This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

FIKSI - PROMISE Part 21: Ketegangan yang Memuncak

Sambungan dari PROMISE Part 20: SPY. Baca juga PROMISE Part 1: Awal untuk mengetahui asal mula cerita ini terbentuk.Inilah, cerita fiksi pertama hasil karangan saya... Jadi andai agak hancur, mengecewakan atau lain sebagainya, harap maklumi, tapi inilah proses belajar.. :)

NB: Cerita ini hanyalah sebuah cerita fiksi belaka. Kesamaan dalam hal apapun yang di hadirkan dalam cerita ini, itu bukanlah hal yg di sengaja apalagi suatu yang nyata, kecuali nama2 tokoh di sini yang memang sengaja di ambil dari nama2 anak2 IC untuk kemudahan. Semoga semua bisa terhibur dengan cerita ala kadar ini. Kalau ada yg mau ngopypaste, tolong bilang dulu, yaa... :) Thx before... ENJOY!!

PROMISE – Part 21: Ketegangan yang Memuncak

----------------------------------------------------

Iel, sion dan riko tak dapat bergerak dan bersuara dalam bekapan kuat orang-orang di blkg mereka tersebut. mereka bertiga langsung terserang ketakutan hebat, karena tak tau siapa yang membekap mereka. Mungkin preman tadi, mungkin orang lain yang mungkin juga penjahat lainnya. Apalagi mereka ber-3 masing-masing tak bisa saling berkomunikasi karena ditarik ke tempat berbeda.

“diem dan jangan berontak kalau loe mau aman” bisik orang yang membekap iel. Keringat dingin langsung membanjiri tubuh iel. Mungkin dia bakal selamat dari Satpol PP di hadapannya, tapi dia sekarang gugup dan takut, karena dia tidak tau siapa orang yang dibelakangnya. Tak lama, terdengar suara langkah-langkah kantip.

“kamun larinya anak-anak itu??!” kata salah satu petugas Satpol PP

“kamu cari lebih dalam, biar aku cari kesana” kata petugas satunya lagi. Petugas-tugas Satpol PP itu lalu beranjak pergi.

Suasana kemudian kembali sunyi senyap. Tak ada lagi terdengar bunyi langkah-langkah dan orang-orang berlarian. Tak lama, tangan yang membekap mulut iel melepaskan bekapannya. orang itu lalu melangkah lebih dulu keluar. Iel mengikuti orang itu keluar. Setelah iel berdiri di tempat yang lebih terang, baru lah iel tau siapa yang membekapnya tadi.

Di depannya sudah berdiri dayat dengan pandangan dinginnya ke iel. Dan dsn juga sudah ada irsyad dan juga riko yang sudah berdiri disampingnya. Tak lama keluar sion yang di dorong kasar dari dalam kios. Sion terjerembab jatuh di dekat kaki iel. Iel refleks menghindar.

“ngapain kalian disini??!!” bentak orang yang mendorong sion. dari dalam kios itu keluarlah orang yang mereka buru-buru dari tadi, Cakka. Sion berdiri dan langsung mendorong cakka dengan emosi.

“loe yang seharusnya gue tanya, ngapain loe disini???!! jadi ini yang loe rahasiain dari kita selama ini??!!!” tantang sion. Cakka lalu menarik dan mencengkram kerah baju sion. sekarang mereka sudah berhadapan, beradu muka, sehingga tinggal berjarak tak lebih dari 10 senti.

“HAK gue ngapain aja dan APA HAK LOE buat melanggar privasi gue!!! Kalian GA BERHAK ngikutin gue!!” teriak cakka tepat di depan muka sion.

"jadi loe pikir gitu?!!" teriak sion juga. Sion sudah tampak ingin melayangkan pukulannya ke wajah cakka, tapi riko dengan sigap langsung menahan sion dan irsyad menarik cakka agak menjauh. Iel lalu menengahi keduanya.

“cakka!! Sion!! Cukup!!!” teriak iel diantara sion dan cakka yang terlihat sudah sangat ingin saling tonjok itu.

“gue ga ngerti apa masalah kalian, tapi mending kita cari tempat yang aman sekarang. Mending kalian semua ikut gue ke sanggar, kita bicarain baik-baik dsn. Oke??” ajak dayat berkepala dingin.

---------------- misst3ri --------------------

iel, sion, dan riko akhirnya mengikuti dayat, irsyad, dan cakka ke sanggar. Sepanjang perjalanan mereka, tak ada satupun kata yang terucap dari ke-6 cowo itu. Apalagi sion dan cakka yang tak mau saling pandang dan berjalan berjauhan. Persahabatan hangat mereka selama ini sepertinya tidak muncul dan menyentuh sedikitpun di hati mereka saat itu. Kini yang tersisa hanya sebuah kedinginan dan penuh aroma permusuhan. Tak lama kemudian mereka sampai di sanggar angkasa. Dayat langsung disambut pelukan kuatir dari oik.

“kakak dari mana aja sih, dari tadi dicariin ga kelihatan, di tanya sama anak-anak lain juga ga ada yang tau. Apalagi kak cakka kan belum pernah ngadapin kalau ada pembersihan dari Satpol PP. Oik kira pada ketangkap. Oik kan jadi khawatir kak…” kata oik dengan sedikit uraian air mata.

“aduh… jangan nangis dong ik, ntar luntur lho cakepnya, aa dayat sama aa cakka kan udah pulang nih, tapi aa irsyad kok ga ditanyain??” kata irsyad dengan nada agak becanda.

“ihh.. apaan sih ka irsyad…” sahut oik sedikit manja sambil menghapus air matanya. Irsyad cuma tersenyum jail dan masuk ke dalam rumah.

“kakak gpp kok ik, semua baik-baik aja kok," kata dayat nenangin oik. "Cuma yang ini aja nih, ada masalah sedikit…” sambung dayat sambil melirik ke arah cakka dkk.

“ada apalagi nih yat??? Kok ada mereka, cakka yang ngajak ya???” Tanya zahra heran.

“gue ga pernah ngajak mereka, mereka aja yang terlalu lancang buntutin gue!!!” bantah cakka keras.

“kalau loe mau terus terang sama kita, kita ga bakal buntutin loe!!!” balas sion tak kalah kerasnya.

“sudah.. Sudah..! Mending semua masuk ke dalam! Kita bicarain baik-baik didalam, oke??!” lerai dayat kemudian dia menatap zahra, “oh iya, anak-anak lain gimana??? Ada yang ketangkep??”

“gue juga ga tau, tapi tadi abner sama patton sudah nyari-nyari tau keadaan mereka. Ntar mereka pasti ngabarin kita” sahut zahra

“gitu ya… semoga ga ada yang sampai kenapa-kenapa…” kata dayat kemudian masuk ke dalam sanggar di ikuti cakka, iel, dn riko. Sion terlihat enggan, tapi setelah ditarik paksa iel dia nurut juga.

mereka duduk dengan kaku di ruang tamu sanggar. Iel, riko, dan sion agak terpaku melihat suasana sanggar yang sangat sederhana itu.

“ini sanggar???” tanya riko.

“ya, ini sanggar milik om gue, om tio, dan sanggar ini tempat anak-anak jalanan dan kurang mampu di daerah sekitar sini bisa belajar baca tulis, main musik dan keterampilan lainnya dengan gratis. Gue, zahra dan irsyad sering bantuin om tio ngajarin mereka, dan akhir-akhir ini, cakka juga sering bantuin kita disini” jawab dayat. Riko dan iel nganguk-nganguk, sementara sion tetap diam sembari terus menatap tajam cakka yang sedari tadi selalu membuang mukanya.

"kenapa loe ga pernah cerita dengan kita?" tanya iel ke cakka.

"buat apa gue cerita, buat kalian ledek? Buat kalian hina-hina?!!" sahut cakka sinis

"siapa yang mau ngeledek dan ngehina loe?!!" sambar sion tegas

"mungkin sama gue nggak, tapi dengan dayat dll, juga anak-anak panti kaya debo, obiet?!! Loe selalu ngeledek dia kan yon?!!" sahut cakka juga ga kalah keras

"gue..."

"gue ga mau mereka jadi bahan olok-olokkan kalian!! kalian ga bakal nerima gue kan, kalau gue bergaul sama dayat dll??!!" kata cakka cepat ngepotong ucapan sion

"kita ga..."

"Kalian ga berhak buntutin gue!!" teriak cakka yang lagi-lagi langsung memotong ucapan ke3 temannya itu.

"kita ga bakal buntutin loe kalau loe ga sembunyiin ini semua!!" kata iel cepat sebelum cakka sempat ngepotong ucapan mereka lagi. Cakka tampak sedikit terhenyak menatap ke 3 temannya.

“gue ga nyembunyiin, gue cuma…”

“loe takut kita bakal musuhin loe atau ngolok loe??!” potong iel

"ga percaya loe sama kita?!! emang kita udah temenan berapa lama sih?!! Baru kemaren??!" sambung sion

“kita ga bakal nyisihin loe, loe tahu sendirikan? Kita ga pernah benar-benar musuhin dayat dkk, semua hanya sekedar lolucon, buat becanda aja... Loe sendiri juga tau itu...” tambah riko.

“kalau loe ngomong ini dari, awal, kita pasti bakal dukung loe dan ngikutin jejak loe kok cakk” kata iel juga. Kali ini cakka tampak tak mampu lagi menyanggah perkataan teman-temannya itu. tapi Cakka tampak masih tak bergeming, tak memberikan respon apa-apa. Wajahnya masih keras, tak bersahabat. Iel, riko dan sion saling pandang.

"oke sekarang apa mau loe, biar loe bisa percaya kalau kita ga seperti yang loe anggap?!!" kata iel. Cakka menatap tajam ke arah teman-temannya itu.

"gue mau kalian minta maaf dengan dayat, dll..."

"oke..."

"jangan cuma ngomong oke loe pada! Ayo, sekarang minta maaf sama dayat, zahra, irsyad!"

"eh, gue pikir ga ada yang musti dimaafin deh cakk.." sanggah dayat.

"udah loe yat, mereka emang harus minta maaf ke loe semua! Dan satu lagi, khusus lo yon, loe harus minta maaf sama debo dan obiet, besok! karena cuma loe yang paling nyakitin hati mereka!"

"eee...." sion tampak bimbang. tapi langsung di cubit riko.

"eh, iya.. iya..! oke.. Oke...!" kata sion agak latah.

"oke, gue pegang janji loe...! Nah, Ayo sekarang minta maaf!" tegas cakka. Sion ngasih tanda ke iel buat ngomong duluan.

"oke... emm.. Kita tau kita selama ini udah keterlaluan ke kalian semua, tapi niat kami bener-bener cuma becanda, ga ada maksud buat musuhin kalian. tapi kalian pasti suka sakit hati sama olok-olok kita, jadi... Kami minta maaf ke kalian, maaf kalau sering jadiin kalian bahan olokan" kata iel

"maaf atas segalanya..." kata sion juga

"iya yat, ra, syad. gue harap kita semua bisa berteman baik sekarang. Kalian mau kan?" tambah riko. Iel, riko dan sion menatap penuh harap ke dayat dkk. Dayat, irsyad dan zahra saling pandang, lalu tersenyum ke arah mereka semua.

"kalau kita bisa nerima cakka, kenapa ke kalian tidak. Kalian pasti kita maafin..." kata dayat. Riko, iel dan sion tersenyum lega, lalu mereka mengalihkan pandangannya ke cakka lagi.

"nah, cakk, sekarang loe mau percaya sama kita?" tanya iel. Cakka masih diam tak menjawab.

"cakk, loe masih marah ke kita?" kata riko. Cakka masih tak bergeming. Wajahnya masih memandang mereka sama seperti tadi, tak bersahabat.

"ayolah cakk, masa loe tega sama teman-teman loe ini??" rayu sion

"ayo, cakk..." rayu iel juga. Cakka menatap satu per satu dengan dingin wajah ke-3 temannya yang sudah tampak memelas sekali itu. tapi, tak lama kemudian, menyungging senyum jail cakka, dan dia langsung jitak kepala iel yang duduk di dekatnya.

"parah banget muka loe pada! Iya! gue percaya dan maafin kalian! Haha..." kata cakka akhirnya. Senyum mengembang di wajah iel, riko dan sion.

"wah, si cakka, bikin kita tegang aja nih!" kata riko

"iya, pake getok kepala gue lagi! Ga liat muka gue udah babak belur gini?" kata iel

"oh iya, baru nyadar gue muka loe biru-biru gitu.. loe kenapa yel?" kata cakka

"itu si iel, laga sok kuat, berani ngelawan preman... Gitukan akibatnya, habis dipukulin preman" sahut sion

"gpp dong, dari pada kalian cemen, kaya kucing kecebur di sungai!" sahut iel juga

"tapi loe gpp kan yel?" tanya dayat

"gpp kok, santai aja..." jawab iel

"Barang kalian ada yang diambil ga?" tanya irsyad juga

"enggak sih, cuma arlojinya iel aja yang jadi tumbal" jawab riko

"iya syukur tadi ada pembersihan dari Satpol PP, jadi tu preman pada langsung kabur, selamat deh kita..." kata sion.

"ada untungnya juga ada pembersihan tadi" kata iel juga

"yah, buat kalian untung, buat kami, gelabakan... Oh ya, gmana ya anak-anak? Kok patton dan abner lama banget baru ngasih kabar ksn?" kata dayat yang kembali tersadar dengan ketidak jelasan info anak-anak jalanan lainnya.

"ya sabar aja kali yat, bentar lagi palingan..." sahut zahra

"semoga aja ga ada apa-apa ya..." kata cakka

"iya..."

-----------------misst3ri-----------------

Beberapa saat kemudian, yang ditunggu-tunggu mereka datang. dari luar, tampak patton lari dengan hebohnya.

“coy…coy…gaswat…coy..gawattt… aduh berabe nih…” teriak patton heboh saat baru memasuki sanggar. Di belakangnya juga ada abner.

“apa sih, cay coy..cay coy… ngomong yang jelas!!!” omel irsyad

“itu… si anu…itu…” tapi patton tampak masih ngos-ngosan, belum bisa ngomong jelas. Patton langsung duduk sembarangan, menggeser paksa iel yang duduk di paling ujung kursi panjang. Lalu langsung sanderan melepas lelahnya.

"ada apa ner?" tanya dayat ke abner yang tampak lebih tenang.

"ga tau, tadi gue sempet cari tau teman-teman yang tinggal dekat rumah gue, kayanya baik-baik aja tuh... ga tau yang lain, trus pas mau ksn, ketemu patton di persimpangan jalan depan, dan gue langsung ditarik aja" terang abner. sekarang perhatian mereka tertuju ke satu-satunya narasumber mereka masih tampak belum sanggup cerita karena masih kecapeaan lari-lari.

“udah, santai, tarik nafas dulu ton…” kata dayat menenangkan patton. Patton masih diam ngatur napasnya yang ngos2an tadi lalu dengan cueknya patton minum sampai tandas minuman iel yang ada dihadapannya.

“jadi gini, itu... si anu… si…… ya ampun!! tadi gue minum punya siapa???” patton tiba-tiba sadar. Dia melirik iel yang ada disampingnya, masih menatap heran bak habis liat makhluk luar angkasa. Patton cengar-cengir.

“punya mas ya??? Patton ga sengaja coy…” kata patton. Lalu dia celingak-celinguk, liat keadaan sana. Dia mandang dengan wajah bingung ke arah iel dkk.

“kok banyak orang baru ya???” tanya patton lagi sambil mencomot satu gorengan yang ada tersaji di meja.

“mereka temennya cakka…” jawab dayat.

“oh gitu… kenalin, gue patton pengamen pal…..”

“paling ember se terminal… udah jangan pada dengerin nih burung beo!! Udah, sekarang anak-anak bagaimana ton??” sambar irsyad memotong perkenalan patton.

“jadi, gini... anak-anak sih, ada yang ketangkep, itu si ray sama ozy. tapi ada yang lebih ribet, itu si…” patton kembali berhenti ngomong, “ya ampun, kok gue makan gorengan!! Ntar bisa serak suara emas gue coy!!”

“alahh loe ton, gimana sih… udah abis 3 juga, baru sadar!! Udah lanjutin, ada apa lagi!!” sahut irsyad sambil mukul bahu patton. Patton cuma senyum gaje.

“oh, iya, sori… tapi itu... anu.. yang rada ribet, si goldi… gerobak jualan kue emaknya, disita sama kantip, kalau mereka ntar ga bisa nebus, emak goldi ga bisa cari duit lagi, padahal kan lo tau sendiri, itu satu-satunya mata pencarian keluarganya…” cerita patton lagi.

“hmm… gitu ya, nanti gue coba ngomong ke om tio deh, biasanya om tio bisa nanganin yang beginian. Ozy sama ray pasti bisa bebas kok... Gerobak mak nya goldi juga, semoga bisa diurusin... Trus yang lain pada gpp kan??” tanya dayat.

“ga tau juga sih… kayanya tadi ada yang kecelakaan, tapi moga aja bukan teman-teman kita…” kata patton lagi. Kemudian setelah beberapa saat hening, mereka dikagetkan dengan teriakan dari luar. Ada orang lagi yang baru datang ke sanggar.

“teman-teman!!!” terlihat emil baru datang dengan tergopoh2, mukanya sudah sangat pucat.

“itu…itu...” lirih emil dengan napasnya yang masih satu-satu

“udah loe minum dulu deh, baru ngomong” tawar dayat.

“nggak makasih… itu… dava…”

“dava kenapa mil??” tanya zahra.

“dava… dava kecelakaan tadi pas melarikan diri”

“APA??!!!” semua kaget mendengar kabar buruk itu.

“trus sekarang gimana keadannya???”

“gue ga tau, tadi gue cuma liat dia dibopong orang-orang buat dibawa ke RS. tapi, dari bekas kecelakaannya, kayanya agak parah, banyak banget darah di jalan” jelas emil. mereka semua langsung dibalut keheningan. Syok mendengar kabar buruk tersebut. Iel, sion dan riko yang tak tau menahu juga hanya bisa ikut terdiam. mereka semua diam dengan pikiran di kepala masing-masing.

BRAKK!!

Meja di pukul keras oleh patton. Semua memandang ke arah patton. Mimik wajahnya sudah berubah 180 derajat dari tadi. Dia tampak tak seperti biasa, kini dia tampak begitu emosi.

“ah, ini semua gara-gara gue!! Coba tadi gue mau diajakin ngamen sama dava, pasti gue bisa jagain dia!! Dia ga bakal sampai ketabrak mobil!! tapi gue dengan egoisnya malah ninggalin dia ngamen sendiri! gue bodoh!! Bodoh!!!” sesal patton sambil terus mukulin tangannya ke meja. Biar bukan adik kandung, bagi patton dava sudah dia anggap adik sendiri karena sering ngamen bareng. Dayat langsung menenangkan patton.

“udahlah ton, ga ada gunanya loe menyesali diri loe sendiri, sekarang yang penting, kita harus jenguk dava. Olin dan ortu dava pasti sedang sedih sekarang” nasehat dayat. Kini mereka semua benar-benar terbelut suasana yang menyedihkan.

"kamu tau mil, dava di bawa ke RS mana?" tanya dayat.

"ga tau juga yat... tadi kata orang-orang yang sempat nolongin, saat kecelakaan, ada bapak-bapak yang nolongin dia dan langsung bawa ke RS"

"trus yang nabrak gimana?"

"ga tau, tapi tadi orang-orang sempet nahan supir truk yang nabrak dava"

"emm... jadi gimana ya, ga mungkinkan kita nyariin dava di semua RS"

"mending kita ke rumah dava dulu deh, siapa tau ada yang ngasih kabar ke sana. karena kata pak abdul yang punya warung deket sana, bang abu, tetangganya dava, ada di tempat kejadiaan tadi, dan bang abu juga ikut ngantar dava ke RS katanya" kata emil.

"ya udah kalau gitu, sore ini juga kita ke rumah dava dulu..." kata dayat. yang lain mengangguk sepakat.

"tapi om tio dikasih tau juga yat..." kata zahra.

"oh iya, ntar gue telpon deh" sahut dayat.

"mm... Sori ganggu, tapi dava itu siapa ya?" tanya iel yang ga mengerti dengan apa yang mereka baru dengar. Dayat yang sadar dengan iel dkk yang tampak berada di posisi kurang nyaman langsung buka suara.

"oh, ya sori, yel, riko, sion, kalian jadi di cuekin. Dava itu salah satu anak yang suka main ke sini. Maaf, kalian jadi ikut-ikutan terlibat sama masalah ini juga sekarang...."

"gpp kok yat, temen kalian kan lagi kena musibah..."

"eee... Kalian mau pulang atau gimana nih? gue mungkin mau ikut dayat ke rumah dava" kata cakka. Iel, riko dan sion saling pandang.

"ee... kayanya kita langsung pulang aja deh, kasian orang rumah ntar nyariin, kita belum pada balik ke rumah sejak pulang sekolah tadi" kata riko.

"iya, lagian sepeda gue sama riko masih dititipin ke bang jali penjaga sekolah tadi. jadi ini mau ngambil dulu ke sekolah" kata sion juga

"ya udah kalau gitu, sekali lagi sori ya... Kalian yang ga tau menahu jadi ikut-ikut denger berita ini juga..."

"iya, kami paham kok, kalau gitu kami pamit pulang ya, salam sama keluarganya dava ya, semoga si dava baik-baik aja ya..."

"amin..."

Lalu iel, riko dan sion pulang ke rumah mereka masing-masing. Sementara dayat, cakka, zahra, emil, dll, bersiap untuk ke rumah dava.

--------------- misst3ri -----------------

Iel baru saja memasuki teras rumahnya saat itu. Walau sempat mendengar berita buruk di akhir tadi, tapi dia lega masalah mereka dengan cakka sekarang sudah dapat diselesaikan. Dan dia juga senang, sekarang mereka bisa lebih akur dengan dayat, dkk. Mungkin kedepan mereka bisa lebih kompak di sekolah. Iel membuka pintu depan dan bergegas masuk ke dalam rumahnya. Dia sudah tak tahan ingin segera merebahkan diri, untuk sekedar melepas lelah dan penatnya setelah melewati banyak kejadian sepanjang siang itu. Ditambah lagi, badannya juga sudah merengek-rengek minta diistirahatkan, karena sekarang beberapa bagian tubuhnya masih agak sakit akibat kena pukulan dari preman tadi.

Tapi, baru aja dia ingin menaiki tangga menuju kamarnya yang ada dilantai atas, dari belakang terdengar ada orang yang menegurnya. Iel berbalik dan menjumpai ify sudah berdiri dengan muka kusut dan tak menyenangkan.

“dari mana loe sore gini baru balik??!! Lupa sama janji loe??!!” Tanya ify dengan sinis. Iel menepuk jidatnya. karena masalah cakka, dia benar-benar melupakan janjinya dengan ify untuk serius belajar setiap sepulang sekolah. Ify sekilas memerhatikan wajah iel.

“kenapa muka loe sampai lebam gitu??” Tanya ify lagi.

“ini bukan urusan loe. Sorry fy, tapi gue siang ini bener-bener ada keperluan mendesak. Dan sekarang gue pengen istirahat” jawab iel datar

“keperluan mendesak??? gue udah denger dari pak asdi tadi!! Dan buntutin cakka loe bilang keperluan mendesak??!! jadi loe pikir masalah ujian mtk loe ga lebih penting??!!”

“oke, gue jujur emang lupa dengan janji gue, tapi gue ga nganggap remeh soal ini fy…”

“kalau loe ga ngeremehin ini, loe mestinya bisa lebih serius, yel!!”

“oke… tapi please fy, gue pengen istirahat sekarang, lagian gue udah belajar gila2an kemaren sampe gue mimpi buruk, jadi gue pengen kita istirahat dulu hari ini” pinta iel.

“ohh... jadi setelah loe ngelupain, sekarang dengan gampangnya loe bilang pengen istirahat??! Waktu kita ga banyak yel, tinggal beberapa hari dan loe masih jauh dari kata faham!!!” sahut ify tajam.

“gue emang belum faham, loe emang lebih pinter dari gue, tapi gue bukan loe!! gue ga sanggup ngeladenin cara belajar loe yang bikin gue stress, gue cape fy!!” kata iel yang sudah mulai agak emosi sekarang karena melihat ify tampak tak peduli dengan permintaannya. Ify menggeleng dan tertawa agak meremehkan. Lalu dia menatap tajam iel.

“Baru 3 hari loe udah nyerah?? Loe kira gue juga ga cape ngajarin loe??!!! Kita udah sepakat kan tentang hal ini?? dan gue cuma pengen loe nepatin janji loe untuk serius dan focus belajar, hanya dalam beberapa hari ini yel…, setelah itu loe bebas! ini semua juga buat nilai-nilai kita. gue ga mau nilai tugas gue sampai nol gara-gara nilai jelek loe!!!” tegas ify.

“ohh, jadi gitu??!!! gue tau sekarang, jadi yang loe pikirin cuma keuntungan diri loe sendiri kan??! loe sebenarnya cuma perduli sama nilai tugas loe kan??! Loe ga akan pernah peduli sama nilai gue kalau nilai gue ga pengaruhin nilai loe!!! Dasar picik loe!!!” balas iel jauh lebih keras. Kini mereka berdua sudah saling menatap tajam, dengan sorotan mata penuh emosi.

“picik?? Pake otak loe yel!! Ini semua juga gara-gara loe yang nyuruh gue ngerjain PR loe, padahal gue sudah berulang kali pinta loe buat ngerjain sendiri. kalau ga, kejadian ini ga bakal pernah ada!! kalau nilai loe bagus nanti, yang paling diuntungkan itu loe, bukan gue!! sekarang gue udah bantu loe maksimal, gue belain loe di depan pak hanny, gue ngajarin loe, masih loe bilang picik??! Loe kemanain otak loe??!! Pikir pake otak!!” balas ify tak kalah kerasnya.

Iel yang begitu tersulut emosi, langsung maju, menarik dan mencengkram lengan ify keras. Walau Ify sempat agak meringis, tapi kemudian matanya mlh menatap semakin tajam kepada iel. sekarang mereka berdua saling beradu muka begitu dekat.

"apa loe?!! Mau main kasar??!!" tantang ify, “apa loe cuma bisa ngandelin otot loe dan mulut loe yang ga bisa djaga itu???!! dan kayanya lebam loe itu karena berantem kan? Loe kira dengan itu loe bisa nyelesain masalah?!! pake otak loe!!!” lanjut ify sebelum di sela iel.

“jadi loe pikir gitu??!! Oke… gue emang kadang ngomong ga pake mikir, tapi itu lebih baik dari loe yang ngomong ga pake hati!!" teriak iel tepat di depan wajah ify.

"Oh iya, gue sampai lupa, loe dan teman-teman loe itukan emang orang-orang yang ga punya hati, sombong, sengak dan sok kuasa!!! Selalu mandang rendah semua orang dan suka nyuruh-nyuruh orang seenaknya!! tapi, asal loe ingat, loe sekarang itu lagi jadi BABU gue, jadi loe ga berhak ngatur2 gue!!!" bentak iel lagi.

Lalu dia mendorong ify agak kasar ke kursi sofa di belakang ify. Ify tampak sedikit terperengah mendengar perkataan terakhir iel dengan emosi sudah tak terkendali itu.

"Dan satu lagi, lebam gue bukan karena berantem, tapi karena di pukul sama preman tadi!! Senangkan loe sekarang?!!!” teriak iel lagi lalu menendang kursi sofa yang di duduki ify. Nafas iel bergerak begitu cepat. Emosinya sekarang benar-benar memuncak. Ify hanya terus menatap mata iel dalam diam. Roman mukanya sedikit berubah. Matanya tampak sudah berkaca-kaca.

“gue ga maksud…” ify menggantung kata-katanya. Dia terdiam lagi dan sesaat memandang wajah iel yang merah padam karena emosi.

“maaf kalau loe ngerasa begitu… tapi gue serius mau bantu loe… tapi kalau emang itu mau loe… terserah loe!!!” kata ify lagi dengan cepat dan berlari keluar rumah. Iel hanya terdiam, memandang kepergian ify dengan rasa yang campur aduk. Mukanya masih tampak keras menegang. Emosi masih benar-benar menyelimuti dirinya.

ARRGGHH!!

Iel berteriak dan menendang sofa yang berada di dekatnya tuk melampiaskan emosinya yang masih meledak-ledak itu. Lalu dia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa, menelungkupkan mukanya ke dalam kedua telapak tangannya, di tengah gaung-gaung pedas perdebatan keras tadi yang terus terngiang-ngiang di telinganya, yang membuat hatinya semakin berkecamuk tak karuan.

--------------------BERSAMBUNG (3am)---------------------

0 komentar: