apa harus sekejam ini ia memberlakukan sahabatnya itu?

Tian terus melamun dengan sejuta pikiran-pikirannya itu. Tapi tiba-tiba lamunannya terhenti ketika seseorang merebut kasar segelas es jeruk yang masih ia aduk-aduk itu.

“eh, kalo loe ga niat minum, ga usah dimainin gitu! Berisik tau! minuman itu buat diminum, bukan buat di aduk-aduk doank! Dasar aneh loe!” omel sila, orang yang ternyata tlah merebut gelasnya itu tadi.

Tian hanya melirik sekilas pada sila, lalu sedikit mendengus kesal. Pikirannya kembali menyeruak. Atas dasar apa dirinya lebih memihak pada orang-orang di depannya itu ketimbang seseorang yang jelas-jelas selalu lebih menghargainya…atas dasar apa?? Sesaat tian jadi tak bisa mengerti pada jalan pikirannya sendiri. Tiba-tiba lamunannya kembali terusik oleh sebuah suara.

"sila, tian, via, kita mau bicara sama kalian.." Tian, sila, via reflek menoleh ke arah sumber suara. Ada Zahra dan angel disana.

"ngapain loser kayak loe ngomong sama gue? Penting?!" sahut sila sinis sambil memandang keduanya dengan tatapan sangat meremehkan.

"kita ga mau cari ribut sama loe! kita cuma mau bilang, kalian ga seharusnya musuhin ify kayak gini, dia ga salah apa-apa...”kata Zahra memulai pembicaraan. Sila tertawa kecil. Lalu dia menatap Zahra dan angel dengan sorot mata meremehkan.

“atas dasar apa loe bilang gini? Di bayar loe sama ify? Dibayar berapa loe berdua?”sahut sila dengan nada meremehkan.

“eh, kita ngomong baik-baik ya… gue cuma mau tanggung jawab sama perbuatan gue. Gue yang majang foto ify itu. Dan gue tau pasti ify beneran ga ada niat apa-apa deket sama dayat, Zahra selain buat berterima kasih…“sahut angel.

“ohh… jadi loe yang majang? Makasih deh kalau gitu, kalo ga, kita ga bakal tau ada pecundang kayak kalian di gank gue..." sahut sila.

"kita bukan pecundang ya! Dan ify juga bukan pecundang! Dia cuma orang yang mau jadi lebih baik, ga kaya kalian!" sahut Zahra agak emosi. Tapi Zahra, ditahan angel. Zahra mau lebih tenang. Lalu angel kembali buka suara

“kita ga mau berantem, kita mau bicara baik-baik… ify dulu cuma mau berterima kasih karena dayat mau nolong dia dulu… apa itu salah?” Tanya angel lagi. Sila lagi-lagi tersenyum meremehkan.

“gak.. Cuma itu GA PANTES…! Lagian dia juga pacaran sama iel, dasar penghianat!”sahut sila dengan entengnya.

“gak! Dia dekat dengan iel karena iel maksa dia! Dia diancam sama iel! Bukan karena pacaran!” sanggah Zahra lagi.

“tapi tetap aja kan dia udah mau sekongkol sama iel dkk? Kalau dia masih ngangep kita temen dia, dan dia ga rela di paksa iel, seharusnya dia cerita sama kita! Kalau dia ga mau mihak sama iel dkk, ga mungkin dia diem aja..! iya kan?!”sanggah sila juga. Zahra dan angel tampak tak sanggup lagi menyanggah keduannya. Mereka memang tak begitu tau jelas tentang masalah kedekatan iel dan ify. Jadi mereka juga bingung untuk melontarkan kalimat pembelaan pada ify. Melihat keterdiaman Zahra dan angel, sila semakin menyunggingkan senyum kemenangannya.

"ya kan?! Ga usah loe bela-belain si ify lagi deh, penghianat kayak dia tuh emang pantes dapetin itu!" kata sila lagi dengan nada yang masih tinggi nan menjatuhkan.

"ify kurang baik apa sama kalian? Biar kalian udah ngebuang dia, tapi dia masih nganggep kalian tuh temennya! Kalian emang manusia ga punya hati!" Zahra kembali buka suara. Dia masih belum putus asa membela ify.

"eh jaga ya mulut loe!" sewot sila tak mau kalah. Tapi, belum sempat Zahra dan angel menyahuti, mereka semua tersentak oleh sebuah suara keras.

BRAKK!!!

Meja di pukul. Semua terdiam, dan menatap agak syok pada si pemukul meja itu. Dia tian.

"udah!!! Stop semua!! gue udah eneg denger ini semua!!" teriak tian pada mereka semua. Sila tersadar dari kekagetannya, langsung balas berucap keras pada tian.

"Tian!! kenapa sih loe jadi..." ucap sila, tapi langsung di potong tian.

"diem loe!! gue udah muak denger kata-kata kasar loe! Gue udah muak sama keributan kayak gini! Bullshit lo semua!!" potong tian sambil mengancungkan jari telunjuknya kearah mereka semua. Setelah memberikan pandangan dingin, ia membuang wajahnya dan buru-buru bangkit dari duduknya dan melangkah pergi.

"eh, mau kemana loe yan?" cegah sila sambil berusaha meraih tangan tian. Tapi tian dengan sigap menepisnya.

"ngapain gue masih diem disini! Ga ada lagi alasan buat gue bertahan sama kalian!" teriak tian dan kemudian terus melangkah menjauh. Sila, sivia sesaat hanya tertengun dengan bentakan dan kepergian tian itu. Sebuah suara tiba-tiba memecah keheningan itu.

“kayanya kata-kata septian tadi harus benar-benar loe pikirin sil…”kata angel. Sila langsung menatapnya tajam. Tapi angel malah membuang wajahnya, cuek, lalu menarik Zahra untuk menjauh. Tapi sebelum benar-benar pergi, Zahra kembali berpaling dan berkata.

“dan, satu lagi… sekali lagi kita mau bilang, Kalian salah kalau langsung nge-judge ify kaya sekarang… dia ga kaya yang kalian pikirkan… pikirin ini baik-baik, pakai hati kalian sebagai seorang sahabat …” ucap zahra sambil terus berlalu meninggalkan keterpakuan sila dan sivia.

Sila mendengus kesal. Kejadian barusan benar-benar membuatnya kesal. Kenapa sekarang semua orang seperti menyalahkan dirinya. Kenapa semua seperti membela si penghianat itu??! Hal ini semakin membuat hatinya dongkol dan diselimuti kabut kebencian.

Sementara via di sampingnya, tampak sedikit tertengun. Kata-kata Zahra yang terakhir tadi entah kenapa sangat terngiyang-ngiyang di benaknya. Dia juga jadi teringat perkataan severus tadi malam. ‘loe ga adil kalo langsung nge-judge dia’. Tapi… emang seperti itu kenyataannya kan? Dia emang sudah dibohongi… Sudah dikhianati… jadi, apa dia masih salah ngelakuin ini?

-----------------misst3ri-------------------

Brak…!

Seseorang tlah membuka pintu aula sekolah itu dengan kasar. Lalu orang itu melangkah masuk, dan mengitari ruang aula yang sangat luas itu. Pandangannya menyisiri seluruh ruangan. Sepi. Tak ada satupun kehidupan yang terlihat disana. Hanya ada kursi-kusi dan barang tak bernyawa lainnya yang mengisi kekosongan ruangan itu.

Arrgghhh!

Dia mengerang kesal melihat kenyataan bahwa ruangan itu benar-benar kosong. Dan dia kesal akan kenyataan yang kembali terulang, sama dengan saat ia menelusuri penjuru sekolah sebelumnya, bahwa ia masih saja belum bisa menjumpai orang yang sedang dicari-carinya itu. Merasa mulai putus asa, ia kini hanya dapat berdiri ditengah aula itu, menunduk dalam keheningan. Lalu perlahan ia berjalan gontai menuju atas panggung aula itu, lalu menjatuhkan dirinya ke lantai, bersandar lemah pada podium yang terletak di atas panggung aula itu. Ia kemudian menenggelamkan wajahnya dalam kedua telapak tangannya.

“ify.. loe dimana… gue tambah ga tenang kalo loe ngilang gini…” lirih orang itu, yang tak lain adalah iel. Setelah tragedy perkelahiannya dengan sion di kantin tadi, iel memutuskan untuk pergi mencari ify. Tapi setelah berkeliling sekolah, dia belum juga menemukan ify.

Dia sebelumnya sudah sangat gusar karena belum bisa menemukan si tertuduh, pemajang foto dirinya dan ify. Dan setelah kegusaran yang tak tertuntaskan itu, hatinya akan semakin tak tenang jika dia belum bisa menjumpai ify. Hatinya akan semakin digerogoti rasa bersalah jika dia belum bisa memastikan bahwa gadis itu tak salah paham pada dirinya. Dia harus bisa bicara dengan ify sekarang juga.

Di tengah kebingungan dan keputusasaannya, samar-samar iel mendengar suara dentingan piano dari balik pintu yang ada di sudut depan aula itu. Itu pintu masuk yang menghubungkan aula dengan ruang musik. Suara piano itu terdengar begitu lembut… Begitu menyentuh hati… Tapi, entah kenapa, iel bisa merasakan sebuah aura kesedihan dari permainan piano yang indah itu. Perlahan iel mendekat, dan mengintip ke balik ruang music itu. Iel langsung tersentak, tertengun seketika. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang ketika tau siapa si memilik permainan piano yang indah itu. Dialah orang yang membuat hatinya tidak karuan sepanjang hari itu. Dia…

“ify…?”

---------------BERSAMBUNG (3am)------------------

0 komentar: